BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Kotabaru merupakan Puskesmas yang terletak di Kecamatan Keritang dan merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Inderagiri Hilir
Riau, yang memiliki 8 wilayah kerja yaitu desa Pebenaan, desa Seberang Pebenaan, Kotabaru Reteh, desa Nusantara Jaya, desa Kotabaru Siberida, desa Kembang Mekar
Sari, desa Pasar Kembang, dan desa Kuala Keritang. Puskesmas Kotabaru merupakan Puskesmas rawat inap 24 jam yang berdiri
diatas seluas kurang lebih 1 hektar dengan jumlah penduduk keseluruhan yang ada di wilayah kerja ± 38.315 jiwa, laki – laki berjumlah 19.362 jiwa dan perempuan
berjumlah 18.935 jiwa tahun 2011.
4.2 Analisis Univariat Karakteristik Responden
Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karakteristik responden yang meliputi pendidikan orang tua responden, pekerjaan
orang tua responden, dan tingkat penghasilan responden.
4.2.1 Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Responden Kasus dan kontrol
Adapun gambaran tingkat pendidikan kepala keluarga responden kasus pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
62
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Kategori RespondenBerdasarkan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang
tahun 2012 No.
Tingkat Pendidikan Kasus
Kontrol Total
1. Rendahtidak sekolah,
SD, SLTP 9
14 23
50 2.
Tinggi SLTA, Perguruan Tinggi
14 9
23 50
Jumlah 23
23 46
100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden menurut tingkat pendidikan kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan
Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Tahun 2012 sebanding antara tingkat pendidikan kepala keluarga responden kasus dan tingkat pendidikan kepala keluarga responden
kontrolyaitu masing – masing 23 responden 50.
4.2.2 Pekerjaan Kepala Keluarga Responden Kasus dan Kontrol
Adapun gambaran pekerjaan kepala keluarga responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Kategori Responden Berdasarkan Pekerjaan Kepala Keluarga Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan
Keritang tahun 2012 No.
Pekerjaan Kepala keluarga
Kasus Kontrol
Total
1. Petani
3 15
18 39,13
2. Pedagang
7 -
7 15,22
3. Pegawai Swasta
6 4
10 21,74
4. PNS
7 4
11 23,91
Jumlah 23
23 46
100
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan pekerjaan kepala keluarga di wilayah Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Inderagiri Hilir Tahun 2012 yang terbesar adalah petani yaitu 18 responden 39,13 dan yang terkecil adalah Pedagang yaitu 7 responden 15,22.
4.2.3 Penghasilan Kepala Keluarga Responden
Adapun gambaran tingkat penghasilan kepala keluarga responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3 Kategori Penghasilan Kepala Keluarga Responden Kasusdi Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Tahun 2012
No.
Penghasilan Kepala Keluarga
Kasus Kontrol
Total
1. Rendah Rp. 1.250.000
8 12
20 43,48
2. Tinggi Rp. 1.250.000
15 11
26 56,52
Jumlah 23
23 46
100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa tingkat penghasilan kepala keluarga responden yang terbesar adalah tingkat penghasilan tinggi Rp 1.250.000
yaitu 26 responden 56,52 dan yang terkecil adalah tingkat penghasilan rendah Rp 1.250.000 yaitu 20 responden 43,48.
4.2.4 Tempat Perindukan Nyamuk
Adapun gambaran tempat perindukan nyamuk yang ada di rumah responden kasus maupun kontrol dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Kategori Responden Berdasarkan Jumlah Tempat Perindukan Nyamuk di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan
Inderagiri Hilir Tahun 2012 No.
Jumlah Tempat Perindukan Nyamuk
Kasus Kontrol
Total
1. 8
20 13
33 71,7
2. 8
3 10
13 28,3
Jumlah 23
23 46
100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa jumlah tempat perindukan nyamuk terbanyak yaitu 8 dengan jumlah 33 responden 71,7 dan yang terkecil
yaitu 8 dengan jumlah 13 responden 28,3.
4.2.5Kondisi Perumahan
Adapun gambaran kondisi perumahan responden kasus dan kontrol pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel 4.5 Kategori Responden Berdasarkan Kondisi Perumahan di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang tahun 2012
No.
Kondisi Perumahan
Kasus Kontrol
Total
1. Rumah tidak sehat
8 13
21 45,7
2. Rumah sehat
15 10
25 54,3
Jumlah 23
23 46
100
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa yang terbanyak adalah rumah sehat dengan jumlah 25 rumah 54,3 dan yang terkecil adalah rumah tidak sehat
dengan jumlah 21 rumah 45,7.
4.3 Analisis Bivariat
Analisi yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yang diteliti dengan kejadian Demam Berdarah Dengue. Uji statistik yang digunakan pada analisi
ini adalah Chi Square dengan derajat kepercayaan 95 α = 5. Berdasarkan uji
statistik akan diperoleh nilai p. Untuk nilai p 0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara variabel yang diteliti dengan variabel kejadian DBD.
Universitas Sumatera Utara
4.3.1 Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam
Berdarah Dengue
Adapun hasil analisis bivariat hubungan kondisi perumahan dengan angka
kejadian demam berdarah dengue yang meliputi kondisi perumahan dan tempat perindukan nyamuk adalah sebagai berikut.
Tabel 4.6 Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru
Kecamatan Keritang Tahun 2012
No. Kondisi Perumahan
Kasus Kontrol
Jumlah Jumlah
1. Rumah tidak sehat
8 34,8
13 56,5
2. Rumah sehat
15 65,2
10 43,5
Total 23
100 23
100
X
2
= 0,365 p = 0,546
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat pada kelompok kasus jumlah rumah sehat yaitu 15 rumah 65,2, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 10 rumah
43,5. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil bahwa nilai p sebesar 0,546 atau p
0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kondisi perumahan dengan angka kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang
Kabupaten Inderagiri Hilir Tahun 2012, sedangkan nilai OR atau odd ratio sebesar 0,4 atau dengan pengertian kondisi perumahan merupakan faktor proteksi dari
kejadian DBD.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Hubungan Jumlah Tempat Perindukan Nyamuk dengan Angka Kejadian Demam Berdarah
Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Tahun 2012
No. Jumlah Tempat
Perindukan Nyamuk Kasus
Kontrol Jumlah
Jumlah
1. 8
20 87.0
13 56,5
2. 8
3 13,0
10 43,5
Total 23
100 23
100
X
2
= 5,254 p = 0,022
Berdasarkan tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa tempat perindukan nyamuk terbesar 8 adalah pada kelompok kasus yaitu 20 responden 87,0, sedangkan pada
kelompok kontrol hanya 13 responden 71,7. Pada kelompok kasus tempat perindukan nyamuk yang 8 hanya 3 responden 13,0 sedangkan pada kelompok
kontrol tempat perindukan nyamuk yang 8 adalah 10 responden 28,3. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil bahwa nilai p sebesar 0,022 atau p
0,05, sehingga ada hubungan yang signifikan antara jumlah tempat perindukan nyamuk dengan angka kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Kotabaru
Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Tahun 2012, Nilai OR atau odd ratio sebesar 5,128artinya bahwa kemungkinan orang yang menderita DBD memiliki
jumlah tempat perindukan nyamuk lebih besar 5,1 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DBD.
4.3.2 Hubungan Karakteristik Responden Dengan Angka Kejadian Demam Berdarah
Dengue
Adapun hasil analisis bivariat karakteristik penderita DBD dengan angka kejadian DBD yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan kepala keluarga,
pekerjaan kepala keluarga dan penghasilan kepala keluarga adalah sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Hubungan Karakteristik Responden dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru
Kecamatan Keritang Tahun 2012
No. Variabel Penyakit DBD
X
2
Prob OR
Kasus Kontrol
N N
1. Pendidikan Kepala
Keluarga: 1. Rendah
2. Tinggi 9
14 39,1
60,9 14
9 60,9
39,1 2,174
0,140 0,413
2. Penghasilan Kepala
Keluarga: 1. Rendah
2. Tinggi 8
15 34,8
65,2 12
11 52,2
47,8 1,415
0,234 0,489
Berdasarkan variabel pendidikan kepala keluarga dapat diketahui bahwa dari 23 responden 50 yang berpendidikan tinggi 14 responden 30,43 merupakan
kelompok kasus penderita DBD dan dari 23 responden 50 yang berpendidikan rendah 9 responden 19,56 merupakan kelompok kasus DBD. Hasil uji statistik
diperoleh X
2
= 2,174; p = 0,05 , yaitu p = 0,140 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan kepala keluarga responden dengan angka kejadian DBD.
Dengan kata lain kejadian DBD tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan kepala keluarga. Nilai odd ratio = 0,431 artinya pendidikan kepala keluarga responden
merupakan faktor proteksi kejadian DBD. Beradasarkan variabel tingkat penghasilan kepala keluarga dapat diketahui
bahwa pada responden kasus lebih banyak yang kepala keluarganya memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu 15 orang 32,60, sedangkan pada kelompok kontrol atau
yang tidak menderita DBD tingkat pendidikan kepala keluarganya lebih banyak tingkat pendidikan rendah yaitu 12 orang 26,08. Hasil uji statistik diperoleh X
2
=
Universitas Sumatera Utara
1,415; p = 0,05 yaitu p = 0,234 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat penghasilan kepala keluarga dengan angka kejadian DBD. Dengan kata lain
kejadian DBD tidak dipengaruhi oleh tingkat penghasilan kepala keluarga responden. Nilai odd ratio = 0,489 artinya tingkat penghasilan merupakan faktor proteksi dari
kejadian DBD.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden Pendidikan Kepala Keluarga Responden,
Pekerjaan dan Tingkat Penghasilan Kepala Keluarga Responden
Berdasarkan hasil penelitian secara persentase penyakit DBD lebih banyak terjadi pada kelompok responden yang berpendidikan tinggi yaitusebesar 60,9, hal
ini menunjukkan bahwa perluadanya peningkatan penyuluhan kepada masyarakat baik secara kualitas maupun kuantitas agar masyarakat mau berprilaku hidup bersih
dan sehat salah satunya melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dengan cara menjaga dan memelihara kebersihan lingkungannya masing – msing.
masyarakat yang berpendidikan tinggi diharapkan akan lebih banyak tahu informasi tentang cara pencegahan DBD dari berbagai sumber ataupun media untuk dapat
disebarkan ke masyarakat lain yang berpendidikan rendah. Menurut Notoatmodjo 2003 Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah juga bagi
orang tersebut untuk menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pengetahuan yang mereka miliki.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pekerjaan kepala keluarga responden kasus yang paling banyak adalah pedagang dan PNS dengan persentase
masing – masing sama yaitu sebesar 30,4. Hal ini dimungkinkan karena pada penelitian ini seluruh penderita merupakan anak –anak yang berumur 15 tahun dan
bukan kepala keluarga, dan terjadinya penularan DBD tidak bergantung pada pekerjaan kepala keluarga penderita.Penghasilan kepala keluarga responden kasus
yang paling banyak adalah kategori tingkat pendidikan tinggi SLTA, Perguruan
70
Universitas Sumatera Utara
Tinggi yaitu dengan persentase 65,2. Hal ini karena kepala keluarga responden dengan tingkat penghasilan yang tinggi kemungkinan memiliki lebih banyak
memiliki tempat – tempat perindukan nyamuk, baik di dalam maupun dilingkungan rumah yang memudahkan nyamuk untuk berkembangbiak.
5.2 Kondisi Perumahan Responden