Demografi Wilayah Persekutuan Malaysia

l m

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI ZAKAT DI WILAYAH PERSEKUTUAN

KUALA LUMPUR MALAYSIA

A. Pengelolaan Zakat di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur Malaysia

Undang-undang zakat dibuat untuk memastikan mana orang Islam yang telah memenuhi syarat dan wajib untuk menunaikan zakat menurut hukum syara’. Bagi mereka yang enggan atau lalai menunaikan zakat akan dikenakan hukuman tertentu. Pandangan yang mengatakan bahwa pendekatan dakwah perlu didahulukan sebelum pengesahan undang-undang itu dapat dibenarkan. Masyarakat harus terdoktrin bahwa zakat merupakan penyempurnaan keislaman sebagai salah satu bagian dari rukun Islam. Sehingga masyarakat tidak terpaku pada peraturan Pemerintah saja dalam kesadaran kewajiban menunaikan zakat. Terlebih lagi mengenai jenis-jenis zakat yang wajib dikeluarkan dari harta seorang muslim. Negeri Kedah merupakan negeri pertama yang melaksanakan zakat Mal Mustafarad 1 di Malaysia. Baru kemudian diikuti oleh Wilayah Persekutuan Kuala 1 Zakat al-Mal al-Mustafad adalah zakat atas harta pendapatan yang diperoleh daripada kerja dan usaha yang dilakukan oleh orang Islam baik dalam bentuk gaji, upah, subsidi, tunjangan, honor, pendapatan transfer dan lainnya. Sebab hukum utama sesuatu harta itu diwajibkan zakat adalah harta itu berfungsi untuk berkembang secara alami atau dengan suatu usaha. Menurut Yusuf al-Qardawi, perkembangan suatu harta itu dapat dilihat melalui keuntungan al-Ribh secara jual beli, berwirausaha, peternakan, profesional berupa upah, bonus, gaji, tunjangan dan berdasarkan kepada penghargaan atau pemberian transfer seperti pensiun, subsidi, tunjangan, hadiah, kompensasi dan sejenisnya. Sumber: Mujaini Tarimin, Zakat Amalan dan Pengalaman di Malaysia, Kuala Lumpur: PPZ, 2012 n o Lumpur dan Selangor. Hal ini kemudian difatwakan Jabatan Mufti di setiap negeri. 2 Dalam konteks negara Malaysia, ijtihad dalam hukum zakat diambil dari hukum Mazhab Syafi’i. Metode metode mazhab lain dipakai jika metode Syafii tidak dapat memenuhi kebutuhan dan masalah masyarakat. Jadi dalam konteks al- Mal al-Mustafad ini diambil dari metode mazhab lain karena ia lebih sesuai dengan kebutuhan saat ini dan kepentingan masyarakat di Malaysia. Karena apabila diperhatikan secara mendalam selama masa pemerintahan al-Khulafa al-Rasyidin dan masa sesudahnya ditemukan institusi ijtihad memberikan kontribusi yang mendorong untuk memperbarui sistem zakat. Ini berarti sistem zakat tidak selalu terikat secara harfiyyah kata demi kata dengan apa yang terjadi pada masa Nabi. Konsep maslahah dan sebab sesuatu harta itu diwajibkan zakat seperti harta berkembang menjadi tunjangan para sahabat, tabiin dan generasi selanjutnya untuk mengembangkan lagi kewajiban zakat agar sesuai dengan realitas pembangunan ekonomi dan masyarakat.

1. Sejarah MAIWP dan Landasan Hukum Berdirinya

Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan MAIWP didirikan pada 1 Februari 1974 bersamaan dengan berdirinya Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur. Pembentukannya dimaksudkan untuk menjaga urusan Islam di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur yang sebelum itu ditempatkan di bawah Pemerintah Negeri Selangor. MAIWP setelah itu turut bertanggung jawab mengelola urusan 2 Mujaini Tarimin, Zakat Amalan dan Pengalaman di Malaysia, Kuala Lumpur: PPZ, 2012, hal. 197. p q umat Islam di Labuan dan Putrajaya setelah keduanya diumumkan sebagai Wilayah Persekutuan masing-masing pada 16 April 1984 dan 1 Februari 2001. Pendirian MAIWP dinyatakan melalui ketentuan di dalam Konstitusi Federal dan UU Administrasi Hukum Islam Wilayah-Wilayah Persekutuan 1993 [Akta 505]. Pasal 3 5 Konstitusi Federal menyatakan bahwa: Walau apapun dalam Konstitusi ini, Yang di-Pertuan Agong harus menjadi Ketua Agama Islam di Wilayah-Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Labuan dan Putrajaya; dan untuk tujuan ini parlemen dapat melalui hukum membuat alokasi penyisihan mengatur urusan agama Islam dan untuk mendirikan suatu Dewan untuk menasihati Yang di-Pertuan Agong tentang hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Bagian 4 1, UU 505 pula menyatakan: Maka harus ada suatu badan yang dikenal sebagai Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan , untuk menasihati Yang di-Pertuan Agong dalam hal hal yang berhubungan dengan agama Islam. Yurisdiksi MAIWP pula dijelaskan melalui Bagian 31, Akta 505 yang menyatakan: Dewan harus membantu dan menasihati Yang di- Pertuan Agong berkenaan dengan semua hal yang berhubungan dengan agama Islam di dalam Wilayah- Wilayah Persekutuan, kecuali hal-hal Hukum Syarak dan yang berhubungan dengan administrasi keadilan, dan dalam semua hal tersebut harus menjadi otoritas utama di dalam Wilayah-Wilayah Persekutuan setelah Yang di-Pertuan Agong, r s kecuali ditentukan lain dalam UU ini.

2. Sejarah Hukum PPZ-MAIWP dan Baitulmal-MAIWP serta Landasan Tugas Wewenangnya

Badan yang bertanggungjawab memungut dan mengagihkan menyalurkan zakat di Wilayah Persekutuan ialah Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan MAIWP yang ditubuhkan melalui seksyen 41 Akta Pentadbiran Undang- Undang Islam Wilayah Persekutuan 1993: Akta 505 yang menyebut bahwa: “Maka hendaklah ada suatu badan yang dikenali sebagai Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan MAIWP untuk menasihati Yang Di Pertuan Agong dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan agama Islam”. Di Wilayah Persekutuan, tidak ada undang-undang khusus yang dapat disandarkan melainkan sebagian kecil dalam Akta 505: UU Administrasi Hukum Islam Wilayah-Wilayah Persekutuan 1993. 3 Posisi Baitulmal dan PPZ dalam MAIWP merupakan sub-bagian keorganisasian yang terpisah dalam pengelolaan zakat ini. 3 Wawancara langsung dengan Muhsin Nor Paizin Pegawai Penyelidikan Unit Penyelidikan Pembangunan Korporat RD, PPZ, Kuala Lumpur 24 November 2014.