Budaya Literasi Studi Deskriptif Budaya Literasi pada Mahasiswa Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

(1)

NAMA-NAMA INFORMAN KUNCI DALAM PENELITIAN

1. Nama : Adra Umur : 22 tahun Stambuk : 2010

Jabatan : Asisten Lab Ergonomi

2. Nama : Nadia Pilli Umur : 22 tahun Stambuk : 2010

Jabatan : Asisten Lab Proses Manufaktur

3. Nama : Edgar Umur : 21 tahun Stambuk : 2010

Jabatan : Asisten Lab Proses Manufaktur HIMTI ( Anggota Kerohanian)

4. Nama : Tanesya Umur : 21 tahun Stambuk : 2010

Jabatan : Asisten Lab Tata Letak Pabrik


(2)

5. Nama : Nazirudin Aziz Umur : 22 tahun Stambuk : 2010

Jabatan : Asisten Lab Ergonomi

HIMTI (Anggota Seni dan Olahraga)

6. Nama : Yusuf Umur : 22 tahun Stambuk : 2010

Jabatan : Asisten Lab Proses Manufaktur

7. Nama : Saryanta Umur : 21 tahun Stambuk : 2010

Jabatan : Asisten Lab Ergonomi

8. Nama : Wildan Arief Umur : 23 tahun Stambuk : 2009

Jabatan : Asisten Lab Tata Letak Pabrik

9. Nama : Reza Umur : 22 tahun Stambuk : 2010


(3)

10.Nama : Andi Umur : 20 tahun Stambuk : 2012

11.Nama : Winahasanah Umur : 21 tahun Stambuk : 2010

12.Nama : Liyana Fadilah Umur : 22 tahun Stambuk : 2010

13.Nama : Dayan Rahmanto Umur : 22 tahun

Stambuk : 2010

14.Nama : Syahreza Umur : 22 tahun Stambuk : 2010

15.Nama : Yoko Andreas Umur : 22 tahun Stambuk : 2010


(4)

16.Nama :Ratna Rosnita Umur : 50 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

17.Nama : Darwin Umur : 56 tahun

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

18.Nama : Rosni Umur : 49 tahun


(5)

DOKUMENTASI

FOTO BEBERAPA INFORMAN YANG DIWAWANCARAI

Gambar 8: Nadia, 22 tahun Gambar 7: Adra, 22 tahun


(6)

Gbr 11: Nazirudin Aziz, 22 tahun Gbr 12: Wildan Arief, 23 tahun


(7)

Gbr 15: Wawancara dengan Ketua Jurusan Teknik Industri USU

Gbr 16: Foto Bersama Ketua Jurusan Teknik Industri USU


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Benge, Ronald C.

1986 Libraries and Cultural Change. London: Clive Bingley.

George, Diana

2004 Reading Culture. NewYork: Longman.

Gol A Gong dan Irkham , Agus M.

2012 Gempa Literasi Dari Kampung Untuk Nusantara. Kepustakaan Populer Gramedia.

Hadiyanto

2001 Membudayakan Kebiasaan Menulis Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. FIKAHATI ANESKA.

Hasugian, Joner

2009 Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan: USU Press.

Idrus, Muhammad

2009 Metode Penelitian Ilmu Sosial . Yogyakarta: Erlangga.

Jorgensen, Danny L.

1989 Participant Observation: A Methodology for Human Studies. America: Sage Publications, Inc.

Kirsch dan Jungeblut

2005 Literacy: Profiles of America’s Young Adults.

Koentjaraningrat

2002 Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Putra, R. Masri Sareb


(9)

Rimbarawa, Kosam, MLS

2006 Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan. Jakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia.

Siregar, A. Ridwan

2004 Perpustakaan: Energi Pembangunan Bangsa. Medan: USU Press.

Spredley, James P

1997 Metode Etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Wiranata, I Gede A. B

2002 Antropologi Budaya. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Wiranto

2008 Masihkah Ada Budaya Baca Bangsa Indonesia?. Jakarta: Zikas. Sumber Lainnya:

Jurnal Ilmiah:

Siregar,A. Risdwan.Upaya Meningkatkan Minat Baca Di Sekolah, (2008), hal 1-6.

Nurahmad, Hadi. Membangun Budaya Baca di Lingkungan Perguruan Tinggi sebagai Upaya Meningkatkan Intelektualitas Mahasiswa, (2008), hal. 1-12.

Pradipta, Galuh Amithya. Keterlibatan Orang Tua Dalam Proses Mengembangkan Literasi Dini Pada Anak Usia Paud Di Surabaya, hal 1-28.

Arifianto, S. Literasi Media Dan Pemberdayaan Peran Kearifan Lokal Masyarakat, hal 1-16.

Internet:

WIB)

http://eprints.rclis.org/12549/1/Menciptakan_Generasi_Literat_Melalui_Perpustak aan.pdf (diakses tanggal 22 Desember 2013 pukul 12.45 WIB)


(10)

http://www.newskpkjambi.com/pendidikan-agama/590-memprihatinkan-literasi-membaca-indonesia-terendah-di-dunia) (diakses tanggal 22 Desember 2013 pukul 12.44 WIB)

(diakses tanggal 23 Januari 2014 pukul 18.47 WIB)

tanggal 23 Januari 2014 pukul 12.33 WIB)

2014 pukul 14.22 WIB)

Desember 2013 pukul 18.22 WIB)

http://kemahasiswaan.um.ac.id/wp…/PEDOMAN-PKM-UM-DRAFT-1.doc (diakses tanggal 22 Juni 2014 pukul 22.13 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki/Jurnal_ilmiah (diakses tanggal 23 Juni 2014 pukul 13.55 WIB)

http://sastradiaspora. Blogspot.com/2008/11/paradoks-keberaksaan.html (diakses tanggal 24 Januari 2014 pukul 20.39 WIB)

tanggal 23 Juli 2014 pukul 13.44 WIB)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/610/3/08E00172.pdf.txt) (diakses tanggal 25 Juni 2014, pukul 11.50 WIB)

http://www.docstoc.com/docs/44144612/Minat-Baca) (diakses tanggal 17 Mei 2014, pukul 17.55 WIB)


(11)

BAB III

PERKEMBANGAN BUDAYA LITERASI PADA MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.1. Konsep “Literasi” Secara Universal

Literasi dapat didefinisikan dalam berbagai hal. Siapa saja yang mengenal literasi akan mendefinisikan dengan pandangannya sendiri. Secara sederhana apa yang didefinisikan tersebut berasal dari konsep pelakunya (manusianya).

Secara sederhana, literasi berarti kemampuan membaca dan menulis atau melek aksara. Dalam konteks sekarang, literasi memiliki arti yang sangat luas. Literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikiran kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar.

Dalam buku Literacy: Profiles of America’s Young Adults, Kirsch dan Jungeblut (2005) mendefinisikan literasi sebagai kemampuan seseorang dalam memanfaatkan informasi tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas. Lebih jauh, seorang baru bisa dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman bacaannya. Dengan demikian dari pendapat Kirsch dan Jungeblut dapat disederhanakan secara singkat dan didefinisikan literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis seseorang serta pemahamannya terhadap apa yang dibacanya.


(12)

Menurut Ahmad Bukhori, dosen Universitas Indonesia, dalam konteks kekinian, literasi memiliki arti yang sangat luas. Literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikiran kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar17

3.2. Konsep Literasi pada Mahasiswa Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

. Setiap orang mengembangkan kemampuannya dengan mendapatkan informasi dan pengetahuan sebanyak-banyaknya dan cepat. Orang akan ketinggalan jika tidak mempelajari dan mendayagunakan pengetahuan dan kemajuan teknologi. Dan terwujudnya masyarakat yang berwawasan dan tanggap dengan apa yang terjadi dilingkungan sekitar.

Dari berbagai konsep diatas, secara sederhana literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis serta kemampuan mengidentifikasi, mengurai dan memahami suatu masalah. Kita mengenalnya dengan melek aksara atau keberaksaraan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia literasi merupakan segala sesuatu berhubungan dengan tulis-menulis. Dalam pengertian lebih luas literasi juga dapat diartikan sebagai kemampuan nalar manusia untuk mengartikulasikan segala fenomena sosial dengan huruf dan tulisan. Dalam sejarah peradaban umat manusia kemajuan suatu bangsa tidak dapat dibangun hanya dengan bermodalkan


(13)

kekayaan alam melimpah, melainkan juga berawal dari peradaban buku atau penguasaan literasi yang berkelanjutan.

Hampir setiap manusia memiliki konsep tentang literasi. Hal ini tentunya terkait dengan cara pandang seseorang dalam memahami literasi. Dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa yang berada di departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara beberapa konsep literasi dipandang dari beberapa aspek. Hal ini tentunya menurut cara pandang dari masing-masing mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa tidak mengenal istilah “literasi”. Setelah dijelaskan dengan bahasa umum atau konsep literasi secara universal maka mahasiswa memberikan pandangan-pandangannya mengenai literasi. Mereka memahami bahwa literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis. Dan seseorang tidak dapat menulis tanpa membaca sehingga literasi lebih dipusatkan pada membaca. Seseorang akan mampu menulis apabila dia banyak membaca. Karena menulis merupakan menuangkan hasil pikiran seseorang yang dituangkan dalam sebuah tulisan, dimana pemikiran tersebut lahir dari wawasan seseorang yang sebagian besar dihasilkan dari membaca.

Berbicara dengan cara pandang, persepsi dan reaksi orang tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya memang tergantung pada ilmu pengetahuan, kemampuan, sejarah, keinginan dan niat masing-masing orang.

Beberapa mahasiswa memandang membaca sebagai cara untuk mengetahui sesuatu yang baru. Beberapa mahasiswa memandang membaca sebagai penangkapan informasi dari sebuah tulisan. Ada juga beberapa mahasiswa


(14)

yang memandang membaca sebagai cara untuk menambah ilmu pengetahuan seseorang.

Dari hasil wawancara dilakukan dengan beberapa mahasiswa Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, dihasilkan pengertian membaca yang berbeda. Sehingga dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu literasi sebagai sumber informasi, literasi sebagai kegiatan pengkajian ilmu pengetahuan dan literasi sebagai hiburan.

3.2.1.Literasi Sebagai Sumber Informasi

Setiap orang dalam menjalani kehidupannya pasti dihadapkan pada berbagai macam permasalahan dan pilihan yang terkadang membingungkan. Selanjutnya letak perbedaannya adalah seberapa besar masalah tersebut dan bagaimana seseorang menyikapinya. Agar masalah tersebut dapat diselesaikan, dibutuhkan informasi. Selanjutnya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan tersebut, solusi yang tepat adalah segera akses informasi tersebut melalui media-media yang telah tersedia. Setelah informasi yang kita cari telah didapatkan maka untuk penangkapan informasi tersebut salah satunya dilakukan dengan membaca. Dengan membaca seseorang dapat menangkap isi dari suatu informasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa membaca merupakan sumber informasi.

Dari beberapa mahasiswa yang diwawancarai, beberapa berpendapat bahwa membaca merupakan sumber informasi atau salah satu cara untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan seseorang. Seperti Adra (22 tahun) memberikan definisi membaca sebagai tindakan yang dilakukan untuk


(15)

memuaskan rasa ingin tahu seseorang. Tidak jauh berbeda dengan definisi yang disampaikan oleh Nazirudin Aziz (22 tahun) bahwa membaca adalah untuk mengetahui apapun informasi penting bahkan hal-hal yang baru yang berguna bagi seseorang maupun masyarakat. Membaca merupakan salah satu cara seseorang untuk memperoleh pengetahuan lebih dari berbagai media baik itu buku, majalah ataupun internet sekalipun.

Begitu juga halnya dengan Dayan Rahmanto (22 tahun), literasi merupakan suatu kegiatan membaca dan menulis untuk mendapatkan informasi-informasi yang diinginkan. Baik informasi-informasi tentang pendidikan, sosial atau apa saja yang dapat menambah pengetahuan seseorang.

“Seperti yang diketahui literasi itu kan membaca dan menulis kan. Tanpa banyak baca kita tidak bisa menulis dengan baik. Jadi menurut aku membaca itu kegiatan menambah dan terus menambah informasi. Informasi itu dapat berupa ilmu pengetahuan atau apapun lah” (Wildan Arief, 23 tahun)

Menurut Wildan, tanpa membaca seseorang tidak akan dapat menulis dengan baik. Karena menulis merupakan hasil dari pikiran seseorang atau pengetahuan seseorang. Dan pengetahuan tersebut diperoleh dari membaca. Dan menurutnya, membaca merupakan sumber informasi, baik ilmu pengetahuan maupun informasi lainnya yang berguna bagi seseorang.

Begitu juga dengan Liyana (22 tahun) yang mengartikan literasi sebagai sumber informasi. Seperti kutipan hasil wawancara berikut ini:


(16)

“Membaca itu ibaratnya suatu proses pengumpulan informasi. Informasi-informasi dari bahan bacaan yang dibaca nantinya akan menjadi pengetahuan baru bagi seseorang. Jadi makin banyak orang membaca yah makin banyak yang dia tahu”(Liyana, 22 tahun)

Menurut Dictionary for Library and Information Science oleh Reitz (2004:356) mendefenisikan literasi informasi sebagai berikut: Information literacy is skilll in finding the information one needs, including and understanding of how libraries are organized, familiarity with resource they provide (including information formats and automated search tools), and knowledge of commonly used techniques. The concept also includes the skills required to critically evaluate information content and employ it affectively, as well as understanding of the technological infrastructure on which information transmission is based,

including its social, political, and cultural context and impact.18

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Shapiro. Menurut Shapiro (1996:31) “Information literacy is refer to a new liberal art that extends from knowing how to use computers and access information to critical reflection on the

Berdasarkan pendapat di atas dikatakan bahwa literasi informasi adalah kemampuan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan, mengerti bagaimana perpustakaan diorganisir, familiar dengan sumber daya yang tersedia (termasuk format informasi dan alat penelusuran) dan pengetahuan dari teknik yang biasa digunakan dalam pencarian informasi.

18


(17)

nature of information itself, its technical infrastructure, and its social, cultural

and even philosophical context and impact”19

3.2.2. Literasi sebagai Kegiatan Pengkajian Ilmu Pengetahuan

Berdasarkan pendapat di atas dikatakan bahwa literasi informasi ditujukan sebagai sebuah seni liberal baru dalam rangka mengetahui bagaimana menggunakan komputer, mengakses informasi dan berpikir secara kritis dalam informasi mereka, infrastruktur teknologi dalam kontes sosial, budaya, konteks filosofi dan dampaknya.

Beberapa mahasiswa berpendapat bahwa membaca merupakan suatu kegiatan mengkaji ilmu pengetahuan. Membaca merupakan proses penyerapan makna dari suatu bahan bacaan yang dibaca (Reza, 22 tahun). Sama seperti kutipan hasil wawancara di bawah ini:

“Membaca itu adalah proses penangkapan informasi-informasi dari tulisan-tulisan yang akan memberikan pengetahuan lebih kepada seseorang” (Yusuf, 22 tahun)

Dari hasil wawancara tersebut dapat diartikan bahwa membaca merupakan suatu cara seseorang menangkap makna atau maksud dan tujuan dari isi bacaan yang dibaca.

Begitu juga dengan Syahreza (22 tahun) yang memiki pendapat yang sama. Menurutnya, literasi merupakan kegiatan mendapatkan pengetahuan

19


(18)

sebanyak-banyaknya dan pengetahuan yang didapatkan tersebut dikaji untuk dapat dimengerti maksudnya.

“Membaca itu menurut aku bukan sekedar melihat bahan bacaan yang kita baca. Tapi dari apa yang kita baca itu kita mengerti isinya dengan cara dikaji apa maksud atau apa isi dari bahan bacaan sehingga kita mengerti.” (Winahasanah, 21 tahun)

Dari kutipan hasil wawancara tersebut, dapat diartikan bahwa membaca bukan hanya sekedar melihat bacaan. Informasi yang didapat dari bahan bacaan tersebut harus dikaji sehingga kegiatan membaca bukan sekedar untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan melainkan mengerti isi dari bahan bacaan tersebut. Sehingga membaca itu tidak menjadi kegiatan yang sia-sia.

Pengertian ini sejalan dengan definisi membaca menurut Chambers dan Lowry (Burn, Roe dan Ross,1984) menggaris bawahi juga menegasakan hal yang sama bahwa membaca lebih dari sekedar mengenali kata-kata tetapi juga membawa ingatan yang tepat, merasakan dan mendefinisikan beberapa keinginan, mengidentifikasi sebuah solusi untuk memenuhi keinginan, memilih cara alternatif, percobaan dengan memilih, menolak atau menguasai jalan atau cara yang dipilih, dan memikirkan beberapa cara dari hasil yang evaluasi. Hal tersebut secara keseluruhan termasuk respon dari berpikir. Maksudnya, dengan membaca seseorang bukan hanya sekedar mengenali kata-kata yang dilihatnya melainkan dapat menangkap isi ataupun maksud dari informasi tersebut.


(19)

3.2.3. Literasi Sebagai Hiburan

Hiburan adalah segala sesuatu – baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku – yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Pada umumnya hiburan dapat berupa berupa hiburan dengan menjelajahi alam ataupun mempelajari budaya. Mengisi kegiatan di waktu senggang seperti membuat kerajinan, keterampilan, membaca juga dapat dikategorikan sebagai hiburan.

Dari beberapa mahasiswa Teknik Industri yang diwawancarai, ada berpendapat lain. Mereka menyebutkan bahwa membaca merupakan kegiatan hiburan. Dapat dilihat dari kutipan hasil wawancara berikut ini:

“Membaca itu menurut saya adalah bentuk pengalihan suasana hati seseorang. Seperti kalau saya sedang sedih mungkin dengan membaca dapat mengubah suasana hati saya jadi ceria” (Edgar, 21 tahun).

Dari kutipan wawancara diatas, dapat diartikan bahwa membaca bukan hanya sekedar memperoleh isi dari bahan bacaan, melainkan dapat mengubah suasana hati seseorang. Sehingga dapat dikatakan bahwa membaca merupakan suatu hiburan.

Begitu juga dengan Yoko Andreas (22 tahun) yang mengatakan bahwa membaca merupakan kegiatan yang dapat menghilangkan stres atau beban pikiran. Menurutnya dengan membaca terutama bahan bacaan yang non ilmiah dapat menghilangkan penat atau bebean yang ada dalam pikirannya. Bagi Yoko


(20)

membaca merupakan kegiatan yang menyenangkan namun untuk bahan bacaan yang ringan atau isi bacaan yang mudah dimengerti.

“Dengan membaca suasana hati atau pikiran seseorang bisa berubah loh. Aku suka membaca walaupun tidak selalu baca buku ilmiah ya. Tapi membaca itu bagi aku sebuah kesenangan. Terutama kalau aku lagi banyak pikiran, membaca bisa buat aku lebih tenang. Apalagi kalau baca komik, yang tadinya lagi galau bisa senyum-senyum sendiri loh. (Saryanta, 21 tahun)

Dari kutipan tersebut jelas diartikan bahwa membaca merupakan suatu hiburan. Isi dari bacaan yang dibaca dapat mempengaruhi suasana hati dan pikiran seseorang. Dalam hal ini dimungkinkan pada bahan bacaan yang lebih ringan sehingga dapat mudah dimengerti dan pikiran akan menjadi rileks.

Sama halnya dengan Stauffer (Petty & Jensen, 1980) menganggap bahwa membaca, merupakan transmisi pikiran dalam kaitannya untuk menyalurkan ide atau gagasan. Selain itu, membaca dapat digunakan untuk membangun konsep, mengembangkan perbendaharaan kata, memberi pengetahuan, menambahkan proses pengayaan pribadi, mengembangkan intelektualitas, membantu mengerti dan memahami problem orang lain, mengembangkan konsep diri dan sebagai suatu kesenangan.20 Maksudnya, membaca merupakan trasmisi pikiran untuk pengembangan diri dan memahami orang lain dan juga sebagai suatu kesenangan atau hiburan.

20


(21)

3.3. Intensitas Membaca pada Mahasiswa Teknik Industri USU

Membaca adalah jalan sesungguhnya menuju kesuksesan. Dengan membaca seseorang dapat mengetahui berbagai informasi apapun bahkan dimanapun. Sehingga semakin banyak bacaan yang kita baca maka kita akan semakin dekat dengan kesuksesan.

Seperti kita ketahui bersama, salah satu tujuan utama penyelenggaraan kegiatan belajar di Perguruan Tinggi adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, bukan sekedar memenuhi jumlah minimal SKS yang dibebankan lantas mendapatkan ijazah dan gelar akademik atau profesi. Seseorang akan dikatakan berkualitas apabila ia mempunyai wawasan luas dan mendalam serta tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang yang digelutinya.

Seorang mahasiswa yang ingin mencapai sukses dalam studinya harus mempunyai strategi khusus dalam memanfaatkan waktu untuk belajar semaksimal mungkin dan senantiasa memprediksi lima atau enam tahun kedepan, pada saat mana ia meninggalkan Perguruan Tinggi dan mengaplikasikan ilmunya dilapangan. Perlu diingat bahwa, belajar mandiri adalah ciri khas belajar di Perguruan Tinggi, ini berarti bahwa inisiatif untuk belajar aktif dituntut lebih banyak pada mahasiswa, salah satunya dengan memanfaatkan waktu yang tersisa dengan membaca.


(22)

3.3.1. Membaca di Perpustakaan

Salah satu unsur penunjang yang paling penting dalam dunia pendidikan tinggi adalah keberadaan sebuah perpustakaan. Adanya sebuah perpustakaan sebagai penyedia fasilitas yang dibutuhkan terutama untuk memenuhi kebutuhan civitas akademik (Dosen, Staf dan Mahasiswa) akan sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kampus itu sendiri. Tidak dapat disangsikan lagi bahwa sekolah ataupun kampus merupakan tempat yang sangat tepat untuk memupuk minat baca seseorang terutama perpustakaan. Peran perpustakaan sangat sentral dalam membina dan menumbuhkan kesadaran membaca.

Perpustakaan merupakan tempat yang berisi koleksi buku-buku baik berupa buku-buku ilmiah ataupun majalah dan sebagainya. Perpustakaan lebih umum dikenal sebagai suatu koleksi besar yang dibiayai atau dioperasikan oleh suatu kota atau institusi dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.

Seperti halnya perpustakaan yang berada di departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara. Di perpustakaan ini terlihat berbagai macam buku yang berkaitan dengan teknik industri. Namun, sering kali perpustakaan ini terlihat sepi. Sebagian besar dari mahasiswa yang diwawancarai mengakui bahwa mereka sangat jarang mengunjungi perpustakaan.

“Kalau aku sih jujur jarang sekali ke perpustakaan ya, itupun kalau ada tugas kuliah yang mengharuskan untuk membaca buku baru deh aku kesana” (Winahasanah, 21 tahun)


(23)

Dari kutipan wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa perpustakaan bukan sebagai tempat yang rutin dikunjungi oleh mahasiswa, mereka lebih sering ke perpustakaan karena adanya keperluan untuk mengerjakan tugas bukan sengaja meluangkan waktu membaca untuk mendapat pengetahuan lebih.

Menurut pengamatan dari penulis, kondisi perpustakaan yang berada di departemen Teknik Industri USU sangat memprihatinkan. Bukan dari segi bangunannya, melainkan dari tingkat intensitas mahasiswa yang mengunjungi perpustakaan tersebut. Dari beberapa kali pengamatan penulis, perpustakaan selalu terlihat sepi. Hanya terlihat beberapa mahasiswa yang berada di perpustakaan yang sedang mengerjakan tugas kuliah.

Perpustakaan tidak lagi memiliki peran yang semestinya. Realita seperti ini yang membuat penulis ingin mengetahui mengapa kondisi perpustakaan di kampus Teknik Industri USU memprihatinkan.

Dari beberapa mahasiswa yang diwawancarai, menyatakan bahwa perpustakaan kampus Teknik Industri USU belum memiliki koleksi buku-buku yang lengkap dan juga tidak update. Mereka lebih memilih membaca di perpustakaan Universitas karena lebih nyaman dan lebih lengkap.

“Perpustakaan Teknik Industri menurut saya sudah bagus ya, tapi mungkin masih kurang nyaman dan ada


(24)

beberapa buku yang tidak lengkap dan belum update. Makanya saya lebih suka membaca di perpustakaan Universitas karena menurut saya dari segi tempat lebih nyaman dan juga dibanding perpustakaan Teknik Industri, perpus Universitas lebih lengkap.” (Adra, 22 tahun).

Dari hasil kutipan diatas dapat dinyatakan bahwa tingkat kenyamanan dan kelengkapan buku-buku di perpustakaan menjadi faktor yang mempengaruhi intensitas mahasiswa untuk mau membaca di perpustakaan.

Dengan melihat keadaan yang terjadi di perpustakaan Teknik Industri USU serta hasil dari wawancara dengan mahasiswa yang meyatakan bahwa perpustakaan kampus yang masih kurang memadai dan kurang nyaman. Sehingga membuat mahasiswa kurang tertarik untuk mengunjungi perpustakaan terutama untuk membaca buku-buku di perpustakaan. Walaupun minat membaca dalam diri mahasiswa itu tinggi, kenyamanan dan ketersediaan buku-buku diperpustakaan sangat mempengaruhi.

Winoto (1994 : 151) menyatakan kemampuan membaca pada diri seseorang bukan jaminan bagi terciptanya kebiasaaan membaca karena kebiasaan membaca juga dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti ketersediaan bahan bacaan.21

Hal ini sejalan dengan pernyataan Gould (1991, 27) bahwa dalam setiap proses belajar, kemampuan mendapatkan ketrampilan-ketrampilan baru

Perkembangan kebiasaan melakukan kegiatan merupakan proses belajar yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

21


(25)

tergantung dari dua faktor, yaitu faktor internal dalam hal ini kematangan individu dan ekternal seperti stimulasi dari lingkungan. Faktor eksternal yang seringkali disorot berpengaruh terhadap perkembangan minat dan kebiasaan membaca seseorang adalah lingkungan keluarga dan lingkungan pendidikan, dalam hal ini guru dan perpustakaan. Perpustakaan menjadi fokus sentral dalam hal akses ke bahan bacaan karena masyarakat menaruh harapan besar pada lembaga ini untuk menyediakan informasi yang mereka butuhkan.22

3.3.2. Membaca di Kampus

Secara umum kampus diartikan sebagai bangunan utama perguruan tinggi universitas, akademi atau tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi berlangsung. . Selain materi-materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, seorang mahasiswa juga harus berusaha meningkatkan pengetahuannya sendiri yaitu dengan membaca. Sebagian besar mahasiswa Teknik Industri terutama mahasiswa semester akhir lebih banyak menghabiskan waktunya di kampus. Salah satunya yang mereka lakukan adalah membaca. Beberapa mahasiswa melakukan kegiatan membaca dan menulis paling sering di kampus.

“Walaupun saya tidak punya waktu-waktu khusus untuk membaca, tapi saya lebih sering membaca di kampus. Seperti dalam pengerjaan tugas. Biasanya saya duduk di

22


(26)

koridor kampus sambil membaca ataupun di kantin sambil menikmati makan siang” (Naziruddin Aziz, 22 tahun)

Dari kutipan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa lebih banyak melakukan kegiatan membaca di lingkungan kampus. Walaupun kenyataannya yang mendorong mereka membaca lebih dikarenakan dalam pengerjaan tugas kuliah. Namun walaupun mereka membaca dengan tujuan mengerjakan tugas kuliah, membaca di kampus lebih sering dilakukan daripada membaca di perpustakaan.

“Saya bisa seharian di kampus. Selesai kuliah saya ngurus lab. Sebagai asisten lab saya cukup disibukkan dengan kegiatan ini. Jadi membaca di kampus bukan rutinitas saya.” (Saryanta, 22 tahun)

Begitu juga dengan Nadia (22 tahun) yang menyatakan jarang sekali membaca di kampus. Nadia sebagai asisten lab proses manufaktur yang mengharuskannya menghabiskan banyak waktunya untuk mengurus lab.

Seperti halnya Ketua Jurusan Teknik Industri USU, Ir. Khawarita Siregar, MT mengatakan bahwa departemen Teknik Industri memiliki mata kuliah lab yang cukup padat, walaupun setiap mata kulih lab terdiri dari 1 sks namun sangat


(27)

penting untuk diikuti oleh setiap mahasiswa. Karena menurut beliau seorang lulusan Teknik Industri harus mampu menggunakan ilmu keteknikan dalam pemecahan masalah terutama dalam prakteknya bukan hanya teori saja.

Dari hasil wawancara beberapa mahasiswa tersebut, dapat dikatakan bahwa alasan mereka lebih sering membaca di kampus adalah dikarenakan kegiatan mereka banyak dihabiskan di kampus. Terutama bagi mahasiswa yang duduk di semester lima keatas. Walaupun mereka membaca lebih kepada tujuan pengerjaan tugas-tugas kuliah. Mereka menghabiskan waktu di kampus bukan hanya untuk

mengikuti kuliah, bahkan kegiatan lab yang sangat padat mengharuskan mereka untuk rela menghabiskan waktunya lebih lama di kampus. Sehingga tugas-tugas yang diberikan dosen ataupun diskusi mereka kerjakan di kampus.

3.3.3. Membaca di Rumah

Selain di perpustakaan dan kampus, rumah juga selayaknya dijadikan tempat mengembangkan budaya literasi. Seperti mengulang kembali

materi-Gambar 5 : Kegiatan mahasiswa di Lab. Ergonomi


(28)

materi kuliah yang diberikan di kampus ataupun untuk membaca bahan bacaan seperti koran, majalah, novel atau komik. Ada beberapa mahasiswa yang meminjam buku di perpustakaan dan membacanya di rumah, beberapa mahasiswa di rumah hanya membaca novel atau komik, bahkan ada mahasiswa yang tidak pernah membaca di rumah.

“Di rumah saya sangat jarang membaca. Paling baca koran atau majalah, itupun kalau ada. Saya tidak punya waktu-waktu khusus untuk membaca di rumah”(Liyana Fadillah, 22 tahun)

Dari kutipan diatas dapat dikatakan bahwa rumah tidak dijadikan tempat yang sering digunakan mahasiswa untuk membaca. Kebanyakan mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu sibuknya di luar rumah.

Ada juga sebagaian mahasiswa yang menjadikan rumah sebagai tempat untuk membaca bahan bacaan non ilmiah seperti majalah, komik, ataupun novel. Menurut mereka bahan bacaan ilmiah lebih tepat dibaca di kampus ataupun perpustakaan. Bagi mereka rumah merupakan tempat dimana mereka “istirahat” dari buku-buku yang memberatkan pikiran mereka.

“Kalau di rumah saya biasanya baca majalah atau komik atau novel. Yah, biar pikiran saya lebih rileks aja. Seharian di kampus dengan segala kepenatan masa di rumah harus baca buku kuliah lagi. Gak lah, di rumah saya lebih senang membaca sebagai bahan hiburan walaupun saya tidak memiliki waktu khusus untuk membaca. Tapi sudah dipastikan kalau saya sangat jarang membaca buku kuliah di rumah” (Edgar, 21 tahun)


(29)

Menurut Edgar, rumah memang dapat dijadikan sebagai tempat meningkatkan budaya literasi. Namun berbeda dengan perpustakaan ataupun kampus, rumah lebih dijadikan sebagai tempat bahan bacaan non ilmiah atau membaca untuk menghibur diri dan “merileksasikan” diri dari segala kegiatan yang “menguras” pikiran mereka.

Seperti halnya Adra (22 tahun) yang menyatakan bahwa membaca di rumah sering dilakukannya terutama pagi hari untuk sekedar membaca koran dan juga malam hari sebelum tidur walaupun orangtuanya tidak selalu menyuruhnya untuk membaca. Menurutnya, orangtuanya menganggap dirinya sudah dewasa dan dapat mengatur dirinya sendiri. Walaupun begitu, orangtua Adra masih tetap mengikuti perkembangannya. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan orangtua Adra:

“Saya jarang menyuruh Adra untuk belajar. Saya anggap dia sudah dewasa. Saya juga kasihan melihat dia pulang kampus kecapekan. Karena saya tau gimana sibuknya menjadi mahasiswa teknik ya. Dan saya lihat tanpa disuruh dia tetap belajar”(Darwin, 56 tahun)

Dari seluruh mahasiswa yang diwawancarai memberikan jawaban yang hampir sama, mereka jarang melakukan kegiatan membaca terutama membaca bahan bacaan ilmiah. Orangtua juga tidak terlalu aktif menyuruh anak-anaknya untuk membaca di rumah. Ini disebabkan karena orangtua mengganggap anaknya sudah dewasa dan dapat mengatur dirinya dengan baik dan juga melihat bahwa


(30)

anaknya sudah cukup lelah mengikuti perkuliahan di kampus sehingga di rumahnya mereka dapat “beristirahat” dari kesibukan tersebut.

3.3.4. Membaca di Toko Buku

Toko buku adalah sebuah tempat—dapat berupa yang di dalamnya menjual berbagai jenis dan alat-alat yang terkait dengan buku itu sendiri. Keberadaan Toko Buku di kota sangat membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi dan wawasan melalui buku/media cetak lainnya ditambah dengan fasilitas-fasilitas penunjang yang tersedia sehingga diharapkan mampu menampung kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan dunia perbukuan sehingga secara langsung maupun tidak langsung, keberadaan toko buku dapat mendorong masyarakat agar lebih bersemangat lagi dalam membaca buku.

Seperti halnya tujuan dari keberadaan toko buku yang diharapkan mampu mendorong agar masysrakat terutama mahasiswa agar lebih bersemangat lagi dalam membaca buku, dalam kenyataannya adalah mahasiswa teknik Industri Universitas kurang menyenangi membaca buku atau membeli buku di toko buku. Membaca buku di perpustakaan atau meminjam buku di perpustakaan lebih diminati karena tidak membutuhkan biaya (Yusuf, 22 tahun).

“Selagi buku yang dibutuhkan masih dapat ditemukan di perpustakaan dan dapat dipinjam, saya lebih memilih membaca di perpustakaan. Ini dikarenakan biaya yang diperlukan tidak seperti membeli buku. Saya ke toko buku hanya untuk membaca


(31)

komik atau novel selain itu hanya karena mencari buku yang tidak dapat saya temukan di perpustakaan” (Adra, 22 tahun)

Dari kutipan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa toko buku merupakan pilihan kedua dari perpustakaan. Apabila buku yang dicari sudah ditemukan di perpustakaan maka mereka lebih memilih meminjamnya di perpustakaan daripada membeli di toko buku. Hal ini dikarenakan harga buku yang cenderung tak terjangkau oleh daya beli masysrakat. Sehingga dapat dipastikan bahwa mahasiswa Teknik Industri jarang membaca di toko buku.

3.3.5. Membaca Online

jaringan Internet. Sehingga apabila komputer kita online maka dapat mengakses internet/ browsing, mencari informasi-informasi di internet. Dewasa ini internet sudah sangat familiar di masyarakat, tak hanya bisa diakses dengan mudah melalui komputer akan tetapi juga via smartphone dan tablet. Sehingga banyak pula orang yang memanfaatkan internet untuk berbisnis dan apa yang mereka kerjakan itu dinamakan bisnis online. Ada pula yang membuka toko di internet, maka dinamakan toko online.

Perkembangan teknologi ini memudahkan masyarakat dalam memperoleh informasi. Sama halnya seperti mahasiswa yang dapat memperoleh informasi apapun yang dibutuhkan. Itulah yang disebut dengan membaca online. Membaca online dapat berupa membaca buku online atau yang sering disebut dengan E-Book, dan bahan bacaan ilmiah lainnya. Cara membaca seperti ini banyak dipilih


(32)

oleh masyarakat terutama mahasiswa dikarenakan kemudahan dalam mengaksesnya.

Dari seluruh mahasiswa yang diwawancarai, rata-rata mahasiswa lebih sering melakukan membaca online dan dengan alasan yang hampir sama. Mudah mengakses dan juga biaya yang lebih sedikit menjadi alasan paling dasar para mahasiswa.

“Saya paling sering membaca online karena dengan membaca online informasi yang saya butuhkan dapat dengan cepat saya dapatkan tanpa harus mencari buku. Selain itu juga membaca online dapat dilakukan dimana saja kapan saja, karena dengan menggunakan gadget kita saja sudah bisa mengakses informasi dan juga biaya yang dibutuhkan lebih sedikit daripada harus membeli buku.” (Nadia, 22 tahun).

Dari hasil wawancara yang dilakukan, dinyatakan bahwa mahasiswa paling sering melakukan membaca online. Dengan alasan yang paling umum yaitu kemudahan dalam mengakses dan biaya yang diperlukan lebih sedikit.

Informasi yang dibutuhkan dapat ditemukan dengan cepat dan dimana saja. Harga-harga buku yang semakin mahal juga daya beli masyarakat yang menurun menjadikan membaca online paling diminati masysrakat terutama mahasiswa. Apalagi kini kemajuan teknologi yang semakin pesat menjadikan gadget dengan harga terjangkau namun dapat mengakses internet untuk mendapatkan berbagai macam informasi. Namun, walaupun menggunakan internet atau membaca online paling diminati, mahasiswa Teknik Industri USU


(33)

terkadang juga harus membeli atau meminjam buku dikarenakan informasi yang dibutuhkan lebih lengkap dan detail dijelaskan di dalam buku ataupun dosen yang mewajibkan mahasiswanya memiliki buku tersebut.

3.4. Kepemilikan Bahan Bacaan pada Mahasiswa Teknik Industri USU 3.4.1. Bahan Bacaan Ilmiah

Bahan bacaan ilmiah adalah bahan bacaan yang mengandung berbagai informasi yang penting di samping penggunaan bahasa yang cukup tinggi. Sebagai seorang mahasiswa yang pekerjaanya adalah menuntut ilmu, ada baiknya lebih sering membaca buku-buku yang bersifat ilmiah. Baik itu buku yang sesuai dengan jurusan yang diambil ataupun buku-buku akademik lainnya. Sebagai seorang mahasiswa ada baiknya mengetahui berbagai informasi tidak hanya mengenai jurusan yang diambil saja.

3.4.1.1. Buku Teknik

Teknik industri adalah cabang dari ilmu pengembangan, perbaikan, implementasi, dan evaluasi sistem integral

dari23

23

Sebagai mahasiswa teknik Industri sudah pasti bahan bacaan yang mendukung dalam perkuliahan adalah semua buku yang bersangkutan dengan teknik. Seperti halnya dalam pengerjaan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, mahasiswa memerlukan


(34)

buku-buku teknik sebagai referensi. Beberapa mahasiswa hanya memiliki sedikit buku mengenai teknik. Beberapa mahasiswa memiliki hanya buku pengantar teknik. Bahkan ada mahasiswa yang sama sekali tidak memiliki buku teknik.

“Mungkin kalau memiliki buku yang bersangkutan dengan teknik tidak ada karena saya biasanya meminjam buku ke perpustakaan saja tidak membelinya. Lagian saya baca buku teknik saat jam kuliah atau kalo ngerjain tugas. Soalnya membosankan sih, berat bahasanya.”(Andi, 20 tahun)

Dari hasil wawancara terhadap beberapa mahasiswa, dapat dinyatakan bahwa kepemilikan buku teknik masih sangat sedikit. Dari keseluruhan mahasiswa yang diwawancarai hanya memiliki buku yang berhubungan dengan teknik tidak lebih dari 10 buku. Buku teknik dianggap bacaan yang membosankan karena berisi bahasa yang berat atau tidak mudah dimengerti. Buku-buku teknik dmiliki untuk mengerjakan tugas atau juga sebagai panduan mahasiswa dalam penyelesaian kuliah bukan menjadi bahan bacaan yang dilakukan terus-menerus.

Begitu juga halnya dengan mahasiswa lainnya yang telah diwawancarai, yakni Wildan Arief (23 tahun) mengatakan bahwa buku yang dimilikinya lebih banyak berupa buku yang tidak berhubungan dengan bidangnya. Menurut Wildan, buku teknik bisa ditemukan di perpustakaan kampus atau perpustakaan universitas sehingga menjadikannya tidak tertarik untuk memilikinya, hanya sekedar meminjamnya disaat membutuhkannya. Baginya, buku-buku teknik saat ini


(35)

harganya cukup mahal. Sehingga buku-buku yang dapat dijangkau dan dibutuhkan saja yang dimilikinya, sedangkan buku yang cukup mahal akan dicari di perpustakaan ataupun toko buku bekas.

Tak jauh berbeda dengan Nadia (22 tahun) yang mengatakan bahwa buku teknik yang dimilikinya hanya buku-buku pegangan teknik industri saja. Berikut kutipan hasil wawancara:

“Kalo aku punyanya buku pegangan teknik aja, pas baru masuk kuliah tuh semester satu sama dua aja rajin beli buku setelah itu males. Mending ke perpus aja minjem hahaha! Lumayan mahal sih bukunya.” (Nadia, 22 tahun)

Dari kutipan tersebut jelas dinyatakan Nadia bahwa buku teknik yang dimilikinya hanya beberapa buku pegangan saja. Dan buku tersebut dibelinya pada awal masuk kuliah. Ini dikarenakan harga buku yang cukup mahal. Sehingga buku-buku teknik yang paling penting saja yang dimiliki.


(36)

3.4.1.2. Buku Umum

Selain buku yang bersangkutan dengan jurusan yang diambil, mahasiswa layaknya memiliki pengetahuan umum, seperti buku politik, psikologi dan sebagainya. Buku-buku umum ini berguna bagi pengembangan wawasan seorang mahasiswa. Beberapa mahasiswa memiliki buku tentang politik. Beberapa mahasiswa memiliki beberapa buku mengenai biografi. Dan ada mahasiswa yang sama sekali tidak memiliki buku akademik selain buku teknik.

“Selain buku teknik saya juga suka baca buku mengenai politik. Karena kita hidup di negara politik sampai kapanpun tidak bisa lepas dari politik apalagi sebentar lagi kita akan melakukan pemilihan presiden. Jadi saya cukup tertarik membaca buku politik jika ada waktu senggang” (Yusuf, 22 tahun)

Dari hasil kutipan wawancara tersebut menunjukkan bahwa beberapa mahasiswa Teknik Industri sadar akan pentingnya ilmu-ilmu umum selain ilmu yang didapatnya di kampus. Seperti halnya buku sosial politik. Apalagi baru berapa lama ini dilaksanakannya pemilihan presiden dan wakil presiden yang termasuk cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia bahkan dunia, sehingga menarik untuk membaca buku-buku politik khususnya.

Sama halnya dengan Tanesia (21 tahun) yang mengatakan bahwa dirinya senang membaca buku-buku biografi orang-orang sukses. Dengan membaca buku biografi menurutnya akan menambah wawasan bahkan dapat menjadi memotivasi


(37)

dirinya untuk menjadi orang sukses. Sehingga tak jarang juga Tanesia membeli dan membaca buku biografi.

“Saya suka baca-baca biografi terutama biografi orang-orang sukses yang berlatarbelakang orang biasa. Dari bacaan itu memotivasi saya untuk menjadi orang sukses. Mungkin dengan mengikuti cara hidupnya atau prinsip hidupnya.”(Tanesia, 21 tahun)

Menurut Tanesia, untuk menjadi orang sukses bukan hanya sekedar mengetahui ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidang atau jurusannya pada saat kuliah. Seseorang harus memiliki pengetahuan umum juga untuk menjadi orang sukses, juga cara hidup atau prinsip hidup yang menjadikan seseorang bukan hanya pintar namun sukses.

3.4.2. Bahan Bacaan Non Ilmiah

Selain buku-buku ilmiah yang sangat penting bagi mahasiswa dalam perkuliahan, buku tidak ilmiah juga berperan dalam kehidupan mahasiswa. Bahan bacaan non ilmiah adalah bacaan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal). Buku tidak ilmiah seperti komik ataupun novel biasanya mengisi waktu kosong mahasiswa ataupun sebagai bahan hiburan.


(38)

3.4.2.1Koran/Surat Kabar

Koran/surat kabar merupakan suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut

yang berisi24 Topiknya bisa berupa

eve berisi dengan masalah-masalah tertentu, (wikipedia.com)

Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa surat kabar merupakan bahan bacaan yang menambah wawasan pembacanya. Dengan membaca surat kabar, kita dapat “meng-update” perkembangan yang terjadi di lingkungan sekitar bahkan dunia. Sehingga, walaupun surat kabar bukan merupakan bahan bacaan ilmiah, namun sangat berguna bagi masyarakat.

Sama seperti halnya mahasiswa. Mahasiswa dikenal sebagai sosok yang kritis di mata masyarakat. Sehingga sebagai seorang mahasiswa baiknya memiliki pengetahuan yang lebih dari sekedar ilmu yang diperoleh dari kampus. Yakni dengan membaca koran salah satunya.

Dari mahasiswa yang telah diwawancarai, beberapa mahasiswa mengakui bahwa mereka setiap hari membaca koran, bahkan ada yang berlangganan koran. Dan beberapa mahasiswa lagi mengakui bahwa mereka jarang membaca koran.

24


(39)

“Saya senang membaca koran. Makanya saya berlangganan koran. Setiap pagi saya sempatkan untuk membaca koran.” (Adra, 22 tahun)

Dari kutipan hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa Adra senang membaca koran, dan menjadikannya sebagai rutinitas. Sehingga dapat dipastikan kepemilikan surat kabarnya banyak. Dan ditunjukkan dari kemampuannya dan wawasannya yang luas akan perkembangan informasi yang ada di Indonesia bahkan dunia

Koran yang merupakan sumber informasi berupa berita kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar kita maupun di seluruh dunia memang sangat diperlukan. Ilmu yang didapat dari kampus masih belum cukup, wawasan atau pengetahuan akan lingkungan sekitar ataupun dunia juga menjadikan seseorang yang bukan hanya pintar namun peka terhadap lingungannya, sehingga ilmu yang didapat dari lingkungan pendidikan dapat di aplikasikan untuk lingkungannya.

Menurut wawancara dengan beberapa mahasiswa dan pengamatan yang dilakukan, mahasiswa Teknik Industri cukup sering membaca koran. Mahasiswa Teknik Industri menyadari bahwa pengetahuan akan keadaan yang terjadi di lingkungannya atau dunia sangat penting untuk diketahui.

3.4.2.2Novel/Komik/Majalah

Novel atau komik adalah bacaan yang paling sering dibaca seorang mahasiswa daripada buku tidak ilmiah lainnya. Seperti yang sudah dijelaskan


(40)

sebelumnya, novel dan komik merupakan bahan bacaan hiburan. Perbedaan novel dan komik paling signifikan adalah dalam tampilan gambar sehingga novel memerlukan imajinasi yang lebih tinggi.

Sebagian besar mahasiswa menyukai membaca novel atau komik. Beberapa mahasiswa memiliki koleksi komik. Beberapa mahasiswa memiliki beberapa buku novel dan komik. Dan beberapa mahasiswa tidak memiliki novel ataupun komik namun cukup sering meminjamnya di tempat peminjaman novel ataupun komik.

“Dibandingkan buku-buku teknik, saya memiliki lebih banyak novel dan komik. Menurut saya komik atau novel bisa menjadi hiburan. Terutama saat saya merasa jenuh atau bosan dengan materi-materi kuliah”(Edgar, 21 tahun)

Dari kutipan hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa kepemilikan akan bahan bacaan non ilmiah seperti novel, majalah ataupun komik memegang peringkat teratas. Mahasiswa cenderung membeli bahan bacaan yang dianggap mampu menghibur mereka bukan untuk “menguras” pikiran dengan ilmu-ilmu ilmiah. Ini dikarenakan menurut mereka buku-buku ilmiah cukup membosankan.

Kegiatan perkuliahan yang cukup membosankan dan menghabiskan banyak waktu mahasiswa untuk belajar, menjadikan bahan bacaan seperti novel dan komik menjadi hiburan. Kejenuhan yang dialami mahasiswa saat di kampus menjadi lenyap karena membaca komik atau novel. Selain sebagai hiburan, majalah juga dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa seperti: fashion pakaian yang sedang tren atau harga-harga gadget terbaru maupun perkembangan


(41)

klub-klub sepak bola dunia. Sehingga walaupun sebagai hiburan, bahan bacaan non ilmiah juga dapat menambah pengetahuan masyarakat.


(42)

BAB IV

KEGIATAN LITERASI PADA MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI USU

4.1. Kegiatan Akademik 4.1.1. Tugas Kuliah

Salah satu kegiatan yang paling sering dilakukan mahasiswa dalam bidang literasi yaitu tugas kuliah. Dunia perkuliahan biasanya cukup identik dengan mahasiswa dan tugas-tugas kuliah. Tugas-tugas kuliah yang diberikan biasanya terdiri dari berbagai macam jenis, seperti membuat makalah, penelitian, presentasi, analisa kasus, dll. Bentuk dan cara pengerjaan tugas-tugas kuliah itu juga beragam yaitu dapat berupa tugas berkelompok atau tugas mandiri. Setiap tugas kuliah yang diberikan oleh setiap dosen memiliki tingkat kesulitan masing-masing.

Tugas kuliah biasanya diberikan oleh dosen dengan tujuan melatih mahasiswa untuk benar-benar memahami materi yang diberikan dosen dalam perkuliahan. menurut ketentuan departemen, tugas juga ikut turut menyumbangkan nilai yang nantinya akan diakumulasikan dengan nilai ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Dalam pengerjaan tugas tersebut mahasiswa biasanya memerlukan bahan referensi berupa buku ataupun bahan bacaan lainnya yang akan membantu memudahkan menyelesaikan tugas. Dan hasil dari yang dibaca dituangkan dalam bentuk tulisan atau ketikan. Walaupun dosen tidak memiliki waktu-waktu khusus dalam pemberian tugas kepada


(43)

mahasiswa, namun kegiatan ini lah yang paling sering dilakukan oleh mahasiswa sehubungan dengan budaya literasi.

4.1.2. Lomba Keilmuan

Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara dalam bidang literasi juga sering mengikuti lomba. Waktu lomba tersebut tidak tetap hanya berdasarkan informasi-informasi yang diterima oleh mahasiswa. Dalam pemilihan mahasiswa yang akan mengikuti lomba tersebut, mereka harus terlebih dahulu diseleksi oleh Ikatan Mahasiswa Teknik Industri (IMTI). Sehingga mahasiswa yang mengikuti lomba adalah mahasiswa-mahasiswa pilihan yang berprestasi. Lomba-lomba keilmuan yang diikuti adalah sebagai berikut:

1) Industrial Design Seminar and Competition (INDISCO) Universitas

Diponegoro – 24-25 September 2013

Industrial Design Seminar and Competition (INDISCO) merupakan suatu perlombaan berbasis desain produk industri yang dikemas dengan seminar yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI), Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. INDISCO pertama kali diselenggarakan tahun 2009 dan tahun ini merupakan kali kelima penyelenggaraan INDISCO. Pada penyelenggaraan yang kelima ini, INDISCO 5th dikemas dengan acara yang lebih luas, yaitu product design competition - national seminar - and call for papers. Untuk itu, mengundang para peserta dari berbagai universitas di Indonesia,


(44)

baik negeri maupun swasta, untuk mengikuti INDISCO 5th yang kali ini mengangkat tema untuk Lomba Desain Produk “Automata Toys For Edu-Plaything” Tujuan dari diselenggarakannya INDISCO 5th ini adalah untuk mengembangkan inovasi dan kreativitas mahasiswa dalam mendesain produk mainan sebagai bagian dunia industri kreatif serta mempererat kerja sama antar mahasiswa di seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Inovasi yang ada diharapkan mampu membuat mainan berunsur edukatif yang dapat bersaing dengan mainan secara global dewasa ini. Secara garis besar perlombaan akan dilaksanakan dalam dua tahapan, yakni Tahap 1(Seleksi Awal) dan Tahap 2 (Final).

Dalam perlombaan ini, departemen Teknik Industri USU mengirimkan tim yang diberi nama Tim Desainer Batak terdiri dari: Fahrul Rozi Siregar (2009), Rini Paskah Barus (2010) dan Fajar Prayogi (2010). Tim Desainer Batak dari Departemen Teknik Industri USU berhasil memperoleh peringkat 4 dalam perlombaan ini.

2) Industrial On Small Medium Entreprise Competitions (ISMEC’s) -

2 Oktober 2013

iSMEC’S merupakan kompetisi antar mahasiswa Teknik Industri se-Indonesia untuk mengeksplorasi bidang keilmuan teknik Industri dan implementasinya pada pengembangan usaha, dengan tema “Empowering The SME to be More Competitive Business”, yang dilaksanakan pada


(45)

tanggal 2 Oktober 2013 – 4 Oktober 2013 bertempat di Universitas Brawijaya Malang.

Kompetisi ini di ikuti sebanyak 10 tim dari 6 Universitas, antara lain :

1. Universitas Sumatera Utara (USU) 2 tim (ADECO dan SIGALE); 2. ITS 3 tim (EFEK RUMAH KACA, BISMILLAH dan BULL TEAM);

3. ITB 1 tim (ARTICUNO);

4. UGM 2 tim (APAPUN dan SB UGM) 5. UB 1 Tim (LVTI)

6. UI 1 Tim (LUCKYSTRIKE)

Tim iSMEC’s terdiri dari:

Departemen Teknik Industri mengirimkan 2 tim untuk mengikuti perlombaan ini yakni tim ADECO FC: Henry Marco Sipayung (2010), Adra Judhika Tondang (2010), dan Edgard Lam Martua P (2010). Tim SIGALE-GALE: Gemadana Irza (2010), Alyefi Asrar (2010), dan Lukfa Arini (2012). Tim ADECO dan SIGALE-GALE memperoleh peringkat 3 dan 4 nasional dalam perlombaan ISMEC’s ini.


(46)

3) NSCE Unpar 2014 - 26 November 2013

Lomba Statistika ini adalah salah satu wujud komitmen Jurusan Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan dalam mengemban Tri Darma perguruan tinggi. Dengan lomba ini, Jurusan Teknik Industri UNPAR bermaksud untuk menumbuhkan kesadaran di masyarakat tentang pentingnya ilmu Statistika rekayasa dan Terapan sebagai alat bantu analisis dan penyelesaian masalah, khusus permasalahan di industri. Lomba 7th NSCE menggunakan masalah spesifik dalam ilmu rekayasa teknik / statistika terapan dengan jumlah yang signifikan.

Peserta lomba tediri dari 3 (tiga) orang mahasiswa. Konsep lomba statistika ini akan menggabungkan sistem pengumpulan nilai dan sistem gugur, dimana masing-masing sistem akan terbagi menjadi 2 babak yang besar. Secara garis besar, urutan lomba statistika ini adalah:

1. Bagian sistem pengumpulan nilai, terdiri dari babak pengujian tertulis dan babak pelelangan. Pada babak pengujian tertulis, tiap kelompok akan diberikan soal teori dan hitungan yang akan dikerjakan secara tertulis. Sedangkan pada babak pelelengan, peserta akan diberikan soal mengenai beberapa topik statistika dengan mempertaruhakan sebagian nilai yang telah diperoleh dari babak tertulis.

2. Bagian sistem gugur, terdiri dari babak cepat tepat dan babak semifinal studi kasus. Pada babak cepat tepat, 20 kelompok yang telah berhasil lolos akan dibagi menjadi lima kelompok besar. Setiap


(47)

satu kelompok besar ini akan bertanding untuk menjawab persoalan mengenai topik statistika dengan format cepat dan tepat. Peserta yang lolos semifinal akan masuk babak semifinal studi kasus. Setiap peserta akan diberikan studi kasus. Penanganan studi kasus akan didiskusikan oleh masing-masing kelompok dalam jangka waktu tertentu untuk kemudian dipresentasikan. Penanganan studi kasus mencakup pemilihan metode statistika yang paling tepat untuk menangani studi kasus tersebut, analisa hasil pengolahan dan presentasi.

Departemen Teknik Industri mengirimkan 2 tim untuk mengikuti perlombaan ini yakni tim 1 yaitu Mhd. Rois Kedundun (2010), Nadhira Indah Pangestu Harahap (2010) dan Chaidir (2011). Tim 2 terdiri dari Nurliana Adelina (2010), Tri Utari (2010), dan Randi (2011). Tim 1 dan Tim 2 berhasil lolos hingga ke babak semifinal.

4) Lomba Keilmuan Rekayasa Kualitas Teknik Industri (RKTI) – 23 Oktober 2013

Kompetisi ini diselenggarakan oleh Universitas Trisakti pada 23-25 Oktober 2013 dan bertujuan untk menyosialisasikan bidang ilmu rekayasa kualitas kepada masyarakat guna meningkatkan daya saing produk atau jasa di Indonesia.


(48)

Kompetisi ini terdiri dari tiga babak utama diantaranya adalah babak penyisihan berupa soal konsep dan perhitungan serta analisis minitab, babak semi final berupa cerdas cermat, dan babak final dimana peserta diminta menyelesaikan studi kasus. Bahasan utama dari ketiga babak ini melingkupi ISO 9000 Family, Statistical Process Control, Measurement System Analysis, Aceptance Sampling dan Six Sigma.

Tim Lomba Keilmuan Rekayasa Kualitas yang dikirim oleh departemen Teknik Industri USU yaitu Tim Sigale-Gale:Rahmadan Syah Saragih (2010), Fina Bonita Simbolon (2010) dan Angelin Patricia Sianipar (2010). Tim Manjuah-juah: Liyana Fadhilah (2010), Gavrilo Jose (2010), Vita Rahmayani (2010). Tim Intermezzo: Shelvy Riri (2010), Tri Utari (2010) dan Muhammad Novri S (2010). Dua tim berhasil maju hingga ke babak semifinal.

5) Industrial Engineering Competition (IECOM) ITB 2014 - 11 Januari

2014

IECOM (Industrial Engineering Competition) merupakan sebuah ajang kompetisi keilmuan Teknik Industri dengan skala internasional yang diperuntukkan bagi mahasiswa S1 jurusan Teknik Industri dan Manajemen Rekayasa Industri. Acara ini diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Industri (MTI) ITB setiap dua tahun sekali. Pada tahun 2014, IECOM akan diadakan untuk keenam kalinya. Tajuk yang diangkat pada IECOM 2014 kali ini adalah “Sustainable Development, The Next Big


(49)

Step”. Pada kompetisi ini, peserta akan memperebutkan total hadiah sebesar USD $8000. IECOM diadakan dengan tujuan untuk mengaplikasikan kompetensi dan pengetahuan tentang keilmuan Teknik Industri dalam sistem nyata (real) pada sektor industri, meningkatkan kompetensi dan pengetahuan peserta dan mahasiswa Teknik Industri secara umum dalam persiapannya di dunia kerja, dan menjadi sarana pertukaran pengetahuan ilmu teknik industri di antara peserta dari. Dari 78 tim yang telah mendaftar secara online dari 28 universitas di Asia Tenggara, telah terpilih 15 tim untuk mengikuti kompetisi yang akan diselenggarakan pada tanggal 11-18 Januari 2014 di Bandung, Jawa Barat. Selanjutnya ke-15 tim ini akan membuat Essay tentang “Where does IE take role on the Sustainable Development?”, mengikuti Team Quiz, Amazing Race, Small Medium Enterprise Development, hingga Grand Final. Rangkaian acara IECOM 2014 lainnya adalah Gala Dinner, Industrial Seminar, Visit Bandung, danCultural Night.

Tim Tao Toba yang merupakan perwakilan tim dari Teknik Industri USU terdiri dari: Donny Rudy M M (2010), Nixon (2010), Adra Judhika Tondang (2010), dan Tanesia K. Sinaga (2010). Tim Tao Toba memperoleh peringkat 13 dalam perlombaan ini.

6) Lomba Keilmuan Teknik Industri (LKTI) UI 2014 – 10 Maret 2014 Lomba Keilmuan Teknik Industri (LKTI) merupakan lomba rutin tahunan yang dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa Teknik Industri (IMTI)


(50)

UI. LKTI bukan hanya diskusi dan forum sharing pengetahuan, tetapi juga wadah untuk mengimplementasikan konsep dari teknik industri di dunia nyata. LKTI merupakan pelopor kompetisi di bidang teknik industri di Indonesia sejak tahun 2001. Pada LKTI tahun ini mengangkat tema “Welcoming 2015 ASEAN Open Sky : Escalating Nation’s Airlines Competitiveness through Services Management”. Tema ini dipilih karena mengingat kebijakan ASEAN Open Sky yang akan diterapkan pada tahun 2015 mendatang yang akan mempengaruhi Industri Penerbangan di Indonesia.

Lomba Keilmuan Teknik Industri (LKTI) diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menjawab problema industri di dunia nyata. Pada kegiatan ini panitia LKTI mengundang seluruh universitas di Indonesia yang memiliki jurusan Teknik Industri. Setelah dilakukan seleksi pada tahap Preliminary stage dari beberapa universitas yang mendaftar tersaring 25 tim untuk mengikuti main stage pada 9 -13 Maret 2014 di Departemen Teknik Industri UI, Depok.

Tim perwakilan dari Teknik Industri USU yang mengikuti LKTI UI terdiri dari Rini Paskah Barus (2010), Willy Ramos Pakpahan (2010), Shelvy Riri Gusrina (2010), dan Joseph (2010). Tim ini memperoleh peringkat 22 dari perlombaan ini.


(51)

7) Innovation on Product Design Competition (INCEPTION) 2013

INCEPTION (Innovation On Product Design), merupakan lomba nasional desain produk yang diadakan oleh jurusan Teknik Industri Universitas Islam Indonesia. Perlombaan ini bertema "Innovation on Product Design Through Green Concept". Dengan kategori Green for Office Appliance: Dalam konsep ini, peserta ditantang untuk mendesain suatu produk peralatan kantor dengan penerapan konsep green didalamnya. Selain desain produk yang bermanfaat, tentu aspek seperti ergonomi, estetika, cara produksi yang green hingga kegunaan produk tersebut menjadi poin penting yang tidak dapat dipisahkan dengan konsep Go Green itu sendiri. Dan kategori kedua Green for Toys Product: Didalam konsep Green for Toys Product ini, peserta ditantang untuk mendesain suatu produk mainan anak-anak dengan menerapkan konsep green didalamnya termasuk memperhatikan aspek ergonomi, estetika, dan proses pembuatan yang green.

Tim dari departemen Teknik Industri USU yang mengikuti INCEPTION terdiri dari Liyana Fadhilah (2010), Ridhaul Fuadi (2010), dan Mahmud Fauzi Lubis (2011). Tim INCEPTION memperoleh peringkat 7 dalam perlombaan ini.


(52)

8) Industrial Challenge (INCHALL) ITS 2014 – 19 Maret 2014

Industrial challenge (INCHALL) 2014 adalah sebuah perlombaan kajian bidang ilmu Teknik Industri untuk mahasiswa Teknik Industri se Indonesia yang diadakan setiap dua tahun sekali dan diselenggarakan sepenuhnya oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Industri ITS (HMTI ITS).INCHALL 2014 mengangkat tema “Creating Sustainable Value, Challenge for the Future”.

Inchall sendiri merupakan ajang lomba dalam menyelesaikan permalasalahan bisnis dengan mengunakan metode keilmuan TI. 'Seperti ilmu ergonomi, sistem manufaktur dan statistik.

Tim MEZINGKAT USU yang mewakili Teknik Industri USU terdiri dari Liyana Fadhilah (2010), Reza Adhi Nugraha (2010), dan Muhammad Ikhsan (2010). Tim MEZINGKAT USU berhasil sampai ke babak semifinal dalam perlombaan ini.

9) Industrial Engineering Fair (IE-Fair) USU 2014 – 5 Maret 2014

Industrial Engineering Fair USU 2014 merupakan suatu program kerja Himpunan Mahasiswa Teknik Industri USU yang perdana akan diadakan pada tahun 2014 dengan tema Inovasi Teknologi dan Rekayasa

Industri dalam Peningkatan Produk-Produk Lokal dalam Persaingan Pasar Global. Rangkaian acaranya meliputi Lomba Karya Tulis Ilmiah


(53)

bagi mahasiswa untuk kritis terhadap lingkungannya dengan menganalis suatu fenomena yang ada dan mencari solusi permasalahannya dengan tools disiplin teknik industri yang akan menghasilkan output yang bermanfaat bagi orang lain. Seminar Nasional yang memiliki manfaat membuka cakrawala kita dengan membahas isu-isu terkini yang berkembang di masyarakat sekarang diisi dengan pembicara yang berkualitas.

Tim dari Teknik Industri USU yang mengikuti perlombaan ini terdiri dari Vita Rahmayani (2010), Anggi Farah Diba (2011), Ahmad Fadhlik (2011), M Chaidir Lubis (2011), dan Sri (2012).

Dari keseluruhan lomba keilmuan yang telah diikuti oleh mahasiswa Teknik Industri USU, semuanya berhubungan dengan kegiatan literasi. Ini dikarenakan mahasiswa yang mengikuti perlombaan tersebut merupakan mahasiswa pilihan. HIMTI yang merupakan organisasi mahasiswa Teknik Industri USU memiliki kewenangan untuk menyeleksi mahasiswa yang layak untuk mengikuti perlombaan tersebut. Mahasiswa yang dipilih merupakan mahasiswa yang dianggap mampu atau menguasai bidang yang akan diperlombakan. Seperti Fahrul Rozi Siregar (2009), Rini Paskah Barus (2010) dan Fajar Prayogi (2010) yang mengikuti perlombaan Industrial Design Seminar and Competition (INDISCO) Universitas Diponegoro. Mereka merupakan mahasiswa yang dianggap menguasai bidang desain. Rini, Fahrul dan Fajar menguasai desain


(54)

dikarenakan mereka senang membaca buku-buku desain. Begitu juga dalam perlombaan lainnya.

4.1.3. Jurnal Ilmiah

Jurnal ilmiah merupakan salah satu jenis mempublikasikan artikel ilmiah. Untuk memastikan kualitas ilmiah pada artikel yang diterbitkan, suatu artikel biasa diteliti oleh rekan-rekan sejawatnya dan direvisi oleh penulis, hal ini dikenal sebagai peer review25

Manfaatnya adalah pertama, jurnal ilmiah membuat mahasiswa berpikir kreatif dan sistematis karena menulis karya ilmiah itu tidak sembarangan tetapi mempunyai pedoman. Setiap langkah penulisannya harus sesuai prosedur yang ada. Kedua, dengan jurnal ilmiah mahasiswa akan belajar berkomunikasi lebih efektif di ruang terbatas. Maksudnya, semua ide masalah, hasil penelitian dan kesimpulan secara jelas dan akurat hanya bisa dituangkan ke dalam beberapa lembar artikel jurnal. Ketiga, mahasiswa lebih dituntut untuk bertanggung jawab

. Bagi mahasiswa S1 Teknik Industri, menulis jurnal ilmiah adalah wajib setelah penulisan skripsi selesai. Dengan kata lain, seorang mahasiswa tidak akan menerima ijazah S1 apabila mahasiswa tersebut belum membuat jurnal ilmiah. Peraturan kampus seperti ini pasti ada tujuan dan manfaatnya bagi mahasiswa.

25


(55)

dan jujur. Jurnal ilmiah yang dipublikasikan adalah hasil kreasi sendiri bukan menjiplak karya orang lain. Jika kita cuma bisa menjiplak karya orang lain, kita cuma akan dikenal dengan mahasiswa plagiat. Keempat, dengan adanya jurnal ilmiah hasil karya kita yang kita publikasikan kita lebih mudah mendapat peluang beasiswa melanjutkan pendidikan keluar negeri. Biasanya publikasi dari jurnal ilmiah akan menjadi syarat mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri.

Dari manfaat yang dipaparkan tersebut, sudah jelas bahwa penulisan jurnal ilmiah sangat penting bagi mahasiswa. Dan dari seluruh mahasiswa yang telah diwawancarai memiliki jawaban yang sama. Selama mereka kuliah di Teknik Industri USU belum ada sama sekali membuat jurnal ilmiah.

“Saya belum pernah membuat jurnal ilmiah. Karena kesibukan di kampus yang sangat padat. Yaaah memang saya tau peraturan kampus, kalo mau dapat ijazah harus buat jurnal. Mungkin nanti setelah skripsi saya selesai barulah saya mulai membuat jurnal” (Aziz, 22 tahun)

Dari kutipan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa kesibukan di kampus yang membuat mahasiswa tidak terpikir untuk membuat jurnal bahkan belajar membuat jurnal sekalipun. Walaupun mereka tahu bahwa untuk memperoleh ijazah nantinya harus membuat jurnal terlebih dahulu. Kegiatan membuat jurnal ilmiah merupakan kegiatan bagi mahasiswa yang telah selesai mengerjakan skripsinya saja.


(56)

4.1.4. Pengembangan Kreatifitas Mahasiswa

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No: 155/U/1998 dalam ketentuan umum menetapkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kemahasiswaan yang meliputi: penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran, upaya perbaikan kesejahteraan mahasiswa, dan sosial kemasyarakatan.26

Program kreativitas mahasiswa dikembangkan untuk mengantarkan mahasiswa mencapai taraf peningkatan kreativitas dan inovasi

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperluas wawasan, manyalurkan bakat minat, serta pembentukan karakter seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan tinggi.

Kegiatan penalaran merupakan bagian dari kegiatan ekstrakurikuler yang menampung dan membentuk mahasiswa dalam meningkatkan dirinya sebagai mahasiswa pemikir, kreatif dan inovatif dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Contoh: diskusi ilmiah, seminar ilmiah, kontes robot, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), pertemuan-pertemuan ilmiah dalam Ikatan Organisasi Mahasiswa Sejenis (IOMS) dan sebagainya. Dengan kegiatan penalaran ini mahasiswa diharapkan mengedepankan dan menggunakan rasionalitas dalam berpola pikir, berpola wicara, dan berpola perilaku.

27

26

PEDOMAN PKM UM

(kemahasiswaan.um.ac.id/wp.../PEDOMAN-PKM-UM-DRAFT-1.doc) (diakses tanggal 22 Juni 2014 pukul 22.13 WIB)

27

sebuah proses pembaruan dalam unsur kebudayaan masyarakat, yakni teknologi.


(57)

penguasaan sains, teknologi, dan seni serta keimanan yang baik. Dalam rangka mempersiapkan diri sebagai pemimpin yang cendekiawan, dan berkarakter (wirausahawan, mandiri dan arif), mahasiswa diberi peluang untuk mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap tanggung jawab, membangun kerjasama dan mengembangkan kemandirian melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmu yang ditekuni.

Dari berbagai macam program pegembangan kreativitas mahasiswa, departemen Teknik Industri USU memiliki beberapa macam pengembangan kreativitas mahasiswa yakni KKN (Kuliah Kerja Nyata), dan Mading. Kuliah Kerja Nyata merupakan bagian dari akademik. Setiap mahasiswa sebelum mengambil mata kuliah skripsi harus terlebih dahulu melakukan Kuliah Kerja Nyata. Kuliah Kerja Nyata adalah suatu kegiatan perkuliahan dan kerja lapangan yang merupakan pengintegrasian dari pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa secara pragmatis, berdimensi luas melalui pendekatan interdisipliner, komprehensif, dan lintas sektoral. Dikarenakan KKN merupakan program akademik sehingga setiap mahasiswa wajib melakukannya untuk dapat menyelesaikan kuliahnya.

Yang kedua yaitu kepengurusan mading. Majalah dinding atau yang biasa diakronimkan menjadi mading adalah salah satu jenis media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Disebut majalah dinding karena prinsip dasar majalah terasa dominan di dalamnya, sementara itu penyajiannya biasanya dipampang pada dinding atau yang sejenisnya. Prinsip majalah tercermin lewat penyajiannya, baik yang berwujud tulisan, gambar, atau kombinasi dari keduanya. Dengan


(58)

prinsip dasar bentuk kolom-kolom, bermacam-macam hasil karya, seperti lukisan, vinyet, teka-teki silang, karikatur, cerita bergambar, dan sejenisnya disusun secara variatif. Semua materi itu disusun secara harmonis sehingga keseluruhan perwajahan mading tampak menarik.

Mading memiliki banyak manfaat. Beberapa di antaranya adalah sebagai media komunikasi antar pihak dalam lingkup tertentu, sebagai wadah kreativitas mahasiswa, sebagai pengisi waktu luang, melatih kecerdasan berpikir, melatih berorganisasi, mendorong latihan menulis, dan menanamkan kebiasaan membaca. Dari manfaat mading tersebut sudah jelas bahwa mading merupakan salah satu cara peningkatan budaya literasi.

Namun dari pengamatan penulis, mading departemen Teknik Industri USU tidak terurus. Mading kampus terlihat kosong dan tidak menarik. Ada beberapa tulisan-tulisan yang pernah dibuat di mading namun sudah lama. Dari pemandangan seperti ini menunjukkan bahwa mahasiswa kurang memberikan waktunya untuk mengurus mading. Menurut Ketua Jurusan Teknik Industri, kepengurusan mading Teknik Industri adalah bagian dari Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HIMTI). Menurut beliau, kurang terurusnya mading kampus dikarenakan kesibukan mahasiswa akan tugas-tugas kuliah dan jadwal lab yang cukup padat sehingga mahasiswa tidak sempat untuk mengurus mading. Sama halnya dengan mahasiswa yang diwawancarai oleh penulis, mereka juga beranggapan bahwa kesibukan mereka di kampus sehingga tidak memiliki waktu untuk mengurus mading.


(59)

“Teknik Industri punya kepengurusan mading. Yang ngurus mading itu himpunan mahasiswa. Tapi karna terlalu sibuk dengan tugas kuliah trus lab juga jadi mading terabaikan deh” (Nadia, 22 tahun)

Dari wawancara yang telah dilakukan terhadap beberapa mahasiswa Teknik Industri USU, menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran mahasiswa akan pentingnya mading di kampus sebagai peningkatan kretivitas mahasiswa. Selain itu juga, kesibukan mahasiswa dengan tugas-tugas dan kegiatan kampus yang menjadi alasan mahasiswa mengabaikan mading.

4.2. Kegiatan Non Akademik 4.2.1. Tulisan di Media Massa

Media massa merupakan sarana dimana seseorang dapat memperoleh informasi. Dengan membaca media massa informasi atau kondisi terbaru dapat diketahui. Selain itu juga, siapapun dapat memberikan pemikirannya ataupun kreativitasnya ke dalam media massa juga. Seperti membuat tulisan untuk di masukkan ke dalam koran atau majalah. Dari semua yang diwawancarai di lapangan, hanya Edgar (21 tahun) yang pernah menulis untuk media massa.

“Saya pernah menulis puisi walaupun hanya iseng-iseng. Puisi itu saya kirim ke redaksi koran. Tidak disangka-sangka puisi saya lolos. Mulai dari itu saya jadi suka menulis puisi atau cerita pendek namun sampai sekarang belum ada lagi yang saya coba kirim ke koran. Mungkin di lain kesempatan” (Edgar, 22 tahun)


(60)

Lain halnya dengan Liyana Fadilah (22 tahun) yang mengakui belum pernah membuat tulisan di media massa. Menurutnya belum ada kemauan dari dirinya untuk menulis, dan juga untuk menulis di media massa memerlukan wawasan yang cukup luas sehingga kepercayaan dirinya untuk menulis di media massa masih belum ada.

Dari mahasiswa Teknik Industri yang telah diwawancarai, sebagian besar mahasiswa hanya membaca media massa. Menurut mereka, kreativitas yang ada di dalam diri mereka untuk menulis belum begitu besar. Sehingga belum ada kepercayaan diri pada mereka untuk menulis. Menurut mereka untuk dapat menulis memerlukan wawasan atau pengetahuan lebih dan di dapat dari membaca, sedangkan mereka menyadari bahwa budaya membaca masih belum mendarah daging dalam dirinya.

4.2.2. Tulisan Online

Perkembangan teknologi yang semakin canggih menjadikan informasi-informasi dapat dengan mudah didapatkan. Bahkan tanpa harus membeli buku atau bahan bacaan lainnya, dengan gadget saja dan dengan biaya yang lebih ringan setiap orang dapat mengakses informasi apapun yang ingin didapatkan. Apalagi sekarang media sosial mulai bertambah dan menarik perhatian setiap orang terutama mahasiswa. Seperti Google, Facebook, Twitter, Path, dan lain sebagainya. Sehingga membuat mahasiswa terlena dengan kehadiran media sosial tersebut. Mereka lebih tertarik untuk membaca serta menulis melalui media sosial.


(61)

Media sosial lebih menarik untuk dibaca karena lebih praktis, memakai gadget yang dapat mengakses internet saja setiap orang sudah bisa mendapatkan apa yang dia inginkan (Tanesya, 22 tahun). Membaca melalui media sosial lebih mudah, selain karena praktis juga biaya yang dibutuhkan juga lebih sedikit daripada harus membeli buku atau bacaan lainnya (Edgar, 21 tahun).

Dari hasil wawancara tersebut, mahasiswa teknik Industri lebih tertarik membaca atau menulis di media sosial selain karena praktis bisa diakses melalui gadget, juga memerlukan biaya yang lebih sedikit dibandingkan membeli bahan bacaan. Media massa juga tidak membatasi siapapun untuk membaca atau menulis, sehingga setiap orang dapat menulis apapun di media online.

4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Budaya Literasi pada Mahasiswa Teknik Industri USU

4.3.1. Faktor Eksternal

4.3.1.1. Orangtua/Keluarga

Untuk menjadikan anak menjadi sosok pembaca yang aktif dimasa depannya, maka lingkungan berperan penting untuk menumbuhkan literasinya. Orang tua adalah pemegang tombak terpenting untuk memberikan stimulasi-stimulasi yang penting bagi pertumbuhan literasi anak. Hal itu disebakan karena orang tua adalah sosok yang paling dekat dengan anak.


(62)

Keterlibatan Orang tua adalah peran yang dimainkan oleh orang tua sebagai bentuk penguasaan terhadap kehidupan mereka dengan mengikut sertakan dirinya pada perkembangan kehidupan anaknya. Pada studi kasus pengembangan literasi, keterlibatan orang tua digambarkan sebagai proses pendampingan yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya yang dilakukan untuk pencapaian tujuan yang positif (Eisenberg, 2002).

Penanaman budaya literasi terhadap anak sebaiknya dilakukan sejak kecil atau yang disebut dengan literasi dini. literasi dini adalah kemampuan membaca dan menulis sebelum anak benar-benar mampu membaca dan menulis. Seperti yang kita ketahui, untuk menjadi manusia dengan minat baca yang tinggi, maka diperlukan pengembangan litersi dini dengan baik.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh bahwa paling banyak orang tua memperkenalkan buku pada anak ketika anak menginjak usia 3-6 tahun atau sebanyak 40,7% responden. Menurut Rima Shore, perkembangan otak anak dimasa emas (golden ages) atau ketika anak berumur 0-6 tahun, tumbuh secara cepat. Semakin dini orang tua mengenalkan buku pada anak, maka semakin anak tersebut akan memiliki prestasi dalam membaca (Shore, 1997).

Orang tua dengan kepercayaan terhadap kegiatan membaca, akan cenderung fokus terhadap perkembangan literasi anak sejak sangat dini (Wu et al.,2010). Karena orang tua dengan kepercayaan membaca paham betul bahwa penumbuh kembangan literasi dini pada anak harus di berikan sedini mungkin. Pengenalan literasi pada anak, dapat dimulai dengan mengenalkan anak pada


(63)

buku. Tidak menjadi masalah memberikan seorang bayi buku untuk hanya dipegang, ini merupakan stimulasi yang baik baginya, dengan catatan buku tersebut adalah buku yang aman bagi bayi, hal itu dikarenakan, seorang bayi senang memasukkan segala sesuatu yang digenggamnya didalam mulutnya. Itu merupan bentuk stimulasi yang baik bagi bayi, karena pada dasarnya, seorang bayi mengenal sesuatu dengan cara merasakannya (Shore, 1997).

Dari penjelasan tersebut, sudah jelas bahwa peran penting dalam penanaman budaya literasi terhadap seseorang adalah orang tua. Penanaman budaya literasi oleh orang tua dilakukan sejak anak masih kecil sehingga nantinya setelah anak beranjak dewasa budaya literasi yang ditanamkan akan selalu melekat pada dirinya. Sama halnya dengan mahasiswa Teknik Industri USU. Beberapa dari mahasiswa menyatakan bahwa orang tuanya kurang menanamkan budaya literasi pada dirinya. Mereka beranggapan bahwa orang tua cukup sibuk dengan pekerjaannya, dan mereka harus berusaha mandiri dan harus memiliki kesadaran diri bahwa budaya literasi sangatlah penting.

“Kalau orang tua saya sih menurut saya masih kurang menanamkan budaya literasi buat saya. Mungkin karena sibuk yaa sama kerjaannya. Jadi di rumah pun kalau saya terlihat jarang baca buku yah orang tua gak pernah nanya. Nyuruh saya baca buku juga gak pernah tuh. Mungkin saya udah dianggap mandiri yah”(Saryanta, 21 tahun)


(64)

Dari kutipan diatas, menunjukkan bahwa kurangnya perhatian orang tua akan pentingnya budaya literasi anaknya. Anak dianggap sudah dewasa dan mandiri.

Dari beberapa mahasiswa yang di wawancarai, penulis juga mewawancarai orang tua dari mahasiswa. Dari seluruh orang tua yang diwawancarai mengakui bahwa mereka tidak menanamkan literasi dini pada anak-anak mereka. Dan juga menurut pengamatan penulis di rumah salah satu mahasiswa, terlihat bahwa orang tua juga masih kurang menanamkan budaya literasi. Fasilitas seperti rak-rak buku, atau pembelian buku untuk anak tidak dilakukan. Orang tua menganggap anak mereka sudah dewasa dan mandiri, tanpa harus disuruh membaca seharusnya mahasiswa sudah sadar.

“Memang dulu pas nadia masih kecil tante kurang nanamkan budaya baca sama dia. Pas dia udah gede nah tante sadar kalau tante terlambat nanamkan budaya baca sama dia. Tapi tante selalu dukung dia kok dalam pendidikan, kalau perlu uang beli buku atau apapun untuk kuliah tante selalu dukung. Walaupun mungkin agak telat sih tante nanaminnya dari dulu tapi gak ada salahnya kan kalau sekarang tante dukung dia biar rajin baca” (Ratna Rosnita. 50 tahun)

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa penanaman literasi dini pada anak masih kurang, namun orang tua masih berusaha mendukung pendidikan anaknya dengan cara memberikan fasilitas literasi kepada anaknya.


(65)

Dari berbagai penjelasan diatas, menunjukkan bahwa orang tua memang memiliki peran primer yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya literasi anak yaitu mahasiswa Teknik Industri USU.

4.3.1.2. Pemerintah

Literasi selain dipandang sebagai sekumpulan kompetensi individu dapat juga dipahami dari sudut pandang kemasyarakatan dan hak asasi manusia. Hal ini sejalan dengan kebebasan untuk memperoleh dan menyampaikan informasi sebagai salah satu hak asasi manusia. Dalam konstitusi Republik Indonesia hak asasi ini diakui dalam Pasal 28F amandemen UUD 45. Informasi itu sendiri telah dipahami sebagai sesuatu yang sangat penting sehingga perlu diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Namun perundang-undangan yang ada lebih banyak menekankan pada kepentingan asing, terutama untuk menjaga nilai keekonomian dari informasi.

Perpustakaan Nasional RI sebagai lembaga pemerintah non-departemen, menjalankan tugas dan fungsi pemerintah dalam bidang perpustakaan. Salah satu tujuannya adalah untuk menjalankan amanat konstitusi UUD 45 terkait dengan informasi dan pengetahuan.

Dengan adanya Perpustakaan Nasional RI menunjukkan kepedulian pemerintah akan budaya literasi di Indonesia. Namun upaya tersebut masih dianggap kurang dalam peningkatan budaya literasi masyarakat. Beberapa


(66)

mahasiswa Teknik Industri beranggapan masih kurangnya perhatian pemerintah dalam peningkatan budaya literasi terutama di kalangan mahasiswa.

“Salah satu faktor yang berpengaruh akan rendahnya minat baca masyarakat menurut saya adalah pemerintah. Pemerintah masih kurang dalam sosialisasi kepada masyarakat. Sebaiknya pemerintah juga membuat fasilitas-fasilitas yang meningkatkan minat baca dan juga mensosialisasikan pentingnya membaca.” (Adra, 22 tahun)

Dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa perhatian pemerintah akan budaya literasi dirasa masih kurang. Program-program pemerintah dalam peningkatan budaya literasi terutama di kalangan mahasiswa masih minim. Menurut Adra, ada baiknya pemerintah bukan hanya sekedar membuat program-program literasi namun juga mensosialisasikannya kepada masysrakat terutama dalam hal ini adalah mahasiswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemerintah adalah salah satu faktor yang mempengaruhi budaya literasi.

4.3.1.3. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah guru/dosen dan perpustakaan. Perpustakaan menjadi fokus sentral dalam hal akses ke bahan bacaan karena masysrakat menaruh harapan besar kepada lembaga ini untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan. Dan guru/dosen menjadi pendorong bagi mahasiswa agar budaya literasi semakin ditingkatkan.

Salah satu contohnya adalah dengan memberikan tugas seperti membaca buku atau membedah suatu buku. Dengan itu bagaimanapun mahasiswa harus


(67)

membaca buku. Cara ini dianggap memungkinkan untuk menjadikan budaya literasi menjadi meningkat terutama di kalangan mahasiswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungan pendidikan turut mempengaruhi perkembangan budaya literasi pada mahasiswa.

4.3.2. Faktor Internal

4.3.2.1. Kesadaran Diri Akan Pentingnya Literasi

(Ridwan, 2004) minat membaca adalah keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi (gairah) untuk membaca. Minat membaca didukung oleh sarana dan prasarana untuk membaca akan menumbuhkan kebiasaan membaca (reding habbit), dan selanjutnya akan berkembang menjadi budaya baca dalam masyarakat. Minat baca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan karena minat baca adalah suatu keterampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan keterampilan bawaan.

Dengan adanya kebiasaan membaca dan didorong dengan kesadaran yang timbul dalam diri akan pentingnya literasi maka suatu budaya literasi akan tercipta di masyarakat. Seperti kutipan hasil wawancara berikut ini:

“Menurut saya faktor mendasar terciptanya budaya literasi adalah kesadaran diri sendiri. Jadi tidak mungkin orang tua ataupun dosen menyuruh membaca namun dalam diri kita sendiri tidak ada kesadaran pentingnya literasi. Kalau sudah ada kesadaran dari diri sendiri maka orang tua ataupun dosen menjadi pendorong atau penyemangat kita dalam peningkatan minat membaca kita” (Adra, 22 tahun)


(68)

Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya budaya literasi menjadi faktor utama yang mempengaruhi peningkatan literasi terutama pada mahasiswa. Dengan adanya kesadaran dalam diri sendiri maka faktor lainnya akan menjadi pendukung sehingga terciptanya mahasiswa yang berbudaya literasi tinggi.


(69)

BAB V

KESIMPULAN

Mahasiswa Teknik Industri Universitas Sumatera Utara memiliki konsep yang berbeda-beda tentang literasi. Namun secara keseluruhan mahasiswa Teknik Industri lebih memandang literasi sebagai kegiatan membaca yang bertujuan positif dan seseorang akan mampu menulis dengan baik apabila banyak membaca. Mahasiswa Teknik Industri mengartikan literasi menjadi beberapa bagian yaitu literasi sebagai sumber informasi, literasi sebagai kegiatan pengkajian ilmu pengetahuan dan literasi sebagai hiburan.

Dilihat dari intensitas dan kepemilikan bahan bacaan pada mahasiswa Teknik Industri Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa masih kurangnya budaya literasi melekat pada mahasiswa saat ini. Hal ini disebabkan oleh kesibukan mahasiswa Teknik Industri dengan berbagai tugas terutama kegiatan “Laboratorium” atau yang sering disebut Lab yang sangat padat. Kegiatan yang berhubungan dengan literasi pada Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara saat ini seperti tugas kuliah, lomba keilmuan, penulisan jurnal ilmiah dan pengembangan kreatifitas mahasiswa masih dianggap kurang dalam peningkatan budaya literasi pada mahasiswa Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

Kurang melekatnya budaya literasi pada mahasiswa Teknik Industri Universitas Sumatera Utara ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu eksternal


(70)

dan internal. Faktor eksternal seperti orang tua/ keluarga, pemerintah dan lingkungan pendidikan. Sedangkan faktor internal yakni kesadaran yang timbul dari dalam diri.

Faktor yang paling utama dianggap penting yang mempengaruhi budaya literasi adalah orang tua. Penanaman literasi kepada anak sebaiknya dilakukan orang tua sejak anak masih kecil karena pada saat itulah otak anak dalam masa emas atau tumbuh secara cepat sehingga literasi akan berbudaya pada diri anak.

Peran pemerintah dan lembaga pendidikan juga berpengaruh terhadap budaya literasi mahasiswa. Peran pemerintah dan lembaga pendidikan masih dianggap kurang optimal dalam menggalakkan budaya literasi di masyarakat terutama dalam tulisan ini adalah mahasiswa Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.


(1)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS... i

ABSTRAK... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

RIWAYAT HIDUP... vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR SKEMA...xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tinjauan Pustaka... 7

1.3. Rumusan Masalah... 16

1.4. Lokasi Penelitian... 17

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 17

1.6. Metode Penelitian... 18

1.6.1.Teknik Pengumpulan Data... 18

1.6.1.1.Observasi Partisipasi... 18

1.6.1.2. Wawancara Mendalam... 19

1.6.2.Informan... 20

1.7.Analisis Data... 21

1.8.Pengalaman Penelitian... 21

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Lokasi Penelitian... 25

2.2. Sejarah Lokasi Penelitian... 26

2.2.1. Sejarah Universitas Sumatera Utara... 26

2.2.2. Sejarah Fakultas Teknik USU... 29

2.2.3. Sejarah Departemen Teknik Industri USU... 30

2.3. Ruang Lingkup Teknik Industri USU... 31

2.3.1. Jati Diri, Visi dan Misi Teknik Industri US... 32

2.4. Tujuan Departemen Teknik Industri USU... 33

2.5. Struktur Organisasi Teknik Industri USU... 36

2.6. Kompetensi Lulusan Teknik Industri USU... 36

2.7. Kondisi Departemen Teknik Industri USU... 40

2.7.1. Staf Akademik Departemen Teknik Industri USU... 40

2.7.2. Fasilitas Kampus Teknik Industri USU... 42

2.7.2.1. Fasilitas Fisik... 42

2.7.2.2. Fasilitas Laboratorium... 42


(2)

xi

BAB III PERKEMBANGAN BUDAYA LITERASI PADA MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.1. Konsep Literasi Secara Universal... 48

3.2. Konsep Literasi Pada Mahasiswa Teknik Industri USU... 49

3.2.1. Literasi Sebagai Sumber Informasi... 51

3.2.2. Literasi Sebagai Kegiatan Pengkajian Ilmu Pengetahuan... 54

3.2.3. Literasi Sebagai Hiburan... 56

3.3. Intensitas Membaca pada Mahasiswa Teknik Industri USU... 58

3.3.1. Membaca di Perpustakaan... 59

3.3.2. Membaca di kampus... 62

3.3.3. Membaca di Rumah... 64

3.3.4. Membaca di Toko Buku... 66

3.3.5. Membaca Online... 68

3.4. Kepemilikan Bahan Bacaan Pada Mahasiswa Teknik Industri USU... 70

3.4.1. Bahan Bacaan Ilmiah... 70

3.4.1.1.Buku Teknik... 70

3.4.1.2.Buku Umum... 73

3.4.2. Bahan Bacaan Non Ilmiah... 74

3.4.2.1. Koran/Surat Kabar... 75

3.4.2.2. Novel/Komik/Majalah... 76

BAB IV KEGIATAN LITERASI PADA MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1. Kegiatan Akademik... 79

4.1.1. Tugas Kuliah... 79

4.1.2. Lomba Keilmuan... 80

4.1.3. Jurnal Ilmiah... 91

4.1.4. Pengembangan Kreativitas Mahasiswa... 93

4.2. Kegiatan Non Akademik... 96

4.2.1. Tulisan di Media Massa... 96

4.2.2. Tulisan Online... 97

4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Budaya Literasi pada Mahasiswa Teknik Industri USU... 98

4.3.1. Faktor Eksternal... 98

4.3.1.1. Orangtua/Keluarga... 98

4.3.1.2. Pemerintah...102

4.3.1.3. Lingkungan Pendidikan...103

4.3.2. Faktor Internal...104

4.3.2.1. Kesadaran Diri Sendiri... 104

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan...106

Daftar Pustaka...108


(3)

LAMPIRAN

1. Nama-nama Informan 2. Dokumentasi Tambahan

3. Surat Kesediaan Membimbing Proposal 4. Surat Ujian Proposal


(4)

xiii

DAFTAR TABEL

TabelI :Hasil Survei Perguruan Tinggi Terbaik Pusat Data

dan Analisa Tempo... 25


(5)

DAFTAR SKEMA

Skema I : Struktur Organisasi Departemen Teknik Industri


(6)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Ruangan Kelas Teknik Industri... 42

Gambar 2: Perpustakaan Teknik Industri... 47

Gambar 3: Suasana Perpustakaan...,... 60

Gambar 4: Suasana Kampus... 63

Gambar 5 : Kegiatan Mahasiswa di Lab. Ergonomi... 64

Gambar 6: Keadaan Rak Buku Nadia...72