64
penting untuk diikuti oleh setiap mahasiswa. Karena menurut beliau seorang lulusan Teknik Industri harus mampu menggunakan ilmu keteknikan dalam
pemecahan masalah terutama dalam prakteknya bukan hanya teori saja. Dari hasil wawancara
beberapa mahasiswa tersebut, dapat dikatakan bahwa alasan mereka lebih
sering membaca di kampus adalah dikarenakan kegiatan mereka banyak
dihabiskan di kampus. Terutama bagi mahasiswa yang duduk di semester
lima keatas. Walaupun mereka membaca lebih kepada tujuan
pengerjaan tugas-tugas kuliah. Mereka menghabiskan waktu di
kampus bukan hanya untuk mengikuti kuliah, bahkan kegiatan lab yang sangat padat mengharuskan mereka
untuk rela menghabiskan waktunya lebih lama di kampus. Sehingga tugas-tugas yang diberikan dosen ataupun diskusi mereka kerjakan di kampus.
3.3.3. Membaca di Rumah
Selain di perpustakaan dan kampus, rumah juga selayaknya dijadikan tempat mengembangkan budaya literasi. Seperti mengulang kembali materi-
Gambar 5 : Kegiatan mahasiswa di Lab. Ergonomi
Universitas Sumatera Utara
65
materi kuliah yang diberikan di kampus ataupun untuk membaca bahan bacaan seperti koran, majalah, novel atau komik. Ada beberapa mahasiswa yang
meminjam buku di perpustakaan dan membacanya di rumah, beberapa mahasiswa di rumah hanya membaca novel atau komik, bahkan ada mahasiswa yang tidak
pernah membaca di rumah. “Di rumah saya sangat jarang membaca. Paling
baca koran atau majalah, itupun kalau ada. Saya tidak punya waktu-waktu khusus untuk membaca di
rumah”Liyana Fadillah, 22 tahun Dari kutipan diatas dapat dikatakan bahwa rumah tidak dijadikan tempat
yang sering digunakan mahasiswa untuk membaca. Kebanyakan mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu sibuknya di luar rumah.
Ada juga sebagaian mahasiswa yang menjadikan rumah sebagai tempat untuk membaca bahan bacaan non ilmiah seperti majalah, komik, ataupun novel.
Menurut mereka bahan bacaan ilmiah lebih tepat dibaca di kampus ataupun perpustakaan. Bagi mereka rumah merupakan tempat dimana mereka “istirahat”
dari buku-buku yang memberatkan pikiran mereka. “Kalau di rumah saya biasanya baca majalah atau
komik atau novel. Yah, biar pikiran saya lebih rileks aja. Seharian di kampus dengan segala kepenatan masa di rumah
harus baca buku kuliah lagi. Gak lah, di rumah saya lebih senang membaca sebagai bahan hiburan walaupun saya tidak
memiliki waktu khusus untuk membaca. Tapi sudah dipastikan kalau saya sangat jarang membaca buku kuliah di rumah”
Edgar, 21 tahun
Universitas Sumatera Utara
66
Menurut Edgar, rumah memang dapat dijadikan sebagai tempat meningkatkan budaya literasi. Namun berbeda dengan perpustakaan ataupun
kampus, rumah lebih dijadikan sebagai tempat bahan bacaan non ilmiah atau membaca untuk menghibur diri dan “merileksasikan” diri dari segala kegiatan
yang “menguras” pikiran mereka. Seperti halnya Adra 22 tahun yang menyatakan bahwa membaca di
rumah sering dilakukannya terutama pagi hari untuk sekedar membaca koran dan juga malam hari sebelum tidur walaupun orangtuanya tidak selalu menyuruhnya
untuk membaca. Menurutnya, orangtuanya menganggap dirinya sudah dewasa dan dapat mengatur dirinya sendiri. Walaupun begitu, orangtua Adra masih tetap
mengikuti perkembangannya. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan orangtua Adra:
“Saya jarang menyuruh Adra untuk belajar. Saya anggap dia sudah dewasa. Saya juga kasihan melihat dia
pulang kampus kecapekan. Karena saya tau gimana sibuknya menjadi mahasiswa teknik ya. Dan saya lihat tanpa disuruh
dia tetap belajar”Darwin, 56 tahun Dari seluruh mahasiswa yang diwawancarai memberikan jawaban yang
hampir sama, mereka jarang melakukan kegiatan membaca terutama membaca bahan bacaan ilmiah. Orangtua juga tidak terlalu aktif menyuruh anak-anaknya
untuk membaca di rumah. Ini disebabkan karena orangtua mengganggap anaknya sudah dewasa dan dapat mengatur dirinya dengan baik dan juga melihat bahwa
Universitas Sumatera Utara
67
anaknya sudah cukup lelah mengikuti perkuliahan di kampus sehingga di rumahnya mereka dapat “beristirahat” dari kesibukan tersebut.
3.3.4. Membaca di Toko Buku