karbon tetraklorida dan lainnya, dapat menimbulkan peradangan hati karena racun sehingga akhirnya berkembang menjadi Sirosis hati.
6. Sirosis Kriptogenik. Sirosis Kriptogenik bukanlah jenis Sirosis hati yang
spesifik melainkan karena riwayat penyakit yang tidak jelas, gejala penyakit yang tidak spesifik sehingga sulit untuk didiagnosa. Sirosis hati yang tidak
bisa diketahui penyebabnya mencapai 5-10 dari kasus yang ada. Kemungkinan
penyebab lainnya
adalah malnutrisi,
Schistosomiasis ,
granoluma hepatik, infeksi dan lainnya. Penderita Sirosis hati kemungkinan akan menderita Kanker hati. Penderita seharusnya melakukan pemeriksaan
sejak awal. Melakukan deteksi dini dan pengobatan dini, sehingga tidak berkembang menjadi Sirosis hati atau Kanker Hati.
2.3.3 Berdasarkan Gejala klinis Sirosis hati
Menurut Setiadi 2007, Berdasarkan gejala klinis Sirosis hati dapat dibagi menjadi :
1. Sirosis hati kompensata yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata.
Sirosis hati ini sering ditemukan terjadi pada pemeriksaan test rutin atau ketika terjadi pemeriksaan karena masalah lain atau ketika pembedahan.
2. Sirosis hati dekompensata yang ditandai dengan gejala-gejala dan tanda klinis
terutama pasien mengeluh karena adanya asites.
2.4 Gejala Klinis dan Diagnosis Sirosis hati
2.4.1 Gejala klinis
Stadium awal Sirosis hati sering tanpa gejala, sehingga terkadang penyakit Sirosis hati ditemukan pada waktu pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin
atau karena kelainan penyakit lain. Gejala awal Sirosis hati kompensata meliputi
perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang, perut kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil buah
dada membesar, hilangnya dorongan seksualitas. Bila sudah lanjut Sirosis dekompensata, gejala-gejala lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi
kegagalan hati dan hipertensi porta, diantaranya hilangnya rambut badan, gangguan tidur, dan demam yang tidak begitu tinggi. Ada juga gangguan
pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah dan melena, serta
perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi sampai koma Nurdjanah, 2009.
2.4.2 Diagnosis Sirosis hati
Menurut Nurdjanah 2009, pada stadium kompensasi sempurna kadang- kadang sangat sulit menegakkan diagnosis Sirosis hati. Pada proses lanjutan dari
kompensasi sempurna mungkin bisa ditegakkan diagnosis dengan bantuan pemeriksaan klinis yang cermat, laboratorium biokimiaserologi, dan pemeriksaan
penunjang lainnya. Pada saat ini penegakan diagnosis Sirosis hati terdiri atas pemeriksaan fisis, laboratorium dan Ultrasonografi USG. Pada kasus tertentu
diperlukan pemeriksaan biopsi hati atau peritoneoskopi karena sulit membedakan Hepatitis kronik aktif yang berat dengan Sirosis hati dini. Pada stadium
dekompensata diagnosis kadangkala tidak sulit karena gejala dan tanda-tanda klinis sudah tampak dengan adanya komplikasi.
2.5 Komplikasi Sirosis hati
Morbiditas dan mortalitas Sirosis hati tinggi akibat komplikasinya. Kualitas hidup pasien Sirosis hati diperbaiki dengan pencegahan dan penanganan
komplikasinya. Menurut Longo Fauci 2013, komplikasi yang sering dijumpai antara lain:
1 Peritonitis bakterial spontan
Peritonitis bakterial spontan merupakan komplikasi yang umum dan berat pada asites penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum dan
ditandai oleh infeksi spontan cairan asites tanpa sumber intra-abdomen. Biasanya pasien ini tanpa gejala, namun dapat timbul demam dan nyeri.
2 Sindrom hepatorenal
Sindrom hepatorenala dalah satu bentuk gagal ginjal fungsional tanpa patolologi ginjal yang terjadi sekitar 10 pasien Sirosis hati tahap lanjut atau
gagal hati akut. Pada kondisi ini akan terjadi peningkatan ureum, kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal.
3 Ensefalopati hepatik
Ensefalopati hepatik yaitu perubahan status mental dan fungsi kognitif yang terjadi pada pasien akibat Sirosis hati. Mula-mula ada gangguan tidur
insomnia dan hipersomnia, selanjutnya dapat timbul gangguan kesadaran yang berlanjut sampai koma.
4 Varises esofagus
Sekitar sepertiga pasien dengan Sirosis hati telah dipastikan mengidap varises Esofagus. Sekitar 5-15 pasien Sirosis hati akan mengalami varises per
tahun, dandiperkirakan bahwa sebagian besar pasien dengan Sirosis hati akan
mengalami varises selama hidup mereka. Sekitar 20-40 pasien Sirosis hati dengan varises esofagus akan mengalami pendarahan. Angka kematiannya sangat
tinggi, sebanyak dua per tiga nya akan meninggal dalam waktu satu tahun walaupun dilakukan tindakan untuk menanggulangi varises ini dengan beberapa
cara. 5
Malnutrisi pada Sirosis hati
Karena hati terutama berperan dalam mengatur metabolisme protein dan energi di tubuh maka tidaklah mengejutkan bahwa pasien dengan penyakit hati
stadium lanjut sering mengalami malnutrisi. Jika pasien telah mengalami Sirosis hati maka metabolisme mereka menjadi lebih katabolik dan protein otot
mengalami metabolisasi. Terdapat banyak faktor yang berperan menyebabkan malnutrisi pada Sirosis hati, termasuk asupan diet yang kurang, perubahan dalam
penyerapan nutrien si usus, dan perubahan dalam metabolisme protein.
6 Kanker hati
Menurut Tambunan 1994, ada 3 penyebab Kanker hati yaitu Sirosis hati, infeksi
Virus Hepatitis
B dan
makanan yang
mengandung bahan
hepatokarsinogenik. Sirosis hati merupakan penyebab utama Kanker hati, sekitar 70 penderita karsinoma sudah didahului dengan Sirosis hati. Makanan yang
mengandung hepatokarsinogenik aflatoksin terdapat pada aspergillus flavus. Di Afrika dan Asia Tenggaradijumpai jamur yang tumbuh pada kacang-kacangan dan
mengandung aflatoksin. Di Indonesia terkenal oncom yang juga diduga mengandung aflatoksin.
7 Asites
Asites adalah penimbunan cairan serosa dalam rongga peritoneum. Asites adalah manifestasi kardinal Sirosis hati dan bentuk berat lain dari penyakit hati.
Beberapa faktor yang terlibat dalam patogenesis Asites pada Sirosis hati adalah Hopertensi porta, Hipoalbuminemia, meningkatnya pembentukan dan aliran limfe
hati, retensi natrium, dan gangguan ekskresi air. Mekanisme primer penginduksi Hipertensi porta adalah resistensi terhadap aliran darah melalui hati. Hal ini
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dalam jaringan pembuluh darah intestinal. Hipoalbiminemia terjadi karena menurunnya sintesis yang dihasilkan
oleh sel-sel hati yang terganggu. Hipoalbuminemia menyebabkan menurunnya tekanan osmotik koloid. Kombinasi antara tekanan hidrostatik yang meningkat
dengan tekanan osmotik yang menurun dalam jaringan pembuluh darah intestinal menyebabkan terjadinya transudasi cairan dari ruang intravaskular ke ruang
interstial sesuai dengan hukum gaya Starling ruang peritoneum dalam kasus Asites. Hipertensi porta kemudian meningkatkan pembentukan limfe hepatik,
yang menyeka dari hati ke dalam rongga peritoneum. Mekanisme ini dapat menyebabkan tingginya kandungan protein dalam cairan Asites, sehingga
meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam cairan peritoneum dan memicu terjadinya transudasi cairan dari rongga intravaskular ke ruang peritoneum.
Kemudian, retensi natrium dan gangguan ekskresi air merupakan faktor penting dalam berlanjutnya Asites retensi air dan natrium disebabkan oleh Hipertensi
aldosteronisme sekunder penurunan volume efektif dalam sirkulasi mengaktifkan mekanisme
renin-angiotensi-aldosteron. Penurunan
inaktivasi aldosteron
sirkulasi oleh hati juga dapat terjadi akibat kegagalan hepatoselular. Suatu tanda
Asites adalah meningkatnya lingkar abdomen. Penimbunan cairan tersebut dapat menyebabkan napas pendek karena diafragma meningkat. Dengan semakin
banyaknya penimbunan cairan peritoneum, dapat dijumpai cairan lebih dari 500 mL pada saat pemeriksaan fisik. Beberapa penderita Asites juga mengalami efusi
pleura, terutama dalam hemitoraks kanan. Cairan ini memasuki toraks melalui air mata dalam pars tendinosa diafragma karena tekanan abdomen yang meningkat
Longo Fauci, 2013.
2.6 Epidemiologi Sirosis hati