Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut Arsyad, 1999. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Adanya pembangunan selain memberikan dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh berbagai masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja. Hal ini menjadi masalah yang sangat serius bagi bangsa Indonesia, mengingat jumlah penduduk yang tinggi akan menyebabkan penawaran tenaga kerja yang berlebihan, sedangkan permintaan tenaga kerja di pasar tenaga kerja sangat terbatas. Pada banyak negara dunia ketiga, yang umumnya memiliki tingkat kesejahteraan rakyat yang relatif masih rendah, mempertinggi tingkat pertumbuhan ekonomi memang sangat mutlak diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi dari negara-negara industri maju. Oleh karena masih relatif lemahnya kemampuan partisipasi swasta domestik dalam pembangunan ekonomi, mengharuskan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk mengambil peran sebagai motor penggerak commit to user pembangunan ekonomi nasional, salah satunya adalah pembangunan ekonomi kerakyatan melalui penguatan pada sektor informal Suparmoko, 1986 : 120. Pada umumnya lapangan kerja pada sektor formal menjadi prioritas bagi para tenaga kerja. Akan tetapi adanya ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dan penawaran dalam sektor ketenagakerjaan dan ditambah dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia, banyak terjadi Putus Hubungan Kerja PHK pada sektor formal tersebut. Untuk itu perlu dikembangkan lapangan kerja pada sektor informal yang pada kenyataannya sektor ini bisa menjadi penyelamat bagi masalah ketenagakerjaan yang kita hadapi. Banyak bidang informal yang berpotensi untuk diangkat dan digali menjadi salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga sekaligus dapat menyerap tenga kerja. Salah satu bidang usaha informal yang banyak menyerap tenaga kerja tersebut adalah usaha berdagang. Sektor perdagangan merupakan bagian dari sektor informal yang mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional, karena sektor ini merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di negara kita. Di Kota Surakarta sendiri kontribusi sektor perdagangan baik di tahun 2008 maupun 2009 menempati urutan pertama dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kota Surakarta dengan nilai masing-masing mencapai 25,12 dan 25,04. Hal ini dapat kita lihat pada tabel dibawah ini: commit to user Tabel 1.1 Distribusi PDRB Kota Surakarta menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008-2009 No Lapangan Usaha Tahun 2008 Tahun 2009 1 Pertanian 0.06 0.06 2 Pertambangan dan Penggalian 0.04 0.03 3 Industri Pengolahan 23.27 21.98 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2.57 2.57 5 Bangunan 14.44 14.80 6 Perdagangan 25.12 25.04 7 Pengangkutan dan Komunikasi 11.20 11.11 8 Keuangandan Jasa Perusahaan 10.93 10.99 9 Jasa – jasa 12.38 13.42 Sumber: BPS 2010. Surakarta Dalam Angka 2009 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 sektor perdagangan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB sebesar 2.223.561 juta atau sekitar 25,04 dari seluruh Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kota Surakarta. Sektor yang menduduki urutan kedua adalah sektor industri pengolahan yang menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB sebesar 1.592.356 juta atau sekitar 21,98. Sedangkan sektor yang menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB terendah pada tahun 2009 adalah sektor pertanian. Sektor tersebut hanya menyumbang sebesar 0,06 dari total Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kota Surakarta atau sekitar 5.007 juta. Selain sebagai penyumbang terbesar dalam pertumbuhan ekonomi yang terwujud melalui data Produk Domestik Regional Bruto PDRB, sektor perdagangan juga dapat dikatakan sebagai salah satu sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang tinggi. Di Kota Surakarta sendiri, sektor perdagangan merupakan sektor yang paling banyak menyerap jumlah tenaga kerja. Pada tahun 2008 sektor ini mampu menyerap tenaga kerja commit to user sebanyak 108.870 orang, kemudian diikuti oleh sektor jasa dengan serapan tenaga kerja mencapai 61.562 orang. Pada tahun 2009 keadaannya tidak jauh berbeda, dimana jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor perdagangan berkurang menjadi 106.426 orang dan jumlah ini diikuti oleh jasa dengan jumlah tenaga kerja sebesar 59.780 orang. Hal tersebut dapat diperjelas dalam tabel di bawah ini: Tabel 1.2 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Di Kota Surakarta Tahun 2008 dan 2009 No Lapangan Usaha Tahun 2008 Tahun 2009 1 Pertanian 1.743 2.608 2 Pertambangan dan Penggalian - - 3 Industri Pengolahan 44.222 42.065 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 604 700 5 Bangunan 7.134 9.217 6 Perdagangan 108.870 106.426 7 Pengangkutan dan Komunikasi 18.221 16.815 8 Keuangan dan Jasa Perusahaan 8.745 9.157 9 Jasa – jasa 61.562 59.780 Sumber: BPS 2010. Surakarta Dalam Angka 2009 Tingginya sumbangan sektor perdagangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto PDRB Surakarta dan banyaknya penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut disebabkan oleh secara geografis Kota Surakarta tidak memungkinkan untuk meningkatkan taraf perekonomian di sektor agraris, mengingat sebagian wilayah Kota Surakarta merupakan daerah yang kurang subur. Oleh karena itu Surakarta lebih berperan sebagai kota transit barang atau produk dagangan yang berasal dari daerah sekitarnya seperti Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Klaten. Banyaknya barang-barang dagangan yang masuk ke dalam wilayah Kota Surakarta dengan sendirinya membuat sektor commit to user perdagangan menjadi sektor unggulan penyangga perekonomian. Salah satu bagian yang terpenting atau instrumen dari sektor perdagangan adalah pasar. Pengertian pasar secara umum adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok yang menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk Mankiw, 2007 : 75. Sedangkan yang dimaksud sebagai pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara BUMN dan Badan Usaha Milik Daerah BUMD termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimilikidikelola pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar Leksono, 2009 : 119. Pada saat ini keberadaan pasar tradisional yang dahulu merupakan pusat perekonomian telah sedikit demi sedikit ditinggalkan oleh para konsumennya dengan alasan yang beragam mulai dari alasan ketersediaan sarana dalam pasar, kebersihan pasar sampai alasan keamanan pasar. Salah satu alasan yang membuat orang masih berbelanja di pasar tradisional adalah adanya proses tawar menawar yang menimbulkan kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli. Hal ini yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja dipasar modern Smeru, 2007: 10. Pemerintah Kota Surakarta seharusnya menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan commit to user oleh masyarakat luas. Perhatian Pemerintah Kota Surakarta tersebut dapat dibuktikan dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional diberbagai tempat. Target yang dituju sangat sederhana dan menyentuh hal yang sangat mendasar. Selama ini pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, kotor serta berbau tidak enak, dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Gambaran pasar seperti di atas harus diubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung. Dengan demikian, masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk datang dan melakukan transaksi jual beli di pasar tradisional. Salah satu pasar tradisional yang telah mengalami revitalisasi adalah Pasar Windujenar. Pasar Windujenar atau yang dulu lebih dikenal dengan nama Pasar Triwindu merupakan salah satu objek wisata belanja selain Pasar Klewer. Pasar Windujenar memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan pasar-pasar tradisional yang lain, hal ini dikarenakan pasar ini adalah pusat jual beli barang antik yang mempunyai nilai histori tinggi. Berbagai macam barang antik tersebut antara lain adalah koin, alat musik, topeng, furniture , kerajinan tangan, bahkan juga terdapat barang-barang asli peninggalan keraton yang juga diperjualbelikan disini. Kelebihan dan keunikan yang terdapat di dalamnya membuat Pasar Windujenar tidak hanya sering dikunjungi oleh kolektor barang antik dari dalam negeri akan tetapi juga berasal dari luar negeri. Para pedagang barang antik yang berada di Pasar Windujenar sering dihadapkan pada persoalan tentang bagaimana mencapai keberhasilan usaha melalui optimalisasi peningkatan pendapatan yang dituangkan dalam commit to user pemilihan kombinasi dari beberapa variabel keputusan. Banyak faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat keberhasilan pedagang, termasuk diantaranya adalah modal dagang, waktu usaha, pengalaman berdagang, usia pedagang, tingkat pendidikan pedagang dan letak kios pedagang. Variabel- variabel tersebut selanjutnya akan mempengaruhi besar kecilnya permintaan yang didapat dari konsumen. Seperti yang kita ketahui bersama semakin besar permintaan yang didapat oleh pedagang maka akan semakin besar pula laba yang akan di dapat. Namun dari semua variabel yang telah disebutkan tadi, terdapat beberapa variabel yang diduga paling kuat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pedagang yaitu variabel modal, tingkat pendidikan pedagang, pengalaman berdagang dan waktu usaha. Untuk itulah dengan diketahuinya pengaruh dari keempat variabel tersebut terhadap tingkat keberhasilan pedagang, diharapkan mereka dapat mengembangkan usahanya dengan mengambil kebijaksanaan yang tepat. Maka atas dasar permasalahan di atas, penelitian ini mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pedagang Barang Antik di Pasar Windujenar Surakarta”

B. Rumusan Masalah