tersebut menentukan seberapa cepat penuaan terjadi dan berapa lama individu tersebut dapat hidup Goldman dan Klatz, 2007.
4. Teori radikal bebas
Penuaan dianggap berhubungan dengan akumulasi radikal bebas yang meningkat seiring dengan pertambahan usia. Peningkatan radikal bebas
menimbulkan kerusakan terhadap molekul-molekul organik seperti protein, DNA dan lemak. Kerusakan molekul akan bermanifestasi pada
penyakit-penyakit berkaitan dengan usia tua seperti Alzheimer, aterosklerosis, kanker, Parkinson dan penurunan fungsi imun
Pangkahila, 2007.
2.2 OBESITAS
2.2.1 Definisi
Obesitas didefinisikan oleh WHO sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan yang berpeluang menimbulkan beberapa risiko kesehatan pada
seorang individu Nurmalina, 2011. Akumulasi lemak berlebih ini terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara pemasukan energi dan pengeluaran energi.
Kegemukan tercatat sebagai faktor risiko utama kelima penyebab kematian di seluruh dunia Pangkahila, 2011.
Dalam mendefinisikan obesitas, muncul istilah kegemukan, overweight, dan obese namun masing-masing memiliki arti yang berbeda-beda. Berdasarkan
metode pengukuran derajat obesitas yaitu Indeks Massa Tubuh IMT, IMT ≥ β3
didefinisikan sebagai overweight sementara dikatakan obesitas apabila IMT ≥ 25
WHO, 2005.
2.2.2 Epidemiologi Obesitas
Obesitas telah menjadi suatu masalah kesehatan global, di mana terjadi peningkatan prevalensi obesitas yang signifikan di seluruh dunia. Di negara maju
seperti Amerika, penderita kegemukan diprediksi akan mencapai 85 pada tahun 2030, dimana 51,1 merupakan kasus obesitas Nduhirabdani dkk., 2011. Tidak
hanya di negara-negara maju, peningkatan prevalensi obesitas juga dialami negara-negara yang sedang berkembang, khususnya di Asia Tenggara dan Pasifik
Barat. Obesitas dapat meningkatkan risiko beragam penyakit serius baik pada
orang dewasa dan anak-anak seperti jantung koroner, stroke, tekanan darah tinggi, diabetes melitus tipe 2, lemak darah abnormal, kanker, osteoarthritis, sleep apnea,
batu empedu, dan masalah reproduksi. Selain menimbulkan masalah kesehatan, obesitas juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan terhadap biaya medis
dan biaya perawatan, baik biaya langsung maupun tidak langsung yang mencakup biaya layanan pencegahan, diagnosis, dan pengobatan yang berkaitan dengan
obesitas Nurmalina, 2011.
2.2.3 Etiologi dan Patofisiologi Obesitas
Penyebab kegemukan dan obesitas sampai saat ini masih belum sepenuhnya dipahami. Berdasarkan data penelitian diketahui ada banyak faktor
yang berperan dalam terjadinya obesitas seperti faktor genetik, kurangnya keseimbangan energi, kurangnya aktivitas fisik, lingkungan, kondisi kesehatan
dan hormonal, obat-obatan dan faktor emosional Nurmalina, 2011. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa diet tinggi lemak dan karbohidrat akan
menyebabkan peningkatan berat badan dan lemak tubuh, yang lama kelamaan dapat menimbulkan obesitas. Walaupun faktor genetik juga berperan dalam
menentukan kecenderungan terjadinya obesitas, faktor lingkungan, yaitu diet tinggi lemak dan karbohidrat, dianggap lebih berperan penting Wood dkk.,
2003. Beberapa faktor yang dianggap memiliki peranan dalam terjadinya
obesitas adalah sebagai berikut : 1.
Faktor genetik Banyak gen yang berkaitan dengan terjadinya obesitas, namun sangat
jarang yang berkaitan dengan gen tunggal. Sebagian besar berkaitan dengan kelainan pada banyak gen. Pada penyebab gen tunggal, di
antaranya yang sudah diketahui adalah adanya mutasi pada gen leptin, reseptor leptin, reseptor melanocortin-4, pro-opiomelanocortin dan
pada gen peroxisome proliferator-activated receptor gamma PPAR- γ
atau PPARG Paracchini dkk., 2005. 2.
Aktivitas fisik Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan
asupan energi energy intake dibandingkan dengan yang diperlukan energy expenditure oleh tubuh sehingga kelebihan asupan energi
disimpan dalam bentuk lemak Soegih, 2009. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan
energi energy expenditure, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat.
3. Diet tinggi karbohidrat dan lemak
Makanan merupakan sumber dari asupan energi, yang bila berlebih, maka karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dan lemak; protein
akan disimpan sebagai protein tubuh; sedangkan lemak akan disimpan sebagai lemak. Tubuh memiliki kemampuan menyimpan lemak yang
tidak terbatas Soegih, 2009. Faktor-faktor yang berpengaruh dari asupan makanan terhadap terjadinya obesitas adalah kuantitas, porsi
sekali makan, kepadatan energi, kebiasaan makan saat malam hari, frekuensi makan, dan jenis makanan Barassi, 2009.
4. Regulasi fisiologis metabolisme
Regulasi fisiologis metabolisme tubuh terdiri dari controller otak dan controlled system nutrient partitioning yaitu organ di luar otak yang
berperan dalam menggunakan atau menyimpan energi seperti saluran cerna, hati, otot, ginjal, dan jaringan lemak Soegih, 2009. Otak
menerima rangsang dari lingkungan ataupun dari dalam tubuh sendiri dalam bentuk sinyal neural dan humoral yang selanjutnya membuat
otak merespon dalam bentuk menghambat atau mengaktivasi motor system, dan memodulasi sistem saraf dan hormonal untuk mencari atau
menjauhi makanan. Hasil dari sinyal yang diterima oleh otak akan
memperngaruhi pemilihan jenis makanan, porsi makan, lama makan, proses pencernaan, absorpsi serta metabolisme zat gizi dalam tubuh.
Hasil akhirnya
dapat berupa
pembentukan jaringan
lemak, glikogenesis, pembentukan hormon dan enzim, atau dibakarnya zat gizi
sebagai energi Soegih, 2009. 5.
Gangguan kesehatan dan ketidakseimbangan hormon Gangguan hormon seperti Cushing syndrome, adrenocortical
hyperactivity, dan hipogonad dapat menyebabkan penimbunan lemak tubuh Wirahadikusumah, 2000. Ketidakseimbangan hormon tubuh
seperti pada wanita postmenopause atau pada pasien hipogonad juga akan memberikan gambaran obesitas.
6. Obat-obatan
Obat yang memperlambat metabolisme atau meningkatkan nafsu makan dapat menyebabkan kelebihan berat badan seperti kortikosteroid
dan antidepresan Nurmalina, 2011. 7.
Faktor emosi Beberapa orang makan lebih dari biasanya ketika sedang merasa bosan,
marah, atau sedih Soegih, 2009.
2.2.4 Obesitas dan Hormon Testosteron