63
negara telah memprivatisasi lembaga zakat seperti negeri Selangor, Wilayah Persekutuan, Pahang, Penang, Melaka dan Negeri Sembilan. Privatisasi ini
dilakukan untuk memastikan manajemen zakat dapat memberikan layanan berkualitas bagi memaksimalkan kepuasan pelanggan melalui pendekatan
profesional, penggunaan teknologi terbaru serta berlandaskan nilai-nilai Islam.
2
Ini akhirnya akan memastikan pengelolaan zakat efisien berdasarkan nilai-nilai Islam.
Peran ini harus konsisten dengan karakteristik yang harus ada pada lembaga yaitu adil, tidak menyimpang dan efisien dalam manajemennya.
Perkembangan saat ini lembaga zakat di Malaysia memiliki trend positif, terutama dalam aspek pengumpulan zakat. Jumlah pengumpulan zakat di Malaysia
telah meningkat dengan drastis di Malaysia. Jumlah pengumpulan zakat di setiap negara semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pengumpulan zakat keseluruhan
tahun 2013 telah meningkat sebanyak 55 menjadi RM 1,28 miliar dari RM 670.6 juta pada tahun 2006. Peningkatan yang mengesankan ini kemungkinan disebabkan
oleh banyak faktor diantaranya metode pembayaran yang mudah, manajemen zakat yang semakin efisien, privatisasi dan amanah lembaga zakat dan sebagainya.
Privatisasi dan amanah lembaga zakat telah menimbulkan minat banyak peneliti untuk melihat dampaknya terhadap jumlah pengumpulan zakat. Semua penelitian
ini umumnya menemukan privatisasi dan amanah lembaga zakat yang dapat meningkatkan efisiensi manajemen dan jumlah pengumpulan zakat.
2
Pusat Pungutan Zakat Wilayah Persekutuan, Laporan Zakat 2013, Kuala Lumpur: Pusat Pungutan Zakat Wilayah Persekutuan, 2013 hal. 24.
64
B. Perkembangan Hukum Zakat Wilayah Persekutuan Malaysia
Pemerintah Malaysia meletakkan Islam sebagai agama resminya telah membuka ruang untuk pelaksanaan hukum syara’. Mereka merancang undang-
undang yang berkaitan dengan uang dan harta menurut hukum syara’. Namun, pelaksanaannya bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan.
Dengan terbentuknya undang-undang mengenai zakat, harus ada pihak yang mengurus dan melaksanakan undang-undang tersebut. Pengurusan dan pengelolaan
yang sistematik akan memberi hasil yang baik kepada negara dan juga masyarakat di dalamnya. Malaysia yang mempunyai empat belas buah negeri harus bijak dalam
mengatur kewenangan yang diberikan kepada badan-badan yang berhak mengurus perkara zakat supaya tidak terjadi masalah ketidakadilan dalam pengurusan zakat.
Malaysia membentuk Perlembagaan Persekutuan konstitusi Malaysia sebagai undang-undang dasar. Ijtihad dalam pedoman hukum zakat didasarkan pada
ketentuan madzhab Syafi’i, tetapi ketentuan madzhab lain yang digunakan bilamana ketentuan madzhab Syafi’i tidak dapat memenuhi keperluan dan kepentingan
masyarakat secara luas.
3
Di dalamnya telah menetapkan bahwa perkara yang berkaitan dengan Islam adalah di bawah kekuasaan kerajaan negeri.
4
Perkara- perkara yang berkaitan dengan Pengurusan Agama Islam, di dalamnya termasuk
perkara zakat dikelola oleh kerajaan negeri yang dipimpin oleh raja di setiap negeri,
3
Mujaini Tarimin, Zakat Amalan dan Pengalaman di Malaysia, Kuala Lumpur: PPZ, 2012, hal. 87.
4
Abdul Aziz Bari, Islam Dalam Perlembagaan Malaysia, Selangor: Intel Multimedia and Publication, 2005, hal. 51.
65
yang sekaligus berperan sebagai Ketua Agama Islam yang mempunyai kekuasaan secara langsung dalam semua perkara berkaitan dengan agama Islam.
5
Berdasarkan fakta di atas, pengurusan zakat ada di bawah bidang kuasa dan tanggung jawab tiap negeri-negeri. Dengan itu, setiap negeri mempunyai Majlis
Agama Islam Negeri MAIN. Pelaksanaan pengurusan dan tata cara kerja MAIN di setiap negeri dilaksanakan berdasarkan Enakmen Pentadbiran Agama Islam atas
setiap negeri. Selain itu, MAIN ada dibawah tanggung jawab Duli Yang Maha Mulia DYMM Sultan sebagai Ketua Agama Islam setiap negeri. Pada Wilayah
Persekutuan, MAIN tersebut bernamaa Majelis Agama Islam Wilayah Persekutuan MAIWP.
Seiring perkembangan zaman saat ini, telah terjadi berbagai perubahan dalam pengelolaan zakat di Malaysia ini. Mayoritas negeri telah mewujudkan
institusi khas untuk mengelola perkara zakat. Dan institusi ini terpisah dari pengurusan MAIN. Pembentukan institusi ini sebagai satu usaha untuk
meningkatkan mutu dalam pengelolaan zakat. Melalui struktur organisasi ini, institusi zakat mampu membuat keputusan dengan lebih cepat dan tepat sesuai
dengan kebutuhan situasi. Diawali dengan terbentuknya Pusat Pungutan Zakat PPZ di Wilayah
Persekutuan pada tahun 1991, dan seterusnya diikuti oleh beberapa negeri lainnya. Badan yang bertanggung jawab menghimpun dan mendistribusikan zakat di
5
Mahamad Arifin et al, Pentadbiran Undang-undang Islam Di Malaysia Selangor: Dawama, cet 1, 2007, hal. 215.