Pencegahan Sirosis hati Karakteristik Penderita Sirosis Hati yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

2.7 Pencegahan Sirosis hati

2.7.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dengan menghilangkan atau melindungi diri dari berbagai faktor resiko. Menurut Hadi 2002 dan Price Wilson 2005, upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya Sirosis hati adalah : a. Tidak mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol secara berlebihan karena konsumsi. b. Melakukan vaksinasi Hepatitis B dapat diberikan pada kelompok yang beresiko tinggi seperti pada bayi dari ibu yang mengidap Virus Hepatitis B, petugas pelayanan kesehatan yang sering berhubungan dengan darah dan cairan tubuh, anggota keluarga pengidap Hepatitis B, kaum homoseksual, orang yang sering berganti pasangan seksual, pemakai obat bius suntik dan orang yang sering mendapatkan transfusi darah. c. Hindari kontak dengan darah atau cairan tubuh yang berasal dari penderita Hepatitis B. d. Pada pasien yang menderita Sirosis hati non-alkoholik, dapat dilakukan penurunan berat badan. e. Tidak gonta-ganti pasangan seksual. f. Menghindari penggunaan narkoba suntik dan pemakaian suntik yang secara berganti-gantian. g. Melakukan transfusi darah yang aman dan steril.

2.7.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mendeteksi secara dini suatu penyakit yang dilakukan pada masa sakit yang berupa screening, pemberian terapi bukan obat dan terapi obat. Terapi bukan obat dilakukan dengan mengurangi faktor penyebab terjadinya Sirosis hati. Contohnya apabila penyebab Sirosis hati adalah alkohol maka pasien harus berhenti minum alkohol. Penderita Sirosis hati harus mengkonsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang cukup dan minum vitamin Oswari, 2009.

2.7.3 Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat, kecacatan dan kematian pada penderita Sirosis hati. Pencegahan yang dapat dilakukan biasanya dapat berupa rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Jika kerusakan hati sangat parah dan mengancam nyawa maka satu-satunya cara adalah dengan transplantasi hati. Untuk itu perlu seorang donor yang sesuai. Lalu agar tubuh tidak menolak jaringan hati yang baru, juga harus diberikan obat yang menekan sistem kekebalan tubuh dan harus diminum seumur hidup. Hasil dari tindakan transplatasi cukup baik. Walaupun 20-30 dari penderita yang melakukan transplantasi hati meninggal dalam kurun waktu 1 tahun setelah operasi karena keadaanya memang sangat parah sebelum dioperasi dan sisanya dapat tetap hidup seperti orang normal Bateson, 1996.

2.8 Pengobatan Sirosis hati