Akta Pemberian Hak Tanggungan sebagaimana ditentukan oleh Pasal 2 ayat 1 UUHT.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan -kesimpulan di atas, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Terhadap Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT yang didalamnya terdapat beberapa obyek Hak Tanggungan yang dijaminkan, maka dalam akta tersebut
perlu dicantumkan pula kausula roya partial obyek Hak Tanggungan yang telah dilunasi pembayaran hutangnya. Karena apabila tidak diperjanjikan maka
yang akan berlaku adalah ketentuan pelaksanaan roya secara keseluruhan, sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat 1 Undang -Undang Hak Tanggungan,
yang menyebutkan bahwa Hak Tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi- bagi, kecuali jika diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan
sebagaimana dimaksud pada ayat 2. 2. Pihak bank selaku kreditor pemegang Hak Tanggungan, sebelum pelaksanaan
permohonan pemecahan sertipik at induk oleh pengembang perlu mengantisipasi kemungkinan hambatan yang mungkin timbul pasca pemecahan sertipikat
tersebut, misalnya dengan membuat suatu surat pernyataan dari debitor, perjanjian atau kuasa khusus yang melindungi kepentingan pihak bank.
Pembuatan pernyataan, perjanjian maupun kuasa khusus tersebut lebih baik dilakukan pada
saat penandatanganan perjanjian kredit kontruksi. Karena biasanya dalam keadaan
Universitas Sumatera Utara
demikian debitor lebih mudah diajak bernegoisasi dan bersedia menandatangani surat pernyataan, perjanjian maupun kuasa khusus tersebut.
3. Sebelum pelaksanaan perjanjian konstruksi yang melibatkan pihak bank dan pengembang, sebaiknya dilakukan pengukuran dan pemecahan secara seksama
terlebih dahulu pada obyek hak atas tanah yang akan dibebani Hak Tangungan, agar dalam pembebanan Hak Tanggungannya telah jelas atas obyek Hak
Tanggungan yang terdiri dari beberapa hak atas tanah dan Kemungkinan hapusnya sebagian Hak Tanggungan karena pelunasan sebagian utang tersebut
diperjanjikan dalam APHT.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku