Sistem PembuanganPengelolaan Sampah Pembuangan Air Limbah

Jarak tempat pembuangan sampah akhir yaitu sekitar 2km dari perumahan penduduk, 15km dari laut dan sekitar 200m dari sumber airAzwar, 1996.

2.4.5.4 Sistem PembuanganPengelolaan Sampah

1. Open Dumping Adalah cara pembuangan sampah dengan cara ditumpuk begitu saja di tanah, cara ini masih banyak di gunakan di negara – negara berkembang. Cara ini memiliki banyak kekurangan. Apabila TPA terletak di dekat pemukiman penduduk maka air lindi dari pembuangan sampah akan mencemari sumber air bersih penduduk, selain itu sistem open damping menyebabkan bertambahnya tempat perindukan vektor penyebab penyakit Azwar, 1996. 2. Inceneration Salah satu sarana yang mutlak dibutuhkan oleh Lembaga Pelayanan Kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik, puskesmas, dan semacamnya adalah insenerator. Fungsi dari insenerator ini adalah untuk membakar sampahlimbah padat klinis, yang dihasilkanoleh sarana pelayanan kesehatan.Pembakaran sampahlimbah klinis harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Antara lain pembakaran tidak boleh dilakukan diudara terbuka, karena jika dibakar di udara terbuka senyawa dioxin hasil pembakaran akan tersebar keudara sekitar. Syarat lain adalah limbahsampah padat klinis mutlak harus dibakar pada suhu tinggi, lebih dari 800 C agar kuman dan bibit penyakit yang ada pada limbah habis terbakar.Jika hal – hal tersebut tidak dipenuhi, akibatnya akan timbul polusi dan tersebarnya bibit penyakitkuman yang tidak mati karena pembakaran yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu sampahlimbah padat Universitas Sumatera Utara klinis harus dibakar di ruang tertutup dengan suhu tinggi. Ruang tertutup tersebut biasa disebut insenerator Anonimous, 2010. Dengan cara ini volume sampah bisa diperkecil sepertiganya atau di perkirakan penurunan volumenya mencapai 70 dari sampah.keuntungan incenerator adalah : a. Tidak memerlukan lahan yang luas b. Dapat dibangun di dekat lokasi industri sehingga biaya pengangkutan kecil c. Prosesnya dapat di lakukan setiap saat d. Panas yang dihasilkan dapat di manfaatkan untuk keperluan tertentu seperti untuk pembangkit listrik tenaga uap, air panas, listrik dan pencairan logam – logam e. Residu hasil pembakaran hampir semuanya organik dan relatif stabil Machfoedz, 2008. 3. Sanitary Landfiil Sanitary landfill sebagai suatu tempat untuk pembuangan sampah padat pada tanah tanpa menimbulkan bahaya atau gangguan kesehatan dan keselamatan masyarakat. Sanitary Landfill merupakan cara pengolahan sampah dengan cara menimbun sampah di dalam lubang yang sengaja di buat untuk pembuangan sampah. Sampah kemudian ditutup tanah, sampah- sampah berikutnya dibuang di atas timbunan tanah tersebut, lalu di tutup lagi dengan tanah demikian seterusnya Machfoedz, 2008. Ada dua metode dalam sistem Sanitary Landfill yaitu area method dan trench method. Metode trench disebut sebagai metode pemotongan dan pengisian. Sebuah trench Parit digali di bawah permukaan tanah dan sampah ditempatkan di Universitas Sumatera Utara dalam parit dan ditutup. Cara lain yaitu dua buah parit digali sekaligus, sampah diisikan pada salah satu parit dan lumpur dari salah satu lubang galian digunakan sebagai material penutup.Jika lokasi landfill yang direncanakan terletak di bawah tanjakan seperti lembah atau ngarai, maka yang digunakan adalah metode area. Apabila lokasi landfill lebih tinggi dari tempat lain yang ada disekitarnya, maka metode yang di gunakan adalah Trench metode. Lokasi landfill harus dipilih secara teliti dari lokasi yang tersedia yaitu basah dan berlumpur dapat digunakan sebagai tempat yang baik dan cukup luas untuk santary landfill. Jika sanitary landfill ditempatkan pada area yang tersebar dekat dengan suplay air bersih, hal yang perlu diperhatikan adalah kedalaman dari tempat bebatuan dan air tanah. Dari sisi kehidupan sebuah sanitary landfill akan mengalami, proses dekomposisi, secara aerob maupun anaerob ketika pertama kali material diletakkan dalam pengisian, maka proses dekomposisi mengarah pada peristiwa aerob, ketika komponen oksigen dikonsumsi, maka landfill dianggap mengalami kondisi anaerob, lamanya tergantung pada suhu dan oksigen yang tersedia. Dalam proses ini, Periode dekomposisi aerob lebih cepat dibanding dengan periode anaerobArintoko, 2011. 4. Pirolisis Adalah suatu cara pengolahan sampah padat dengan proses modern, proses dekomposisi dilakukan dengan suhu tinggi dan hasilnya seperti arang aktif atau gas. 5. Composting Universitas Sumatera Utara Pengolahan bisa di lakukan secara aerobik maupun anaerobik, yang berperan dalam hal ini adalah mikroorganisme. Pada prinsipnya composting merupakan pengolahan sampah menjadi pupuk dengan bantuan mikroorganisme Machfoedz, 2008. Tahapan komposting yaitu : 1. Pertama, dilakukan pemisahan benda – benda yang tidak bisa di jadikan pupuk seperti gelas, kaleng, dan sebagainya. 2. Dilanjutkan dengan pemotongan sampah menjadi bagian – bagian yang lebih kecil dengan ukuran 5 – 10 cm 3. Setelah itu dilanjutkan dengan proses pencampuran sampah dengan memperhatikan perbandingan kadar karbon dan nitrogen yang terdapat di dalamnya. Sampah yang baik adalah sampah yang mengandung nitrogen dan karbon dengan perbandingan 1 : 30 4. Kemudian sampah di tempatkan pada galian tanah yang tidak begitu dalam dan di birkan agar terjadi proses aerobik yang mengubah samapah menjadi pupuk. Agar proses aerobic berjalan empurna sampah perlu di bolak – balik pada waktu – waktu tertentu, minimal 3 sampai 4 kali selama 15 sampai 21 hari pembentukan pupuk Azwar, 1996. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negative terhadap masyarakat dan lingkungan. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut antara lain: a. Terhadap Kesehatan Universitas Sumatera Utara Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vektor-vektor penyakit yaitu serangga dan binatang-binatang pengerat untuk mencari makan dan berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menimbulkan penyakit. b. Terhadap Lingkungan 1. Dapat menggangu estetika serta kesegaran udara lingkungan masyarakat akibat gas-gas tertentu yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme. 2. Debu-debu yang berterbangan dapat menggangu mata serta pernafasan. 3. Bila terjadi proses pembakaran dari sampah maka asapnya dapat menggangu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara karena ada asap di udara. 4. Pembuangan sampah ke saluran-saluran air akan menyebabkan estetika yang terganggu, memyebabkan pendangkalan saluran serta mengurangi kemampuan daya aliran saluran. 5. Dapat menyebabkan banjir apabila sampah dibuang ke saluran yang daya serap alirannya sudah menurun. 6. Pembuangan sampah ke selokan atau badan air akan menyebabkan terjadinya pengotoran badan air Slamet,2007. 2.5Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Kondisi Perumahan 1. Rumah Tidak Sehat 2. Rumah Sehat Universitas Sumatera Utara 2.6Hipotesa Penelitian 1. Ada hubungan antara kondisi perumahandan jumlah tempat perindukan nyamukdengan angka kejadian demam berdarah dengue 2. Ada hubungan antara karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga dengan angka kejadian demam berdarah dengue. Angka kejadian DBD KarakteristikResponden: 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Penghasilan Kepala Keluarga Jumlah Tempat Perindukan Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitik yaitu untuk mengetahui hubungan kondisi perumahan dengan angka kejadian demam berdarah denguediwilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau tahun 2012 dengan rancangan penelitian Case Control, yaitu suatu penelitian survai analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko di pelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif, efek penyakit atau status kesehatan diidentifikasi pada saat sekarang sedangkan faktor resiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu Notoadmodjo, 2005. 3.2Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini di lakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau, adapun alasan dipilihnya lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah: a. Tingginya angka kejadian penyakit demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang pada tahun 2011 b. Kondisi perumahan di tempat penelitian masih banyak yang belum memenuhi syarat kesehatan c. Di lokasi penelitian akses air bersih sangat terbatas sehingga menggunakan air hujan sebagai air bersih dan membutuhkan banyak tempat penampungan air. 54 Universitas Sumatera Utara

3.2.2 Waktu Penelitian

Dokumen yang terkait

Kepadatan Jentik Penular Demam Berdarah Dengue (DBD) Antara Desa Endemis Dan Non Endemis Serta Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Tahun 2000

0 32 97

Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Dan Kegiatan Pemberantasannya Tahun 2003-2007

1 40 88

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I.

0 0 7

(ABSTRAK) HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESEHATAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPIRING KECAMATAN CEPIRING KABUPATEN KENDAL TAHUN 2009.

0 0 3

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESEHATAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPIRING KECAMATAN CEPIRING KABUPATEN KENDAL TAHUN 2009.

0 7 154

c. Ada, luas ventilasi permanen >10 luas lantai - Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

0 0 33

Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

0 0 14

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KLIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I PURWOKERTO TIMUR KABUPATEN BANYUMAS

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN - HUBUNGAN KARAKTERISTIK KLIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I PURWOKERTO TIMUR KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 16

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DAN UPAYA PENCEGAHAN DENGAN ANGKA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOMBONG II - Elib Repository

0 0 70