Hormon testosteron dalam tubuh juga memiliki bentuk lain yaitu sebagai dehidrotestosteron dan androstenedion, yang merupakan bentuk androgen lemah.
Baik dalam testis maupun kelenjar adrenal, hormon androgen dapat dibentuk dari kolesterol ataupun langsung dari asetil koenzim A Guyton dan Hall, 2001.
2.5.1 Sintesis, Sekresi, dan Regulasi
Testosteron disintesis dan disekresikan terutama oleh testis. Testosteron disintesis oleh sel-sel interstisial Leydig pada testis melalui mekanisme umpan
balik dan diatur lewat kontrol hormon lutein luteinizing hormon LH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. Testis memproduksi sekitar 95 dari total
testosteron pada pria dewasa, sisanya diproduksi oleh zona retikularis korteks adrenal.
Pelepasan testosteron mengikuti ritme sirkadian circadian rhythm tubuh di mana kadar testosteron di dalam sirkulasi mencapai puncaknya antara pukul
06.00-08.00 dan kadar terendahnya antara pukul 18.00-20.00. Testosteron disintesis menggunakan bahan utama kolesterol di mana
sumber kolesterol ini bisa berasal dari sintesis pada sel Leydig ataupun berasal dari sirkulasi Jones, 2008; English dkk., 2001.
Untuk mempertahankan testosteron pada tingkat yang tepat maka kecepatan produksi harus seimbang dengan metabolisme dan ekskresi. Pengaturan
sintesis dan sekresi testosteron adalah melalui hypothalamic-pituitary-testicular axis. Hipotalamus mensekresi Gonadotrophin-releasing Hormone GnRH yang
mengatur sekresi LH dan FSH follicle-stimulating hormone dari hipofisis
anterior. Pada saat pubertas umur 10-13 tahun terjadi peningkatan sekresi GnRH oleh hipotalamus. Dengan ini terjadi peningkatan sekresi hormon FSH dan LH
oleh hipofisis. Testis membesar dan LH menstimulasi sel Leydig memperoduksi hormon testosteron. Hormon FSH mempengaruhi sel Sertoli dalam menjaga
spermatogenesis Sofikitis dkk., 2008. LH menstimulasi sekresi testosteron dari sel Leydig dengan meningkatkan
cyclic adenosine monophosphate cAMP dan level kalsium intraseluler. Siklik AMP meningkatkan pembentukan kolesterol dan ester-ester kolesterol, dan
perubahan kolesterol menjadi pregnenolon melalui pengaktifan protein kinase A. Pregnenolon kemudian akan diubah menjadi androstenedion, dan dengan
pengaruh enzim 17- hidroksisteroid dehydrogenase akan diubah menjadi
testosteron. Bila level testosteron sudah mencukupi, maka testosteron akan menimbulkan negative-feedback ke hipofisis dan hipotalamus sehingga
selanjutnya pembentukan testosteron akan dihambat. Testosteron secara langsung akan menghambat monoamine oxidase sehingga produksi LH dan FSH akan
berkurang. Sedangkan FSH terutama berpengaruh terhadap sel Sertoli untuk menginisiasi dan melakukan pemeliharaan proses spermatogenesis. FSH juga
menstimulasi sintesis dan pelepasan hormon inhibin dan activin dari sel Sertoli. Inhibin akan menyebabkan negative-feedback ke hipofisis sehingga menekan
pelepasan FSH Jones, 2008. Kecepatan sekresi hormon testosteron sebesar 4-9 mghari 13,9-31,2
nmolhari pada pria dewasa normal Guyton dan Hall, 2001.
Gambar 2.8 Regulasi Sekresi dan Sintesis Testosteron : Aksis Hipotalamus
– Hipofisis – Testis
2.5.2 Testosteron dalam Sirkulasi