bebas,  penekanan  dari  ekspresi  MHC-II,  penekanan  pada  aktivitas  nitric  oxide, dan  memblokir  efek  yang  ditimbulkan  oleh  interleukin  IL-1  Greenbaum  dkk.,
1996.  Nicotinamide  bersifat  dose-dependent  sehingga  besarnya  jumlah  sel  beta yang  terlindungi  berbanding  lurus  dengan  banyaknya  jumlah  nicotinamide  yang
diberikan Hoorens dkk., 1999.
2.4 PANKREAS
2.4.1 Anatomi Fisiologi Kelenjar Pankreas
Pankreas  adalah  organ  yang  terdiri  dari  jaringan  eksokrin  dan  endokrin. Bagian  eksokrin  mengeluarkan  enzim-enzim  pencernaan  melalui  duktus
pankreatikus  ke  dalam  saluran  cerna.  Bagian  endokrin  tersebar  di  antara  bagian eksokrin, dikenal sebagai pulau Langerhans.
Pulau Langerhans terdiri dari empat macam sel yaitu sel beta, sel alfa, sel delta,  dan  sel  pankreas  polipeptida.  Dalam  pulau  Langerhans  manusia  dewasa
normal,  jumlah  sel  beta  berkisar  antara  75  -  80  dari  populasi  sel  pulau Langerhans.  Sel  beta  tersebar  di  bagian  tengah  pulau  Langerhans,  sementara
ketiga jenis sel lainnya terletak di bagian perifer Sherwood, 2001. Sel beta berperan dalam menghasilkan insulin, sementara sel alfa berperan
dalam  menghasilkan  glukagon.  Insulin  berperan  dalam  meningkatkan  transport glukosa  ke  dalam  sel,  sementara  glukagon  berfungsi  untuk  meningkatkan
glikogenolisis  di  hati.  Kadar  gula  darah  dipertahankan  oleh  mekanisme  umpan balik  antara  hormon  insulin  dan  glukagon,  di  mana  sekresi  keduanya  dihambat
oleh  somatostatin  yang  dihasilkan  oleh  sel  delta.  Peningkatan  kadar  gula  darah
akan  merangsang  sekresi  insulin  dan  menghambat  sekresi  glukagon,  sementara penurunan  gula  darah  akan  menyebabkan  penurunan  sekresi  insulin  dan
peningkatan sekresi glukagon Sherwood, 2001.
Gambar 2.4 Mekanisme kerja Insulin
– Glukagon Sherwood, 2001
2.4.2 Sel Beta Pankreas
Berdasarkan  United  Kingdom  Prospective  Diabetes  Study  UKPDS  dan Belfast Diabetes Study, pada saat diagnosis diabetes melitus ditegakkan fungsi sel
beta  pankreas  telah  menurun  sekitar  50 –  60  dan  penurunan  ini  diperkirakan
telah  terjadi  10 –  12  tahun  sebelum  muncul  kondisi  hiperglikemia.  Dari  kedua
penelitian  ini  disimpulkan  bahwa  tidak  ada  hiperglikemia  yang  tidak  disertai dengan disfungsi sel beta pankreas Popa dan Mota, 2013
Kerusakan sel beta akibat keadaan hiperglikemia terjadi secara bertahap di mana  awalnya  sel  beta  mengalami  desensitisasi  akibat  hiperglikemia  berulang,
lalu terjadi penurunan fungsi  apabila keadaaan tersebut  berlanjut akibat  beta  cell exhaustion. Keadaan ini akan terus berlanjut menjadi kerusakan dan apoptosis sel
beta yang tidak reversibel Shoelson dkk., 2006 Perubahan  histopatologis  pulau  Langerhans  pada  keadaan  diabetes  dapat
terjadi  secara  kuantitatif  maupun  kualitatif.  Perubahan  kuantitatif  yang  dapat diamati  adalah  pengurangan  jumlah  dan  ukuran  pada  pulau  Langerhans,
sementara  perubahan  kualitatif  dapat  berupa  terjadinya  nekrosis,  degenerasi, ataupun amyloidosis Suarsana dkk., 2010.
Gambaran  histopatologis  pankreas  yang  mungkin  didapati  pada  keadaan diabetes adalah struktur pulau Langerhans yang ireguler akibat adanya hiperplasia
atau hipertrofi yang mendahului disertai infiltrasi oleh sel inflamasi. Pada keadaan diabetes  yang  semakin  lanjut  didapatkan  replikasi  sel  beta  yang  menurun  dan
apoptosis sel beta yang meningkat Finegood dkk., 2001. Pemeriksaan  histopatologi  sel  beta  pankreas  memberikan  gambaran
mengenai  kelainan  yang  terjadi  akibat  kondisi  hiperglikemia,  bahkan  sebelum diagnosis  diabetes  melitus  ditegakkan.  Pemeriksaan  histopatologi  dapat
memberikan  gambaran  kelainan  yang  terjadi  pada  tingkat  mikroskopik. Pemeriksaan  histopatologi  pada  sel  beta  dapat  menggunakan  metode  kuantitatif
ataupun semi-kuantitatif Paulsen dkk., 2010. Metode pemeriksaan kuantitatif mendasarkan pemeriksaan pada jumlah sel
beta  serta  ukuran  sel  beta  yang  dapat  dinilai  dari  masa  sel  beta  pankreas.
Sementara  metode  pemeriksaan  semi-kuantitatif  menggabungkan  pemeriksaan jumlah sel beta dengan intensitas kekuatan dari sel yang dinilai berdasarkan hasil
pewarnaan  yang  dilakukan.  Terdapat  beberapa  cara  perhitungan  semi-kuantitatif, salah satunya adalah HSCORE dan Allred Score.
Pada HSCORE, intensitas sel beta pankreas dinilai dengan intensity score IS yang merupakan sistem skoring dengan empat poin yaitu 0 untuk tidak ada,
1  untuk  intensitas  lemah,  2  untuk  intensitas  sedang  ,  dan  3  untuk  intensitas kuat. Perhitungan sel beta dilakukan dengan menjumlahkan sel beta sesuai dengan
nilai  skornya.  Jumlah  sel  beta  untuk  masing-masing  kelompok  intensitasnya dikalikan  dengan  skornya  kemudian  dijumlahkan  sehingga  didapatkan  nilai
HSCORE Choudhury dkk., 2009. Pada  Allred  Score,  digunakan  dua  penilaian  yaitu  proportion  score  PS
dan  intensity  score  IS.  Proportion  score  PS  menggunakan  sistem  skoring dengan  enam  poin,  mulai  dari  0  sampai  dengan  5  di  mana  0  tidak  ada  sel
yang  terwarnai,  1  adalah  sebanyak  1  sel  terwarnai,  2  adalah  sebanyak  10 sel terwarnai, 3 adalah sebanyak 30 sel terwarnai, 4 adalah sebanyak 60 sel
terwarnai, dan 5 adalah sebanyak 100 sel terwarnai.  Intensity score IS pada Allred Score menggunakan sistem skoring  yang sama dengan  HSCORE di mana
dinilai kekuatan pewarnaan pada lapangan pandang yang dinilai, dengan nilai skor berkisar dari 0 sampai dengan 3. Nilai Allred Score didapatkan dari kombinasi
PS dan IS, dengan skor maksimal sebesar 8 Allred dkk., 1998
Gambar 2.5 Allred Scoring Guidelines
Seperti  yang  disimpulkan  dalam  penelitian  Belfast  Diabetes  Study, kerusakan  sel  beta  pankreas  sudah  terjadi  sebelum  ada  gejala  klinis  seperti
hiperglikemia.  Kerusakan  sel  beta  pankreas  ini  dapat  terjadi  melalui  tiga mekanisme utama yaitu :
1. Glukotoksisitas
Keadaan  hiperglikemia  dapat  menginduksi  gen  TRIB3  yang  terlibat dalam  jalur  sinyal  apoptosis  sel  beta  pankreas  Qian  dkk.,  2008.
Hiperglikemia dapat menghambat proses transkripsi mRNA insulin dan menurunkan  laju  translasi  protein  proinsulin  Zhang  dkk.,  2009.
Metabolisme  dari  glukosa  akan  menyebabkan  pembentukan  ROS, sementara  enzim  katalase  dan  superoksida  dismutase  yang  terdapat
dalam  sel  beta  hanya  sedikit.  ROS  yang  tidak  diubah  kemudian
mengaktifkan  NF-xB,  yaitu  suatu  jalur  proapoptotik  Stumvold  dkk., 2008.
2. Lipotoksisitas
Keadaan  hiperglikemia  menghambat  oksidasi  beta  asam  lemak sehingga  terjadi  penumpukan  kompleks  asam  lemak  rantai  panjang
LC-KoA  yang  akan  mengganggu  aktivitas  pompa  K
+
.  Gangguan  ini pada  akhirnya  akan  menghambat  pembentukan  ATP  Stumvold  dkk.,
2008.  Penumpukan  asam  lemak  bebas  juga  merangsang  sintesis seramida  dan  pembentukan  oksida  nitrit  NO.  Seramida  menghambat
ekspresi gen insulin dan akan mengakibatkan terjadinya apoptosis. 3.
Penumpukan amiloid Amiloid  polipeptida  atau  amilin  merupakan  senyawa  yang  normalnya
terdapat di dalam granul insulin dan ikut disekresikan bersama insulin. Amilin  bersifat  sitotoksik  dengan  menyebabkan  masuknya  kalsium
dalam sel beta dan membentuk agregasi intrasel.
Gambar 2.6 Mekanisme Disfungsi Sel Beta Pankreas
2.4.3 Insulin