Epidemiologi Sirosis hati Karakteristik Penderita Sirosis Hati yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Asites adalah meningkatnya lingkar abdomen. Penimbunan cairan tersebut dapat menyebabkan napas pendek karena diafragma meningkat. Dengan semakin banyaknya penimbunan cairan peritoneum, dapat dijumpai cairan lebih dari 500 mL pada saat pemeriksaan fisik. Beberapa penderita Asites juga mengalami efusi pleura, terutama dalam hemitoraks kanan. Cairan ini memasuki toraks melalui air mata dalam pars tendinosa diafragma karena tekanan abdomen yang meningkat Longo Fauci, 2013.

2.6 Epidemiologi Sirosis hati

2.6.1 Frekuensi dan Distribusi Sirosis hati

1. Berdasarkan Orang

Penderita Sirosis hati lebih banyak dijumpai pada laki-laki daripada perempuan. Umur rata-rata penderita Sirosis hati adalah 30-60 tahun, dengan puncaknya terdapat pada umur 40-49 tahun. Di Amerika, Sirosis hati merupakan penyebab kematian ke-4 pada laki-laki di tahun 2013 dengan prevalensi 44,8 dan pada perempuan merupakan penyebab kematian ke-7 dengan prevalensi 17,0 National Center for Health Statistics, 2014. Di RSU Adam Malik Medan pada tahun 2012, diketahui dari 102 penderita Sirosis hati ditemukan diantaranya 69 orang penderita laki-laki dengan proporsi 67,6 dan 33 orang penderita perempuan dengan proporsi 32,4. Penderita terbanyak pada kelompok umur 42-48 tahun yaitu sebanyak 23 orang dengan proporsi 22,5 Sibuea, 2014.

2. Berdasarkan Tempat

Sirosis hati dapat dijumpai di seluruh negara termasuk Indonesia. Data epidemiologis Sirosis hati pada tiap-tiap negara berbeda-beda. Prevalensi Sirosis hati di Amerika Serikat 2-4, di China, Srilanka dan India berkisar 4-7, di Afrika Timur 6,7 dan Chili 8,5 Hadi, 2002. Di Indonesia sendiri prevalensi Sirosis hati belum ada, hanya ada laporan dari beberapa pusat pendidikan saja. Secara umum diperkirakan angka proporsi Sirosis hati di rumah sakit seluruh Indonesia berkisar antara 0,6-14,5 Nurdjanah, 2009.

3. Berdasarkan Waktu

Prevalensi penyakit ini sangat meningkat sejak Perang Dunia II, sehingga Sirosis hati menjadi penyebab kematian yang paling menonjol. Angka kematian karena Sirosis hati berbeda tiap tahunnya, di Amerika Serikat, pada tahun 1998 Sirosis hati akibat alkohol merupakan penyebab kematian nomor sembilan dengan jumlah kematian sebanyak 28.000 jiwa Price Wilson, 2005. Menurut National Center for Health Statistics, pada tahun 1980 di Amerika, Sirosis hati merupakan penyebab kematian ke-5 dengan jumlah kematian sebanyak 16,089 pada golongan umur 45-64 tahun dan pada tahun 2013, Sirosis hati merupakan penyebab kematian ke-4 dengan jumlah kematian sebanyak 20,736 pada golongan umur 45-64 tahun. Pada tahun 2011, Sirosis hati merupakan penyebab kematian ke-6 dengan Age Spesific Death Rate ASDR pada golongan umur 55-64 tahun adalah 28,2, pada tahun 2012 ASDR nya menjadi 29,1 dan pada tahun 2013 ASDR nya meningkat menjadi 30,4.

2.6.2 Determinan Sirosis hati

Ada beberapa penyebab yang berhubungan dengan terjadinya Sirosis hati, yaitu :

1. Hepatitis Virus

Menurut Longo Fauci 2013, dari pasien yang terpajan oleh Virus Hepatitis C HCV, sekitar 80 akan mengalami Hepatitis C kronik dan dari mereka, sekitar 20-30 akan menderita Sirosis hati dalam 20-30 tahun. Di Amerika Serikat, sekitar 5 juta orang telah terpajan oleh Virus Hepatitis C, dan 3,5-4 juta mengalami viremia kronik. Di dunia, sekitar 170 juta orang mengidap Hepatitis C, dengan sebagian daerah di dunia misalnya di Mesir memiliki hingga 15 dari populasinya terinfeksi Hepatitis C. Hepatitis C Virus HCV adalah suatu virus nonsitopatik dan kerusakan hati mungkin diperantarai oleh proses imunologik. Perkembangan penyakit hati akibat Hepatitis C kronik ditandai oleh fibrosis porta disertai bridging fibrosis dan pembentukan nodus-nodus yang akhirnya memuncak berupa terjadinya Sirosis hati. Pada Sirosis hati akibat Hepatitis C kronik, hati kecil dan menciut dengan gambaran khas pada biopsi hati berupa Sirosis hati campuran makro dan mikronodular. Temuan serupa dijumpai juga pada pasien dengan Sirosis hati akibat Hepatitis B kronik. Dari pasien-pasien yang terpajan oleh Hepatitis B, sekitar 5 mengalami Hepatitis B kronik dan sekitar 20 dari pasien ini akan berlanjut menjadi Sirosis hati. Di Amerika Serikat, terdapat sekitar 1,25 juta orang menderita Hepatitis B, sementara di bagian lain dunia seperti Asia Tenggara dan Afrika sub-Sahara Hepatitis B adalah penyakit endemik, dan sekitar 15 penduduknya mungkin terinfeksi secara vertikal penularan dari ibu ke bayi. Karena itu, lebih dari 300-400 juta orang diperkirakan mengidap Hepatitis B di dunia, dan sekitar 25 dari jumlah ini akhirnya akan mengalami Sirosis hati Longo Fauci, 2013.

2. Alkohol

Alkohol adalah obat yang paling sering digunakan di Amerika Serikat, dan lebih dari dua pertiga orang dewasa minum alkohol setiap tahunnya. 30 pernah mabuk dalam bulan terakhir dan lebih dari 7 orang dewasa secara teratur mengkonsumsi lebih dari 2 gelas alkohol per hari. Lebih dari 14 juta orang dewasa di Amerika Serikat memenuhi kriteria diagnostik penyalahgunaan atau kecanduan alkohol. Minum alkohol berlebihan dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan berbagai penyakit hati kronik, termasuk perlemakan hati alkoholik, Hepatitis alkoholik dan Sirosis alkoholik. Selain itu, pemakaian alkohol yang berlebihan ikut menimbulkan kerusakan hati pada pasien yang sudah mengidap penyakit hati lain misalnya Hepatitis C, hemakromatosis dan pasien dengan perlemakan hati akibat obesitas. Konsumsi alkohol kronik dapat menimbulkan fibrosis tanpa disertai peradangan dan nekrosis. Fibrosis dapat terletak sentrilobulus, periselular, atau periporta Longo dan Fauci, 2013. Menurut WHO 2014, resiko seseorang yang sering mengkonsumsi alkohol terkena Sirosis hati adalah 20-50. Diduga sedikitnya 15 dari pecandu alkohol akan mengidap Sirosis hati.

3. Zat Hepatotoksik

Menurut Bateson 1996, beberapa obat-obatan dan bahan-bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sel pada hati, salah satunya dapat menyebabkan Sirosis hati. Zat hepatotoksik yang dimaksud diantaranya adalah karbon tetraklorida, parasetamol, obat bius, obat penenang, hormon seksual dan jamu. Karbon tetraklorida biasanya digunakan sebagai bahan pembersih dan bila terminum dapat merusak jaringan hati. Parasetamol adalah obat penekan rasa sakit dan dapat dibeli bebas di apotik. Bila digunakan dengan dosis yang tepat, hasilnya akan sesuai dengan yang diharapkan dan cukup aman. Tetapi jika parasetamol diminum dengan dosis yang besar dan terus-menerus, dapat berbahaya karena hati tidak mampu mengolahnya, akibatnya akan terjadi kerusakan pada sel-sel hati. Obat bius contohnya halotan yang sering digunakan pada saat operasi juga dapat menyebabkan peradangan hati jika sering digunakan. Beberapa obat penenang seperti klorpromazin, dapat menyebabkan kerusakan hati. Obat ini juga mengganggu aliran empedu sehingga membuat kulit berwarna kuning dan timbul gatal-gatal. Menggunakan jamu sebagai obat sering dianggap aman, hal ini tidak selalu benar. Contoh jamu yang berbahaya adalah bush tea, jamu ini dapat menimbulkan kerusakan hebat pada hati dan menyebabkan darah membeku dalam pembuluh darah di hati Bateson, 1996.

4. Hemokromatosis

Hemokromatosis adalah suatu penyakit herediter metabolisme besi yang menyebabkan peningkatan progresif pengendapan besi di hati, limpa, dan kulit, yang seiring waktu dapat menyebabkan fibrosis porta yang berlanjut menjadi Sirosis hati, Gagal hati dan Kanker hepatoseluler Dan L. Longo, 2013. Normalnya hanya sekitar 10 dari zat besi dalam makanan yang diserap oleh usus, sekedar cukup saja untuk mengganti kehilangan zat besi dalam jumlah normal setiap harinya. Namun, jaringan tubuh orang dengan hemokromatosis mengandung jumlah zat besi sekitar 50-80 gram, yang harusnya hanya 5-6 gram saja Sievert, 2010. Frekuensi hemokromatosis relatif sering, dengan kerentanan genetik pada 1 dari 250 orang, frekuensi manifestasi stadium akhir akibat penyakit ini relatif rendah dan kurang dari 5 dari mereka yang secara genotipe rentan akan mengalami penyakit hati berat akibat hemokromatosis Longo Fauci 2013. Gejala hemokromatosis meliputi kelelahan, kulit lebih gelap, hati membesar, kurang minat terhadap hubungan seks dan rambut rontok Sievert, 2010. Penyakit Wilson Penyakit Wilson adalah suatu penyakit herediter homeostatis tembaga dengan kegagalan mengekskresikan kelebihan tembaga yang menyebabkan penumpukan di hati. Penyakit ini relatif jarang,dapat terjadi pada 1 dari 30.000 orang. Penyakit Wilson biasanya terjadi pada remaja dan dewasa muda Longo Fauci, 2013. Biasanya hanya sekitar 4 miligram zat tembaga dari makanan yang kita komsumsi setiap harinya, dan sekitar setengahnya akan dikeluarkan dan sisanya akan dipakai untuk menjalankan fungsi tubuh secara normal. Namun, pada penyakit wilson hanya 0,2-0,4 mg zat tembaga yang dikeluarkan sehingga terlalu banyak zat tembaga yang terakumulasi dalam tubuh dan akhirnya meracuni jaringan-jaringan tubuh Sievert, 2010.

2.7 Pencegahan Sirosis hati