Ekologi dan Bionomika Distribusi dan Bioekologi Vektor .1 Distribusi

2.1.3.2 Ekologi dan Bionomika

a. Telur Telur diletakkan satu persatu pada permukaan yang basah tepat diatas batas permukaan air, perkembangan embrio biasanya selesai dalam 48 jam dilingkungan yang hangat dan lembab. Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk elips atau oval memanjang, berwarna hitam, ukuran 0,5 – 0,8 mm, tidak memiliki alat pelampung. b. Larva Larva nyamuk Aedes aegypti memanjang tanpa kaki dengan bulu – bulu sederhana tersusun bilateral simetris. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami pergantian kulit, dan larva yang terbentuk berturut – turut disebut larva instar I, II, III, IV. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena tanpa duri-duri, dan alat – alat mulut tipe penguyah, bagian dada tampak paling besar, perut tersusun atas 8 ruas, larva berbentuk lansing dan bergerak sangat lincah, dan waktu istirahat membentuk sudut hampir tegal lurus dengan bidang permukaan air. c. Pupa Pupa nyamuk aedes aegypti berbentuk bengkok dengan bagian kepala-dada lebih besar bila dibandingkan dengan bagiann perutnya, pada bagian punggung dada terdapat alat bernapas seperti terompet. Pada ruas perut ke 8 terdapat sepasang alat Universitas Sumatera Utara pengayuh yang berguna untuk berenang, pupa lebih lincah dari larva, waktu istirahat pupa sejajar dengan bidang permukaan air. d. Dewasa Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap dan termasuk lebih menyukai manusia, bagi nyamuk betina darah merupakan sumber protein essensial yang berguna untuk mematangkan telur, sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, nyamuk jantan tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan Soegijanto, 2006. e. Prilaku Makan Aedes aegypti sangat antropofilikwalaupun nyamuk ini juga bisa makan dari hewan berdarah panas lainnya. Nyamuk betina memiliki dua periode altivitas menggigit, pertama dipagi hari selama beberapa jam setelah matahari terbit dan sore hari selama beberapa jam sebelum gelap. Puncak aktivitas menggigit berggantung pada lokasi dan musim, jika masa makanannya terganggu Aedes aegypti dapat menggigit lebih dari satu orang, perilaku ini semakin memperbesar efisiensi penyebaran epidemi. f. Perilaku Istirahat Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab dan tersembunyi di dalam rumah atau bangunan termasuk dikamar tidur, kamar mandi, maupun di Universitas Sumatera Utara dapur. Nyamuk ini jarang ditemukan di luar rumah, di tumbuhan atau tempat terlindung lainnya. Di dalam ruangan, tempat istirahat yang mereka suka adalah dibawah furniture dan pakaian yang tergantung. g. Jarak Terbang Penyebaran nyamuk aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi terbatas sampai 100 hingga 200 meter dari lokasi kemunculan demam berdarah. Namun penelitian di Puerto Rico menunjukkan bahwa nyamuk ini dapat menyebar sampai lebih dari 400 meter untuk mencari tempat bertelur. h. Lama Hidup Nyamuk aedes aegypti dewasa memiliki rata – rata lama hidup hanya 8 hari, selama musim hujan, masa bertahan hidup biasanya lebih panjang. Resiko penyebaran virus makin besar WHO, 2005. i. Penyebaran Virus Nyamuk sebagai vektor dapat terinfeksi jika ia mengisap darah pejamu yang mengandung virus dengue. Pada kasus DBD viraemia dalam tubuh pejamu manusia dapat terjadi 1 – 2 hari sebelum penderita demam dan berlangsung kurang lebih selama lima hari setelah penderita demam. Setelah masa inkubasi intrinsik selama 10 – 12 hari virus berkembang menembus usus halus untuk menginfeksi jaringan lain didalam tubuh nyamuk, termasuk kelenjar ludah nyamuk. Jika nyamuk tersebut menggigit tubuh orang yang rentan lainnya setelah kelenjar ludahnya terinfeksi, Universitas Sumatera Utara nyamuk itu akan menularkan virus dengue ke orang tersebut melalui suntikan air ludahnya WHO, 2005.

2.1.4 Tempat Perindukan

Dokumen yang terkait

Kepadatan Jentik Penular Demam Berdarah Dengue (DBD) Antara Desa Endemis Dan Non Endemis Serta Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Tahun 2000

0 32 97

Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Dan Kegiatan Pemberantasannya Tahun 2003-2007

1 40 88

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I.

0 0 7

(ABSTRAK) HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESEHATAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPIRING KECAMATAN CEPIRING KABUPATEN KENDAL TAHUN 2009.

0 0 3

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESEHATAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPIRING KECAMATAN CEPIRING KABUPATEN KENDAL TAHUN 2009.

0 7 154

c. Ada, luas ventilasi permanen >10 luas lantai - Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

0 0 33

Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

0 0 14

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KLIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I PURWOKERTO TIMUR KABUPATEN BANYUMAS

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN - HUBUNGAN KARAKTERISTIK KLIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I PURWOKERTO TIMUR KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 16

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DAN UPAYA PENCEGAHAN DENGAN ANGKA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOMBONG II - Elib Repository

0 0 70