biasanya disukai dan dimakan oleh seluruh pecandu narkoba 100 dan diberikan dengan frekuensi 1-5xminggu. Ada juga makanan selingan yang dibawakan oleh
keluarga pecandu narkoba dan biasanya dinikmati oleh teman-teman sekamar dari pecandu narkoba tersebut. Tapi hal ini hanya diberikan kepada pecandu narkoba yang
berada dalam tahap re-entry unit. Kenyataannya, walaupun pada tahap re-entry unit sudah diperbolehkan mengonsumsi makanan yang dibawakan oleh keluarga, pecandu
narkoba jarang sekali bahkan ada yang belum mendapat kunjungan dari keluarga mereka.
5.1.2. Tingkat Konsumsi Energi Pecandu Narkoba
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pecandu narkoba memiliki tingkat konsumsi energi sedang dengan jumlah 38 orang 53,3 dan
tingkat konsumsi energi rendah dengan jumlah 33 orang 46,5. Hasil penelitian ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Syahputra 2011 di Pusat
Rehabilitasi Sibolangit Center, yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi energi pecandu narkoba sebagian besar berada pada kategori sedang 77,5. Penelitian
yang sama dilakukan oleh Putri 2012 di UPT Terapi dan Rehabilitasi BNN, yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi energi berada pada kategori normal 56,4.
Hal yang menyebabkan masih adanya konsumsi energi dengan kategori rendah pada pecandu narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf adalah dikarenakan keinginan
mereka untuk memakan jenis makanan tertentu terhambat dikarenakan penetapan menu yang telah di buat oleh panti sehingga jika ada makanan yang tidak mereka
suka, mereka tidak akan memakannya,. Jika hal ini berlangsung terus menerus akan berakibat pada jumlah konsusmsi energi mereka.
Universitas Sumatera Utara
5.1.3. Tingkat Konsumsi Protein Pecandu Narkoba
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pecandu narkoba memiliki tingkat konsumsi protein kategori baik dengan jumlah 67 orang 94,4,
tingkat konsumsi protein kategori sedang dengan jumlah 3 orang 4,2, dan tingkat konsumsi protein kategori rendah dengan jumlah 1 orang 1,2. Konsumsi protein
pecandu narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf hampir seluruhnya dalam kategori baik dengan kriteria ≥ 100. Ini menunjukkan bahwa penyelenggara makanan
dipanti memerhatikan kebutuhan protein pecandu narkoba agar terpenuhi protein yang seharusnya. Konsumsi protein yang baik diperlukan bagi pecandu narkoba,
tetapi tidak dianjurkan jika terlalu berlebih . Sebaiknya konsumsi protein tidak melebihi 120 persen. Menurut Depkes 1996 tingkat konsumsi protein ≥ 120 persen
AKG termasuk ke dalam kategori kelebihan.
5.2. Status Gizi Pecandu Narkoba
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut Supariasa,
2001. Ada beberapa cara pengukuran status gizi yaitu pengukuran antropometri, klinik, dan biokimia dan biofisik. Pada penelitian ini pengukuran status gizi
menggunakan cara pengukuran antropometri dengan mengukur berat badan dan tinggi badan, yang selanjutnya status gizi dinilai berdasarkan Indeks Massa Tubuh
IMT. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pecandu narkoba
memiliki status gizi normal sebanyak 59 orang 83,1. Sedangkan untuk status gizi kurus ada sebanyak 7 orang 9,9 dan status gizi gemuk sebanyak 5 orang 7.
Hal ini sedikit berbeda dengan status gizi saat awal pecandu narkoba menjalani
Universitas Sumatera Utara
rehabilitasi di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara. Status gizi kurus pada awal masuk sebanyak 16 orang 22,5, status gizi normal sebanyak 50 orang
70,4 dan status gizi gemuk sebanyak 5 orang 7. Terjadi perubahan dibeberapa kategori status gizi pada saat penelitian, ada pecandu narkoba yang turun berat
badannya ada pula yang naik berat badannya, untuk tinggi badan tidak banyak berubah dari awal masuk. Perubahan berat badan ini dapat dipicu oleh selera makan,
kondisi fisik dan psikologis pecandu narkoba tersebut. Ada saat mereka merasa tidak memiliki selera untuk makan dan ada saat mereka selera untuk makan. Kondisi fisik
dan psikologi pecandu narkoba pun naik turun sehingga memengaruhi berat badan mereka yang nantinya berdampak pada status gizinya.
5.2.1. Status Gizi Berdasarkan Lama Rehabilitasi
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan status gizi berdasarkan lama rehabilitasi pecandu narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara
yaitu status gizi kurus paling banyak terdapat pada pecandu narkoba dengan lama rehabilitasi 4 bulan sebanyak 4 orang 16. Untuk status gizi normal paling banyak
terdapat pada pecandu narkoba dengan lama rehabilitasi 4 bulan sebanyak 19 orang 76 dan 5 bulan sebanyak 25 orang 92,6. Sedangkan status gizi gemuk
terdapat pada pecandu narkoba dengan lama rehabilitasi 2 bulan sebanyak 1 orang 20, 3 bulan sebanyak 2 orang 16,7 dan 4 bulan sebanyak 2 orang 8.
Kondisi status gizi ini dipengaruhi oleh konsumsi energi dan protein pecandu narkoba juga kondisi fisik pecandu narkoba. Pecandu narkoba yang masih dalam tahap
pemulihan dari ketergantungan narkoba masing-masing memiliki kondisi fisik yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda-beda sehingga berpengaruh terhadap asupan makanan mereka yang nantinya berdampak pada status gizi.
5.2.2. Status Gizi Berdasarkan Lama Pemakaian Narkoba