g. Hak Tanggungan dapat beralih karena hukum kepada kreditor baru apabila perjanjian kreditnya dipindahkan kepada kreditor lain berdasarkan cessie atau
subrograsi atau karena sebab lain yaitu karena penggabungan atau peleburan PT atau Koperasi Pasal 16 UU Hak Tanggungan.
h. Mudah dan pasti eksekusinya: 1 Kreditor pemegang Hak Tanggungan peringkat pertama berdasarkan kuasa
penuh mempunyai kewenangan untuk menjual sendiri objek Hak Tanggungan Pasal 6 juncto Pasal 11 ayat 2 Huruf e UU Hak Tanggungan.
2 Melaksanakan parate eksekusi Pasal 14 juncto P asal 26 UU Hak Tanggungan.
3 Menjual objek Hak Tanggungan di bawah tangan dengan tujuan akan dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak Pasal 20 ayat 2
dan 3 UU Hak Tanggungan. i. Pemegang Hak Tanggungan tetap berwenang melakuk an segala hak yang
diperolehnya menurut UU Hak Tanggungan apabila pemberi Hak Tanggungan dinyatakan pailit. Karena objek Hak Tanggungan tidak termasuk harta pailit
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 56 dan Pasal 230 UU Kepailitan.
B. Upaya Perlindungan Hukum Kreditor Pemegang Hak Tanggungan Dalam Permohonan Pemecahan Sertipikat
1. Mengenai Bank
Istilah kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti kepercayaan, dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa kreditor yang memberi kredit, lazimnya
Universitas Sumatera Utara
bank dalam hubungan perkreditan dengan debitor nasabah, penerima kredit mempunyai kepercayaan, bahwa debitor tersebut dalam waktu dan dengan syarat -
syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan membayar kembali kredit yang bersangkutan.
69
Bahwa selain unsur kepercayaan tersebut, dalam permohonan dan pemberian kredit juga mengadung unsur lain yaitu unsur waktu, unsur resiko dan unsur prestasi.
Unsur waktu ini merupakan jangka waktu atau tenggang waktu tertentu antara pemberian atau pencairan kredit oleh bank dengan pelunasan kredit oleh debitor.
Unsur resiko ini berkaitan dengan kemungkinan ketidakmampuan dari debitor untuk membayar angsuran atau melunasi kreditnya karena sesuatu hal yang tidak
dikehendaki, yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank. Setiap perjanjian tentu mengandung adanya prestasi dan kontra prestasi, bank sebagai pemberi kredit
berkewajiban untuk memberikan kredit sesuai dengan jumlah yang disepakati, dan atas prestasinya tersebut bank berhak untuk memperoleh pelunasan kredit dan b unga
dari debitor sebagai kontraprestasinya.
70
Berdasarkan penjelasan pasal 8 ayat 1 Undang -Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan Undang -Undang No. 10 Tahun 1998
selanjutnya disebut Undang -Undang Perbankan yang Diubah, yan g menyebutkan bahwa untuk memperoleh jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi kewajibannya sesuai
69
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hal. 236
70
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia , Kencana, Jakarta, 2008, hal. 59 -60
Universitas Sumatera Utara
dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut bank harus melakukan penilaian yang
seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitor, yang kemudian dikenal dengan sebutan The five C of credit analysis
atau prinsip 5 C’s, yang meliput i:
71
1. Penilaian watak character; 2. Penilaian kemampuan capacity;
3. Penilaian terhadap modal capital; 4. Penilaian terhadap agunan collateral;
5. Penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitor condition of economy. Menurut ketentuan pasal 2 ayat 1 Surat Ke putusan Direksi Bank Indonesia
No. 2369KEPDIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, bahwa yang dimaksud jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan
debitor untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Sedangkan menurut pasal 1 butir 23 yang dimaksud dengan agunan adalah jaminan tambahan yang
diserahkan nasabah debitor kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit.
72
Ini berarti jaminan kredit yang dimaksud Undang -Undang Perbankan yang Diubah bukanlah jaminan kredit yang selama ini dikenal dengan sebutan collateral sebagai
bagian dari 5 C’s, istilah collateral oleh Undang-Undang Perbankan yang Diubah diartikan dengan istilah agunan, maka arti dari jaminan pemberian kredit tersebut
71
Rachmadi Usman, Op.cit., hal. 246-248
72
Hermansyah, Op.cit., hal 73
Universitas Sumatera Utara
telah mengalami pergeseran, sehingga tidak sesuai lagi dengan pengertian yang lazim dikenal selama ini.
73
Dari penjelasan pasal 8 Undang -Undang Perbankan yang Diubah, dapat diketahui bahwa terdapat dua jenis agunan, yaitu agunan pokok dan agunan
tambahan. Agunan pokok adalah berupa barang, surat berharga atau garansi yang berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan,
seperti barang-barang yang dibeli dengan kredit yang dijaminkan, proyek -proyek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, maupun tag ihan-tagihan debitor.
Sedangkan agunan tambahan adalah barang, surat berharga atau garansi yang tidak berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan,
yang ditambahkan sebagai agunan.
74
Dalam hukum jaminan di Indonesia dikenal jaminan yang bersifat umum sebagaimana diuraikan dalam pasal 1131 KUHPerdata, dengan demikian tanpa
terkecuali seluruh harta kekayaan debitor akan menjadi jaminan pelunasan hutang debitor, jaminan umum ini dilahirkan karena undang -undang, sehingga tidak p erlu
ada perjanjian jaminan sebelumnya.
75
Jaminan umum ini dalam praktek perkreditan dirasa kurang memuaskan kreditor, kurang menimbulkan rasa aman dan terjamin bagi
pelunasan kredit yang diberikan. Untuk itu kreditor memerlukan adanya benda -benda tertentu yang ditunjuk khusus sebagai jaminan piutangnya dan itu hanya berlaku bagi
73
Rachmadi Usman, Op.cit., hal. 282-283
74
Ibid., hal. 283
75
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan Kesepuluh , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 163
Universitas Sumatera Utara
kreditor tersebut., baik yang bersifat kebendaan maupun perorangan. Jaminan khusus ini timbul karena adanya perjanjian yang khusus di adakan antara kreditor dan
debitor, sehingga dengan demikian kreditor yang bersangkutan memiliki kedudukan yang diutamakan atau distimewakan daripada kreditor-kreditor lain dalam pelunasan
piutangnya.
76
Bank dalam pembangunan ekonomi kita adalah perantara untuk berbagai kepentingan, Sebagai perantara, bank akan menerima demand deposits dan time
deposit yang mereka gunakan untuk memberikan pinjaman pada konsumen, perusahaan dan sebagainya. Sebagai akibat kegiatan peminjaman tersebut maka
sebenarnya telah terjadi pelaksanaan fungsi menciptakan uang oleh bank.
77
Bank merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perorangan, badan -badan usaha
swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga -lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai
jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.
Bank sebagai badan usaha yang bergerak dibidang keuangan, bank bukan lembaga sosial yang tujuannya memberikan bantuan cuma -cuma kepada masyarakat,
akan tetapi bank merupakan perusahaan yang mencari keuntungan atas jasa -jasa yang
76
Rachmadi Usman, Op.cit., hal. 288-289
77
Widjanarko, Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan , Infoarta Pratama, Jakarta, 1988, Hal.14.
Universitas Sumatera Utara
telah diberikannya. Meskipun demikian suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan adalah tujuan utama untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional kearah
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dari pengertian diatas, memperlihatkan jika bank bukan sebagai lembaga sosial, akan tetapi sebagai lembaga keuangan yang
mencari keuntungan atas jasanya yang telah diberikan kepada masyarakat.
78
Bank sebagai suatu badan usaha mempunyai tujuan dan tanggung jawab kepada pemilik untuk memaksimumkan keuntungan sebagimana tujuan dan tanggung
jawab perusahaan pada umumnya. Dengan memperoleh keuntungan dari masy arakat yang telah menggunakan jasanya pada bank, maka keberadaan bank tidak akan bisa
terlepas dari masyarakat, bank sebagai lembaga keuangan akan tumbuh dan berkembang jika dibutuhkan masyarakat. Bank dalam perekonomian kita adalah
sebagai perantara untuk berbagai kepentingan, sebagai perantara bank akan menerima deposits yang digunakan untuk membiayai pinjaman kredit kepada para debitornya.
Posisi suatu lembaga berupa perusahaan selalu berada dalam lingkungan masyarakat. Perusahaan hanya dapat tumbuh d an berkembang apabila memperoleh
dukungan dari masyarakat karena pada dasarnya masyarakat pemasok utama kebutuhan perusahaan sekaligus sebagai pemakai produk barang dan jasa dari
perusahaan. Jadi keberadaan dan kelangsungan hidup perusahaan sangat berg antung dan
ditentukan oleh sikap masyarakat terhadap lembaga yang bersangkutan. Jadi sesungguhnya, antara perusahaan sebagai pelaku ekonomi atau siapapun yang
78
Hasil wawancara dengan Ardiman Zebua, Legal Officer PT. Bank Mutiara Cabang Medan
Universitas Sumatera Utara
mewakilinya dengan masyarakat terjadi hubungan timbal -balik dan saling bergantung yang sangat besar. Hubungan tersebut dalam hal yang sifatnya positif karena saling
membutuhkan.
79
Bisnis bank adalah bisnis kepercayaan, sebagai penerima simpanan, bank dipercaya oleh para pemilik dana untuk menyimpankan dan mengelola dana
miliknya, demikian juga dalam h al hubungannya dengan para debitor kredit, bank juga percaya jika para debitornya mampu membayar kembali kredit yang diberikan
bank. Perlu dipahami, bahwa modal bank sangat terbatas, sehingga sumber dana
perbankan yang dipinjamkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit adalah dana - dana masyarakat yang disimpan pada bank tersebut, sehingga bank berusaha
berlomba-lomba dengan berbagai upaya guna menarik dana masyarakat tersebut. Dana masyarakat yang terkumpul tersebut merupakan sumber utama bank untuk
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman.
80
Mengingat usaha bidang perbankan yang diperdagangkan adalah uang dan kredit, maka tanggung jawab yang paling utama adalah keselamatan dari uang dan
kredit atau kepercayaan masyarakat. Hal ini karena uang ad alah perwujudan kepercayaan masyarakat terhadap Bank, sedangkan kredit diberikan juga atas dasar
kepercayaan. Jadi jelas bisnis bank sebenarnya memperdagangkan kepercayaan.
79
Sri Redjeki Hartono, Hukum Ekonomi Indonesia , Bayumedia Publishing, Malang, 2007, hal.42
80
Hasil wawancara dengan Ardiman Zebua, Legal Officer PT. Bank Mutiara Cabang Medan
Universitas Sumatera Utara
Sesuai ketentuan Pasal 4 Undang Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diperbarui dengan Undang undang No.10 tahun 1998, disebutkan
Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional
kearah peningkatan kesejahteraan raky at banyak. Keberadaan bank sebagaimana ketentuan pasal 4 tersebut diatas, maka
perbankan di Indonesia memiliki misi dan fungsi yang khusus yaitu sebagai penyokong pembangunan yang mendukung pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemera taan dan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Fungsi bank pada dasarnya adalah sebagai penghubung antara para penanam modal dan peminjam modal , sebagai penghubung bank melaksanakan kegiatan :
1. Mencari dan mengumpulkan dana, 2. Menyalurkan atau mem beri pinjaman,
3. Memperkirakan resiko suku bunga interstrate risk karena harus menanggung resiko perubahan suku bunga akibat penarikan dana oleh penanam modal
terutama dalam hal deposito berjangka pendek untuk membiayai pinjaman berjangka panjang.
2. Perjanjian Kredit Kontruksi