permasalahan saja. Atas dasar pertimbangan tersebut maka ditentukanlah informan penelitian yaitu :
1. Kepala Dinas Perindustrian dan perdagangan Kabupaten Deli Serdang Key
Informan = 1 orang 2.
Kepala Sub Bidang Teknologi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang Key Informan = 1 orang
3. Asosiasi Pengrajin informan biasa = 1 Orang
4. Pengelola pemilik UKM key Informan = 3 orang
5. Pengrajin sapu ijuk key Informan = 3 orang
6. Konsumen Produk sapu Ijuk informan biasa = 2 orang
7. AgenDistributor informan biasa = 2 orang
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang yang diambil dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan mempergunakan pedoman wawancara
yang diajukan kepada informan untuk kemudian dianalisa oleh peneliti. Disamping itu juga dikumpulkan data sekunder yang berhubungan dengan permasalahan yang
akan diteliti.
3.4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah pada Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
adalah mengingat bahwa salah satu misi Kabupaten Deli Serdang adalah pengembangan potensi UKM dalam pengembangan ekonomi daerah.
3.5. Metode Analisis Data
Teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik analisa data deskriptif kualitatif, yaitu data yang di dapat melalui teknik pengumpulan data selanjutnya
diberi interpretasi yang secukupnya sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
3.6. Jadwal Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Februari- Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DATA
4.1. Deskripsi Lokasi penelitian
4.1.1. Kabupaten Deli Serdang
Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu kabupaten dari 33 kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan merupakan bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Tatanan Pemerintahahan Kabupaten Deli Serdang diselaraskan dengan Undang-Undang No 22 Tahun 1999, yang kemudian diperbaharui dengan
Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sejak terbentuk menjadi kabupaten, Deli Serdang telah beberapa kali
mengalami perubahan wilayah, terutama sejak terjadinya pemekaran wilayah Deli Serdang tahun 2004 dengan terbentuknya Kabupaten Serdang Bedagai sesuai dengan
Undang-Undang No 36 Tahun 2003. Perubahan itu membawa pengaruh pada pelaksanaan administrasi pemerintahan, sekaligus potensi daerah, baik sumber daya
manusia, sumber daya alam, maupun luas wilayah. Dengan terjadinya pemekaran daerah, luas Kabupaten Deli Serdang menjadi 2.497,72 KM
2
, terdiri dari 22 kecamatan, 380 desa dan 14 kelurahan, yang terhampar mencapai 3,34 dari luas
wilayah Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Secara geografis, Kabupaten Deli Serdang terletak pada posisi 02 57’ s.d. 3
16’ Lintang Utara dan 98 33’ s.d. 99
27’ Bujur Timur. Kabupaten Deli Serdang terletak di wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara dengan batas-batas
administratif sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka,
Di bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun,
Di bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai,
Di bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat
Deli Serdang memiliki iklim tropis dengan rata-rata kelembaban udara 85 per-bulan, curah hujan berkisar 12-348 mm per bulan, kecapatan udara berkisar 2,1
mdt dengan tingkat penguapan sekitar 3,8 mm per hari, temperatur udara per bulan minimum 23,4
C dan maksimum 33,2 C. Ketinggian wilayah berkisar 0 – 500 meter
dari permukaan laut, yang terletak mengelilingi ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Topografi daerah terdiri atas dataran pantai 4 kecamatan dataran rendah 11
kecamatan, dan pegunungan 7 kecamatan. Berdasarkan kondisi iklim dan topografi ini, Kabupaten Deli Serdang adalah daerah yang subur, yang ditandai dengan
banyaknya wilayah di daerah ini yang dijadikan areal perkebunan dan semakin pesatnya usaha masyarakat di bidang pertanian. Pada tahun 2008, luas lahan
perkebunan yang ada di Kabupaten Deli Serdang adalah 35.463,95 hektar. Sedangkan luas lahan pertanian sebesar 214.797 hektar, yang di dalamnya termasuk lahan sawah
dan bukan sawah.
Universitas Sumatera Utara
Di samping sebagai daerah pertanian, Kabupaten Deli Serdang juga sebagai daerah industri dan perdagangan, yang ditandai banyaknya terdapat perusahaan-
perusahaan yang bergerak di bidang industri berskala besar, sedang, kecil, dan rumah tangga. Berdasarkan kondisi ini, Deli Serdang dapat dinyatakan daerah yang sangat
potensial, yang apabila dikembangkan secara maksimal menjadi kekuatan yang sangat berarti bagi kemajuan pembangunan Kabupaten Deli Serdang.
A. Penduduk
Berdasarkan Sensus Penduduk pada tahun 2007 yang diadakan oleh Biro Pusat Statistik BPS Kabupaten Deli Serdang, penduduk Deli Serdang berjumlah
1.539.697 jiwa dengan laju pertumbuhan 2,05 dihitung dari tahun 2000 sampai 2007, dengan kepadatan rata-rata 696 jiwa per kilometer persegi. Kabupaten ini
dihuni oleh penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Jawa, Melayu, Karo, Simalungun, Toba, Minang, Aceh, dan Cina, yang memeluk berbagai agama,
yaitu Islam, Keristen, Hindu, dan Budha. Sebagian besar penduduk Deli Serdang bekerja sebagai petani, nelayan, industri, pegawai negeri sipil, pedagang, dan jasa.
Khusus untuk pegawai negeri sipil, pada tahun 2008, jumlah pegawai negeri sipi di Kabupaten Deli Serdang 16.605 personal yang bertugas pada 68 Satuan Kerja
Perangkat Daerah. Jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penduduk Deli Serdang, 1 orang PNS dapat melayani 105 penduduk.
Universitas Sumatera Utara
B. Prioritas Pembangunan Daerah
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang menjadikan pendidikan dan kesehatan sebagai prioritas pembangunan yang akan dilakukan tanpa mengabaikan sektor
pembangunan lainnya. Hal ini telah tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Derah RPJMD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 – 2014. Dengan
mengandalkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang berupaya melaksanakan pembangunan melalui Program
CERDAS untuk bidang pendidikan dan Gerakan Deli Serdang Membangun GDSM untuk bidang pembangunan lainnya, dengan memberdayakan Tiga Pilar Kekuatan,
yaitu Pemerintah, Masyarakat, dan Pengusaha. Pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk mencapai Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, yang
pada intinya bertujuan untuk memberikan kemakmuran bagi seluruh masyarakat. Berdasarkan kondisi saat ini dan isu-isu strategis untuk 5 tahun mendatang
serta melalui penggalian aspirasi dan persepsi masyarakat, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang menetapkan Visi dan Misi Tahun 2009 – 2014 sebagai arah dan
pedoman pelaksanaan pembangunan sebagai berikut: o
Visi : Deli Serdang yang maju dengan masyarakatnya yang religius, sejahtera,
bersatu dalam kebhinekaan melalui pemerataan pembangunan, pemanfaatan sumber daya yang adil dan penegakan hukum yang ditopang oleh tata
pemerintahan yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Misi :
1. Mendorong pembangunan yang menjamin pemerataan yang seluas-luasnya
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, infrastruktur yang maju, penerapan ilmu dan teknologi, pembangunan berwawasan
lingkungan, serta didukung oleh kondisi keamanan yang kondusiif, 2.
Mendorong pembangunan akhlak mulia generasi muda, saling menghormati, rukun dan damai, tidak diskriminatif, mengabdi pada
kepentingan masyarakat luas dan menghormati hak azazi manusia, 3.
Mendorong pembangunan yang merata, pemanfaatan sumber daya yang adil guna mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat, rasa aman dan
damai, mampu menampung aspirasi masyarakat yang dinamis, menegakkan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan dengan ditopang
oleh tata pemerintahan yang baik, 4.
Mendorong terciptanya supermasi hukum dan masyarakat yang taat hukum, menghilangkan praktik diskriminasi hukum, mendorong
pembangunan sistem yang akuntabel, transparan, profesional, dan mampu menjalankan fungsinya sebagai fasilitator bagi semua stakeholdernya.
Untuk mewujudkan pelaksanaan Visi dan Misi yang telah ditetapkan, perlu dirumuskan tujuan pembangunan daerah goal yang hendak dicapai dalam kurun
waktu 5 tahun ke depan untuk memberi arah pembangunan kabupaten secara umum dengan tetap mempedomani agenda pembangunan Provinsi Sumatera Utara dan
Universitas Sumatera Utara
agenda pembangunan Nasional. Tujuan pembangunan Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat yang merata
serta diimbangi dengan meningkatnya kualitas pemukiman dan infrastruktur,
2. Meningkatnya perekonomian daerah,
3. Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat berdasarkan nilai-nilai sosial
dan agama, 4.
Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih.
4.1.2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang
Pembangunan ekonomi di Kabupaten Deli Serdang menghadapi 2 tantangan utama yaitu pengaruh globalisasi dan desentralisasi. Proses globalisasi mengandung
implikasi bahwa suatu aktivitas yang sebelumnya terbatas jangkauannya hanya pada suatu daerah tertentu menjadi berkembang menjadi tidak terbatas. Secara nyata
proses globalisasi terus berlangsung dengan cepat, tidak terhindarkan. Dunia tanpa batas ini akan meningkatkan arus perdagangan dan investasi dunia, yang akan
melahirkan harapan – harapan baru dalam kehidupan antar bangsa dan Deli Serdang sedang mempunyai peluang untuk memanfaatkannya. Tetapi disisi lain globalisasi
dpat menjadi ancaman jika Kabupaten Deli Serdang tidak siap menghadapinya seperti persaingan kualitas sumber daya manusia SDM yang semakin ketat, perkembangan
Universitas Sumatera Utara
iptek yang semakin maju serta kualitas produk barang – barang industri dan perdagangan yang kompetitif.
1. PERNYATAAN VISI
Untuk menggambar identitas masa depan industri dan perdagangan yang didambakan, yang akan memandu pilihan masa depan, yang menjawab
pertanyaan tentang wajah masa depan industri dan perdagangan di Kabupaten Deli Serdang, maka di rumuskan Visi Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut : 1.
Terwujudnya Industri dan Perdagangan yang berdaya saing tinggi, yaitu masyarakat industri niaga yang cerdas dan tangguh, mamiliki dan
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mampu menghasilkan rekayasa teknologi serta memiliki integritas dan kemampuan bersaing
secara kompetitif advantage. 2.
Berwawasan lingkungan dan berbasis ekonomi kerakyatan yaitu usaha industri dan perdagangan yang berkualitas yang mampu memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa merusak lingkungan hidup dan ekosistem, sebagai perwujudan pembangunan yang berwawasan
lingkungan dan berkesinambungan serta berbasis ekonomi kerakyatan. 3.
Ekosistem Dinas Perindustrian dan Perdagangan selalu berlangsung di dalam dan di tengah masyarakat, karena yang membentuk dan
Universitas Sumatera Utara
menyelengarakan adalah manusia. Dinas Perindustrian dan Perdagangan membutuhkan masyarakat, sedang sebaliknya masyarakat akan dapat
menjalankan fungsinya karena mendapatkan pelayanan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, maka dalam proses pemberian pelayanan
diwujudkan melalui manajemen Sumber Daya Alam SDA, khusunya sector agro dengan berbasi ilmu pengetahunan dan teknologi dan
berwawasan lingkungan, untuk kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
2. PERNYATAAN MISI
Dalam merealisasikan visi dan memberikan arah dan tujuan yang akan diwujudkan dan untuk memberikan focus terhadap Program yang akan
dilaksanakan serta untuk menumbuhkan sense of participation and sense of belonging
dunia usaha di Kabupaten Deli Serdang menyatakan misi sebagai berikut :
1. Mewujudkan peningkatan SDM Pengusaha Industri dan Perdagangan
2. Pengambangan pasar luar negeri melalui peningkatan ekspor non migas
3. Mewujudkan peningkatan dan pengmbangan Industri yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan 4.
Mewujudkan transparansi pasar yang menjamin kelancaran arus barang dang jasa terutama distribusi sembako dan barang strategis lainnya
5. Mewujudkan peningkatan SDM aparatur
Universitas Sumatera Utara
6. Mewujudkan Pengembangan Indsutri dan Perdagangan yang berdaya
saing tinggi terutama yang berbasi SDA 7.
Mewujudkan Peningkatan Teknologi tepat Guna
3. TUJUAN
Untuk menjabarkan dan mengimplementaikan Visi dan Misi berikut diuraikan Tujuan yang akan dicapai sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas SDM Pengusaha Industri dan Perdagangan menuju
profesionalisme 2.
Meningkatkan luas daerah pemasaran hasil industri 3.
Meningkatkan Ekspor non migas dan Peningkatan Hasil Produk Industri yang berorientasi Ekspor
4. Meningkatkan kualitas dunia usaha disektor industri dan perdagangan
yang memiliki legalitas 5.
Meningkatkan kelancaran distribusi kebutuhan Sembilan bahan pokok dan komoditas strategis
6. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur menuju
profesionalisme 7.
Meningkatkan produk hasil industri yang berdaya saing tinggi berbasis SDA
4. SASARAN
Universitas Sumatera Utara
Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana diuraikan, ditetapkan sasaran yang akan dicapai, yang menjadi dasar penetapan Program dan Kegiatan yaitu sebagai
berikut : 1.
Menigkatnya kualitas SDM Pengusaha Industri dan Perdagangan 2.
Semakin luasnya daerah pemasaran hasil industri 3.
Meningkatnya ekspor hasil industri 4.
Meningkatnya hasil industri yang berorientasi pasar 5.
Meningkatnya kualitas usaha industri dan perdagangan yang memiliki legalitas
6. Meningkatnya kelancaran distribusi sembilan bahan pokok dan barang
strategis lainnya 7.
Meningkatnya kualitas SDM aparatur 8.
Meningkatnya jumlah produk hasil industri yang berdaya saing tinggi dan berbasis SDA
9. Mengingkatnya pendalaman struktur industri
10. Meningkatnya pemakaian produksi dalam negeri
5. KEBIJAKAN
Untuk keterarahan pelakasana kegiatan operasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran sebagai implementasi dan penjabaran visi dan misi, dan untuk
memantapkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara maksimal
Universitas Sumatera Utara
diperlukan penetapan strategi dan kebijakan pembangunan di bidang industri dan perdagangan sebagai berikut :
1. Memantapkan pelaksanaan tata kerja dan prosedur kerja yang berorientasi
kepada pelayanan prima 2.
Meningkatkan kualitas SDM industri dan perdagangan 3.
Membangun kerjasama strategis diantara pelaku – pelaku ekonomi kerakyatan
4. Mengembangkan persaingan yang sehat dan berorientasi keunggulan
kompetitif serta menghindarkan terjadinya distorsi 5.
Meningkatkan pembangunan industri khususnya agro industri dalam rangka pemberdayaan masyarakat pedesaaan
6. Meningkatkan perlindungan konsumen dan pengawasan terhadap barang
yang beredar 7.
Meningkatkan koordinasi diantara instansi Pembina dan dunia usaha
6. STRATEGI
Dalam melakukan analisis strategis, selain mempertimbangkan kondisi umum sangat perlu untuk menganalisa kondisi obyektif berkaitan dengan
tugas pokok dan fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang. Hal – hal yang dianalisis mencakup analisis yang berkenaan dengan
factor eksternal dan internal yang berpengaruh terhadap berkelanjutan Dinas
Universitas Sumatera Utara
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang. Factor internal yang berdampak positif dianggap sebagai kekuatan dan yang berdampak negatif
dianggap sebagai kelemahan. Dalam rangka mengantisipasi dan memberikan respon terhadap perkembangan dan memenuhi tuntutan zaman, aspek
eksternal peluang dan tantangan lebih diperhatikan dibandingkan aspek internal kekuatan dan kelemahan.
4.2. Realitas Masyarakat Pengrajin Produk Unggulan Sapu Ijuk Desa Medan Sinembah Kecamatan Tanjung Morawa
4.2.1. Potret Kemiskinan Desa Medan Sinembah
Kabupaten Deli Serdang seperti daerah lainnya masih menghadapi masalah kemiskinan yang antara lain ditandai oleh jumlah penduduk yang hidup dibawah
garis kemiskinan dan tingginya kerentanan masyarakat untuk jatuh dibawah garis ini. Pada tahun 2008 penduduk miskin tercatat 48.492 KK atau 15,56 sedangkan pada
tahun 2005 mengalami kenaikan menjadi 49.848 KK atau 15,92 . Kondisi ini diperkirakan masih banyak dipengaruhi oleh situasi perekonomian
secara nasional dan daerah yang belum cukup kondusif sebagai dampak dari krisis moneter yang sampai saat ini masih belum teratasi sepenuhnya, untuk dapat memacu
pertumbuhan ekonomi rakyat. Hal ini telah diperberat lagi dengan adanya kebijakan Nasional untuk menaikan harga BBM, sehingga daya beli masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya terhadap sandang pangan menjadi melemah.
Universitas Sumatera Utara
Seiring berjalan waktu, terjadi perubahan zaman dan juga semakin canggihnya teknologi dibumi ini, banyak perubahan yang terjadi didaerah Kecamatan
Tanjung Morawa ini. Semakin berkembanglah indusri-industri dari industri kecil, sedang dan industri besar. Dan terjadi pulalah perubahan penghasilan ataupun
pekerjaan yang dimiliki masyarakat daerah Tanjung Morawa tersebut. Ada diantara mereka yang menjual tanah mereka untuk dijadikan sebagai lahan industri sehingga
mereka tidak berpenghasilan lagi dari bertani, sehingga mereka beralih profesi. Ada juga masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa tersebut yang tetap berpenghasilan
sebagai petani, disamping bekerja di pabrik. Dan ada diantara masyarakat yang bergantung pada profesi sebagai buruh, karena tidak memiliki lahan untuk bertani
Sementara itu, jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Deli Serdang tahun 2007 sebesar 15,85 dari total angkatan kerja sebesar 651.419 orang,
sedangkan pada tahun 2008 mencapai 15,95 dari total angkatan kerja sebesar 664.447 orang.
Desa Medan Sinembah merupakan salah satu desa yang merupakan kantong kemiskinan di Kabupaten Deli Serdang. Ada dua cara untuk mengidentifikasi
keluarga miskin yang didasarkan pada sejumlah kebutuhan pokokdasar suatu keluarga atau orang. Dalam pendekatan entitlement, kekurangan pangan dipandang
sebagai bencana ekonomi, tidak sekedar krisis pangan. Walaupun krisis pangan dapat terjadi tanpa adanya penurunan ketersediaan pangan, namun sebagian besar
kekurangan pangan terjadi karena kegagalan entitlement. Dengan demikian yang
Universitas Sumatera Utara
lebih penting adalah bagaimana kondisi direct entitlement to food. Dalam pendekatan entitlement
, kelaparan dapat terjadi bukan karena ketidaktersediaan pangan, tetapi karena keterbatasan pendapatan dan daya beli. Untuk mengetahui gambaran
kemiskinan di desa Medan Sinembah dapat diambil sebagai acuan data penghasilan penerima raskin di desa Medan Sinembah sesuai pada table di bawah:
Tabel 6. Jumlah Penghasilan Penerima Raskin di Desa Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Tahun 2009
No Jumlah penghasilan
Persentase
1 0 - 200.000
11,50 2
250.000 - 400.000 46,20
3 450.000 - 600.000
30,80 4
600.000 - 700.000 7,70
5 700.000
3,80
Sumber: Kantor Kepala Desa Medan Sinembah
Dari tabel di atas diketahui bahwa pendapatan RTM penerima raskin diantara Rp.250.000-Rp.400.000 perbulannya. Pendapatan ini merupakan jumlah yang
terbanyak. Sedangkan jumlah penghasilan Rp.700.000 merupakan jumlah penghasilan penerima raskin yang paling sedikit, yaitu 1 orang atau 3,80 .
Kemiskinan sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya berbagai masalah tentang kesejahteraan muncul dalam berbagai bentuk ketidakmampuan atas
pemenuhan kebutuhan dasar, kondisi keterpencilan dan keterasingan, ketergantungan dan keterbatasan akses pelayanan sosial dasar. Penanganan penduduk miskin,
Universitas Sumatera Utara
terutama yang sangat miskin, apabila tidak dilakukan secara tepat akan berakibat pada munculnya masalah sosial lain. Oleh karena itu, perhatian yang lebih serius
untuk menurunkan jumlah penduduk miskin perlu lebih ditingkatkan agar masalah- masalah kesejahteraan sosial tidak makin determinan kemiskinan.
Sebagai salah satu strategi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang untuk membantu masyarakat Medan Sinembah keluar dari permasalahan kemiskinan adalah
dengan memberdayakan potensi yang ada di tengah masyarakat tersebut, dimana melalui identifikasi faktor potensi yang ada di masyarakat desa ini. Sebagai solusi
adalah Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melihat sebuah peluang usaha kerajinan produk sapu ijuk yang banyak dilakukan masyarakat sekitar untuk dikembangkan
dengan mengangkat derajat produk tersebut sebagai salah satu “produk unggulan daerah” Kabupaten Deli Serdang, dengan harapan dapat memacu peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
4.2.2. Aktivitas Sosial Ekonomi Usaha Sapu Ijuk di Desa Medan Sinembah Kecamatan Tanjung Morawa
Jika melintas di kawasan Desa Medan Sinembah Kecamatan Tanjung Morawa. pemandangan kerajinan sapu ijuk sangat mudah ditemukan. Ditengah
kegamangan modernisasi, home industry ini tetap eksis. Kulit batang pohon enau
Universitas Sumatera Utara
aren yang biasa disebut ijuk sudah lama dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat sapu. Warga di desa ini sudah turun temurun membuat sapu yang terbuat
dari kulit batang pohon enau aren. Hampir di sepanjang jalan desa dipenuhi penjual sapu ijuk dengan segala ukuran sapu, mereka jual setiap harinya.
Maraknya industri kecil dan rumahan juga terlihat dari banyaknya rumah- rumah penduduk yang menggeluti usaha pembuatan sapu ijuk. Di daerah ini terdapat
puluhan perajin sapu ijuk, mereka bergerak di rumahnya masing-masing. Dengan kata lain, usaha mereka tersebut dapat digolongkan pada industri rumahan. Bagi
pengrajin ini, membuat sapu adalah satu-satunya sumber kehidupan bagi keluarga. Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu informan dari pengrajin Ny. Kamaruddin
yang mengatakan ; Hasil penjualan ijuk menjadi tumpuan buat memenuhi kebutuhan sehari-hari,
dengan hasil penjualan sapu kami dapat menyekolahkan anak-anak kami hingga menjadi sarjana.
Para pengrajin ini umumnya mengerjakan produksi sapu ini sebagai kegiatan utama sekaligus penopang kehidupan ekonomi keluarga. Untuk mengerjakan
produksi sapu, memerlukan sumberdaya atau beberapa faktor produksi. Alokasi sumberdaya dalam jumlah yang tepat akan memberikan pendapatan yang maksimal
dan sebaliknya, penggunaan sumberdaya yang tidak tepat akan menyebabkan ketidakefisienan yang dapat mengurangi keuntungan atau pendapatan Nababan,
2001.
Universitas Sumatera Utara
Suatu unit usaha produksi sapu sangat tergantung kepada beberapa faktor, antara lain adalah faktor sumber daya sebagai bahan baku yang akan diolah, alat
produksi, serta tenaga kerja yang melakukan kegiatan mengerjakan produksi sapu tersebut. Semua itu merupakan faktor produksi yang saling mendukung dalam usaha
produksi sapu ijuk . 4.2.2.1. Aspek Produksi
Dalam hal produksi keseluruhan proses memproduksi sapu ijuk masih secara tradisional atau konvensional terlihat dari proses produksi pembuatan sapu ijuk ini
masih menggunakan tangan dan sedikit saja bantuan mesin hanya dipergunakan dalam menghaluskan tangkai sapu. Menilik kepada proses produksi sapu ijuk adapun
alat dan bahan yang digunakan adalah : Bahan :
1. Ijuk - didatangkan dari wilayah seputaran kabupaten Deli Serdang
2. Lackop - didatangkan dari Medan
3. Stick - didatangkan dari Pancur Batu
4. Cup atas - didatangkan dari Medan
Sedangkan alatnya adalah : 1.
Serut ijuk 2.
Alat pemotong 3.
Palu Adapun proses produksinya merupakan suatu upaya mengubah bahan baku
menjadi barang jadi atau setengah jadi agar mempunyai nilai tambah, proses
Universitas Sumatera Utara
produksi biasanya dilakukan dengan, cara manual. Cara manual merupakan suatu proses produksi yang dalam seluruh rangkaian prosesnya hanya menggunakan
tenaga manusia dan peralatan yang digunakan adalah peralatan yang seadanya konvesional.
Berikut adalah proses produksi sapu ijuk dari awal produksi sampai menjadi barang jadi:
1. Pemilihan ijuk dengan cara disisir
2. Menata dan menganyam ijuk
3. Pemasangan ijuk pada lakop
4. Pemasangan stick
5. Pemasangan cup
6. Finising and packing
Apabila dilakukan analisa proses keseluruhan produksi yang telah dilakukan baik proses utama maupun proses tambahan. Proses utama dimulai dari pengadaan
bahan baku sampai dengan bahan setengah jadi. Sedang proses tambahannya adalah proses finishing yang dilakukan sampai dengan barang siap dijual kepada konsumen.
Universitas Sumatera Utara
PENGRAJIN IJUK
PERAJIN KAYU
STIK BATANG
Pencari ijuk
penjual ijuk
Petani Aren
Konsumenagen,eks portir
Barang setengah
jadi ‐barang
jadi
UKM PENAMPUNGAGEN
PEMASARAN
Bahan mentah menjadi bahan
setengah jadi
Bagan 2. Alur Produksi Sapu Ijuk
Universitas Sumatera Utara
Keterangan Alur produksi Sapu Ijuk : Tahapan pertama pada produksi sapu ijuk ini dimulai dari peran keberadaan
tanaman pohon aren yang dikelola oleh para petani yang berada di sekitar daerah usaha produksimaupun petani daerah lain. Biasanya dari para petani ini para pengumpul membeli
ijuk untuk kemudian dijadikan gulungan-gulungan ijuk untuk kemudian di jual kepada para pengrajin ijuk. Namun dalam hal ini terdapat juga beberapa petani yang langsung menjual
ijuk kepada para pengrajin dan biasanya para petani ini yang memiliki alat transportasi sendiri sehingga mudah untuk membawa ijuk-ijuk dari lahan pertaniannya kepada lokasi
pengrajin. Tahapan kedua dalam proses produksi sapu ijuk ini adalah proses transfer barang
ijuk dari pencari ijukpetani kepada pengrajin. Biasanya para pengrajin membeli ijuk dari mereka dengan ukuran kilo. Dan biasanya untuk daerah Medan Sinembah rata-rata pengrajin
akan membeli ijuk seberat 500 kg perminggunya. Tahapan ketiga adalah merupakan tahapan awal proses pengerjaan produk, dimana
dalam tahapan ini ada dua sector pengerjaan yaitu proses merangkai ijuk menjadi sapu tanpa tangkai dan pekerjaan kedua adalah pembuatan tangkaistik sapu. Hasil dari kedua
pekerjaan inilah yang kemudian dijual kepada para penampung UKM . Tahapan keempat adalah proses dimana sapu tanpa batang beserta stik dipadukan
dan diberi penambahan kreasi sehingga menjadi produk sapu siap jual. Proses ini berlangsung pada UKM penampung sekaligus bertindak menjadi agen pertama pemasaran
produk sapu ini. Tahap kelima sebagai tahapan terakhir adalah proses transfer produk dari
UKMpenampung ke agen, dealer, eksportir untuk kebutuhan dipasarkan maupun konsumen masyarakat untuk kebutuhan dipakai sehari-hari
Dari bagan tersebut di atas dapat diketahui bahwa produksi sapu ijuk ini pada dasarnya meliputi beberapa alur proses dimana maksudnya bahwa pembuatan sapu
Universitas Sumatera Utara
ijuk dari bahan baku menjadi bahan jadi harus melewati sedikitnya 3 tiga tahapan yaitu : pengrajin ijuk, pembuat kayustik dan UKM penampung.
Pengrajin ijuk adalah merupakan pilar utama dan perdana pada proses produksi sapu ijuk, dimana para perajin adalah mayoritas masyarakat sekitar Desa
Medan Sinembah yang memiliki andil merangkai dari bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Dalam proses ini para perajin mengolah dari ijuk-ijuk kasar menjadi
kepala sapu ijuk tanpa batang. Para pengrajin ijuk ini memulai pekerjaaan ini dengan membeli bahan
dasarbaku yaitu berupa ijuk yang dibeli dari para suplayer ijuk kasar yang menyediakan berabgai jenis dan kualitas ijuk. Adapun pemasok ijuk ini dahulunya
para pemasok dari daerah sekitar Deli Serdang namun sesuai dengan perkembangan baik dari segi penambahan jumlah pengrajin, jumlah permintaan maupun jenis sapu
ijuk maka suplai ijuk dari pemasok lokal sudah kurang mencukupi lagi sehingga pada beberapa tahun terakhir sudah ada beberapa pemasok bahan baku ijuk dari luar
daerah. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan dari Pengrajin ibu Maryam yang mengatakan :
Bahan ijuk disini dah kurang buat kita jadi biasanya kami membeli bahan dari pemasok yang datang dari Sipirok, Tapsel sana.
Sesuai dengan informasi di lapangan, para pemasok ijuk dari Sipirok datang sebanyak 2 kali dalam seminggu dengan membawa ber ton-ton bahan baku ijuk yang
dipasarkan untuk daerah Medan Sinembah saja. Tingginya komsumsi bahan baku ini
Universitas Sumatera Utara
adalah wajar melihat realitas di lapangan bahwa secara umum para pengrajin biasanya membeli bahan baku sebanyak 500 kg per minggunya. Adapun harga
perkilonya bahan baku ijuk ini adalah Rp. 5.300. Bahan baku ijuk tersebut kemudian mereka olah menjadi kepala sapu dengan
perincian biasanya dengan bahan baku 1 kg mereka menghasilkan sebanyak 3 buah kepala sapu dan kemudian akan mereka jual kepada penampung seharga Rp.3.300 per
buahnya. Mengenai hasil penjualan mereka setiap minggunya dapat dikatakan tergolong lumayan besar. Hal ini dapat dilihat dari penuturan informan pengrajin
yakni sutinah yang mengatakan ; Dalam seminggu biasanya kami bisa buat 150-200 ayaman ijuk untuk sapu
dan apabila dirata-ratakan dalam seminggu hasil penjualan Rp.400.000- 500.000
Dalam hal produksi rumah tangga sapu ijuk ini, para pengrajin sekaligus dapat dikatakan sebagai pengusaha ijuk terkadang juga mempekerjakan beberapa orang
pekerja untuk menganyam ijuk dengan system gaji Rp. 400 ayaman ijuk. Pembuat kayustik adalah para perajin kayu yang khusus memproduksi
batangstik untuk keperluan gagang sapu. Pengrajin kayu batangstik sapu ini biasanya dikerjakan oleh masyarakat yang memiliki modal lumayan besar, karena
biasanya proses pembuatannya membutuhkan modal yang lumayan ditambah biaya mesin mesin potong, bubut, penghalus dan juga membutuhkan lahan yang lumayan
Universitas Sumatera Utara
luas untuk produksi maupun penyimpanan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan informan pengrajin kayu yakni bapak Poniran yang mengatakan ;
Memang dibutuhkan modal yang lumayan besar buat usaha kayu gagang sapu ini karena ngak cukup cuma satu jenis mesin disamping itu modal buat bahan
kayunya juga lumayan mahal juga.
Dalam proses produksi kayu untuk gagang sapu ini biasanya disesuaikan dengan permintaan dari pihak penampung baik dari segi jumlah maupun motifbentuk
gagang yang akan dibuat. Biasanya harga setiap batang kayu yang sudah diolah menjadi gagang sapu dihargai berkisaran antara Rp. 1300-1500batang.
UKM penampung adalah unit usaha yang menampung hasil-hasil rajutan ijuk dari masyarakat dan juga batang kayu cetakan yang kemudian dirangkai menjadi sapu
ijuk yang siap pakaidipasarkan. Pada proses finishing touch pihak UKM penampung merangkai ijuk dengan
gagangnya kemudian memberi tambahan polesan dengan rajutan nilon pada kepala sapu dan pemberian merk dagang pada tahapan akhir proses produksi, setelah itu siap
untuk di pasarkan.
Salah satu unit usaha yang telah berpengalaman dalam aktivitas penampung dan pemasaran produksi sapu ijuk ini adalah UKM ”Syamsir Ijuk Medan Sinembah”
yang dimana perusahaan ini sudah cukup terkenal sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan sapu ijuk yang didirikan tahun 2000. Pengalaman
UKM ”Syamsir Ijuk Medan Sinembah dalam menangani komoditas sapu ijuk selama
Universitas Sumatera Utara
lebih dari sepuluh tahun tersebut menunjukkan bahwa prospek usaha sapu ijuk ternyata cukup menjanjikan promising business karena memiliki potensi pasar.
UKM ”Syamsir Ijuk Medan Sinembah inilah yang mempelopori kegiatan usaha produksi sapu ijuk dalam skala industri kecil untuk berbagai alat kebersihan
rumah tangga . Adapun UKM ”Syamsir Ijuk Medan Sinembah berdiri di atas tanah seluas 60 meter persegi yang berfungsi sebagai proses finishing sapu ijuk dan
gudang bahan baku sedangkan gudang barang jadi berada di atas tanah seluas 240 meter persegi yang juga di fungsikan sebagai rumah tempat tinggal.
Dalam proses bisnis sapu ijuk ini UKM Syamsir Merek Rajawali ini membeli bahan setengah jadi dari para pengrajin yaitu ijuk ayaman seharga Rp.3.300
dan kayu gagang Rp. 1200. disamping bahan-bahan tersebut di atas, untuk menjadikan sebuah sapu ijuk yang siap dipasarkan maka dibutuhkan tambahan bahan
maupun kreasi pada sapu ijuk untuk memperindah tampilannya maupun untuk menaikkan harga produk tersebut. Untuk tahapan ini biasanya dibutuhkan bahan cup
sebagai penutup dan pelindung ijuk, rajutan nilon pada ijuk sebagai penguat juga sebagai hiasan dan ditambah kertas merek dagang yang apabila ditotalkan proses ini
membutuhkan dana Rp. 7000sapu.
Mengacu pada keseluruhan proses produksi dari bahan setengan jadi menjadi sapu ijuk siap jual pada UKM Syamsir Medan Senembah membutuhkan
biaya produksi untuk sapu ijuk standard adalah Rp.5.500sapu ijuk. Adapun jenis-
Universitas Sumatera Utara
jenis sapu yang dihasilkan pada umumnya terdiri dari 3 jenis sapu yang dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel 7. Jenis Sapu Ijuk yang Diproduksi No
Jenis sapu Harga biji
Harga kodi 10 bj
1 Tempahan 7000
70.000 2 Kontras
6.500 65.000
3 Sapu perang
5000 50.000
Adapun perbedaan jenis dan harga ketiga sapu ijuk hasil produksi UKM Syamsir tersebut adalah didasarkan pada perbedaan kualitas bahan baku dan tampilan
sapu. Untuk sapu perang dengan harga paling murah biasanya dibuat dari bahan baku ijuk yang sangat halus dan hasil jadinya tidak diberi cup sebagai pelindung ijuk .
Sementara itu diantara para pengrajin sapu ijuk tradisional ini juga ternyata terdapat beberapa pengusaha sapu ijuk yang menggunakan teknologi canggih dalam
proses produksinya guna memberi nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan. Dimana dalam membuat sapu mereka menggunakan tenaga mesin dan komputer.
Salah satu pemilik pengusaha produksi sapu dengan mesin modern ini adalah bernama Lina yang dalam usahanya menghasilkan jenis produk sapu plastik
yang diberi merk “ VIVIANA”.
Universitas Sumatera Utara
Selain perbedaan proses kerja, produksi dan hasil produksi dengan sapu ijuk hasil kerajinan tangan tradisional, sapu merk viviana ini memiliki ciri kas bahwa
keseluruhan bahan-bahan produksinya berasal dari luar daerah bahkan luar negeri. Misalnya untuk bahan serabut diekspor dari Malaysia, Cina dan Italia. Untuk kepala
sapu di impor dari Medan, kayu dari Aceh dan Alumunium dari Italia.
4.2.2.2. Aspek keuangan
Berdasarkan hasil observasi dapat dicermati banyak perajin hanya menggunakan modal sendiri atau modal pribadi dan biasanya adalah perajin yang
berproduksi dalam skala kecil. Memang ada beberapa dari mereka yang melakukan pinjaman kepada pihak bank dimana kredit investasi tersebut diberikan atas
pertimbangan bahwa usaha yang dibiayai layak dan menguntungkan serta adanya mitra sebagai penjamin pasar produk sapu ijuk, serta jaminan dalam bentuk sertifikat
tanahbangunan tempat usaha dan mesin yang dibiayai. Di lain pihak, sebagan besar pengrajin menunjukkan bahwa mereka dihadapkan kepada kendala dalam memenuhi
persyaratan dan prosedur untuk memperoleh kredit. Kendala tersebut menyebabkan keengganan mereka untuk mengajukan aplikasi kredit, walaupun dibutuhkan
terutama untuk modal kerja. Kebutuhan modal kerja bagi para pengrajin merupakan hal yang penting, oleh karena biasanya mereka memperoleh pembayaran dari hasil
penjualan produk serat setelah 3 - 4 minggu.
Universitas Sumatera Utara
Ada pun pengrajin sekaligus penampung yang sudah memanfaatkan lembaga perbankan untuk memenuhi modal kerjanya, pada umumnya adalah pelaku UKM
sudah berorientasi ekspor. Pasar yang dimasuki tidak hanya pasar lokal tapi luar daerah. pihak UKM yang berorientasi ekspor ini selain mendapatkan modal
pinjaman dari bank juga mendapatkan modal awal dari para pemesan. Usaha penampung ini akan memberikan uang muka terlebih dahulu kepada para pengrajin.
Dari uang muka itulah perajin membeli bahan baku untuk membuat ayaman sapu ijuk sesuai dengan kriteria pemesan.
4.2.2.3. Aspek manajerial
Berdasarkan identifikasi aspek manajerial akan kita ketahui bagaimana sistem pencatatan yang digunakan dan prosedur pengelolaan UKM. Berdasarkan hasil
lapangan diketahui bahwa pengelolaan usaha yang selama ini dijalankan oleh para pelaku UKM kerajinan sapu ijuk di desa Medan Sinembah sangat sederhana. Mereka
hanya menjumlah pengeluaran dan pemasukan tanpa melakukan perincian lebih lanjut. Untuk mengetahui apakah mereka untung atau rugi adalah dengan mencari
selisih antara pemasukan dan pengeluaran. Bahkan ada juga diantara mereka yang tidak melakukan pembukuan sama sekali. Hal yang dianggap penting dan harus
dicatat satu-satunya adalah tentang barang-barang yang dijual berdasarkan pesanan. Mereka tidak melakukan perincian tentang biaya produksi.
Universitas Sumatera Utara
Aspek manajerial dalam penglolaan UKM pada kerajinan kerajinan sapu ijuk di Desa Medan Sinembah ini sangat rendah. Pemilik UKM tidak mengelola
pembukuannya sama sekali, sehingga mereka tidak mengetahui berapa sesungguhnya pendapatan mereka. Apakah usaha mereka untung atau rugi, tampaknya tidak begitu
menjadi perhatian bagi mereka. Pembagian tugasnya pun juga tidak jelas. Intinya semua dilakukan secara bersama-sama. Hal ini disebabkan karena usaha kerajinan
sapu ijuk di Desa Medan Sinembah ini pada umumnya adalah milik keluarga yang dikelola secara turun tenurun, sehingga apa yang dilakukan dahulu, ya itulah yang
harus dilakukan sekarang, tanpa ada unsur perubahan Mereka beranggapan bahwa aspek manajerial kurang begitu penting, bagi mereka yang penting barang bisa laku
dan usaha tetap bisa berjalan. Adanya pengetahuan yang minim tentang aspek manajerial juga menjadi salah satu sebab mengapa mereka tidak melakukan
pembukuan .
4.2.2.4. Analisis fungsional
UKM pada dasarnya mempunyai karakteristik yang berbeda dibanding perusahaan besar, terutama dalam hal produk yang dihasilkan. Ada beberapa
karakteristik khusus dari suatu produk yang dianggap cocok untuk diproduksi oleh UKM. Produk-produk tersebut pada umumnya adalah berupa produk kerajinan
misalnya produk sapu ijuk . Produk gerabah mempunyai karakteristik khusus yang lebih cocok untuk diproduksi oleh sektor usaha kecil menengah dibandingkan
diproduksi oleh perusahaan. Karena pada umumnya produk sapu ijuk ini merupakan
Universitas Sumatera Utara
kerajinan tangan hand-made yang tidak cocok untuk diproduksi oleh perusahaan besar.
Analisis fungsional yang digimakan dalam penelitian ini menitikberatkan pada identi
ńkasi produk mengingat produk UKM mempunyai karakteristik khusus dibanding produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Sehingga peneliti tidak perlu
membuat da ńar panjang tentang komponen yang akan diteliti, tetapi cukup
memberikan penekanan dan perhatian pada beberapa aspek yang dianggap lebih penting.
Analisis fungsional dalam penelitian ini diawali dengan melakukan identifikasi terhadap produk UKM. Proses identifikasi dilakukan dengan mengetahui
keunggulan dan kelemahan dari produk yang sudah dihasilkan oleh sektor Usaha Kecil Menengah ini yaitu industri sapu ijuk yang terdapat di daerah Desa Medan
Sinembah Kecamatan Tanjung Morawa Identifikasi produk dilakukan melalui dua tahap yaitu definisi komersial
produk dan fisik produk. Identifikasi Fisik Produk berdasarkan idcntifikasi produk melalui fisik produk, diketahui bahwa produk gerabah yang dihasilkan mempunyai
keunggulan dalam hal kualitas produk. Para perajin selalu mengutamakan kualitas produk yang dihasilkan.
Pada konsep pemasaran, kualitas produk menjadi sesuatu yang utama Wibowo, 1999. Tanpa kualitas yang bagus, suatu produk akan sulit untuk
Universitas Sumatera Utara
dipasarkan. Konsumen tidak ada yang tertarik untuk membeli. Memang harus diakui bahwa selain kualitas masih ada banyak hal yang menentukan apakah suatu produk
tersebut laku di pasar ataukah tidak. Proses identifikasi produk melalui fisik produk berikutnya yang diperoleh dari
hasil di lapangan adalah tentang desain produk. Diketahui bahwa sebagian besar pemilik UKM mendesain sendiri produk sapu ijuknya. Desain produk pada umumnya
mereka lakukan pada saat proses finishing. Proses identifikasi berikutnya dalam analisis fungsional adalah melalui
definisi komersial produk. Definisi komersial produk yang pertama adalah tentang pasaryang sudah dimasuki olehpara pernilik UKM. Berdasarkan hasil lapangan
diketahui bahwa produk yang mereka hasilkan ada yang hanya di pasarkan di lokasi sekitarKabupaten Deli Serdang saja pasar lokal dan ada yang sudah di pasarkan di
luar daerah Ekspor . Berdasarkan hasil identifikasi pangsa pasar dalam identifikasi komersial
produk diketahui bahwa sebagian besar UKM sudah memasuki pasar luar daerah ekspor. Pasar ekspor terdiri dari Pekan Baru, Yogyakarta, Surabaya, Bogor,
Bandung, Jakarta, dan Bali. Kesimpulannya adalah produk sapu ijuk yang dihasilkan para pengrajin UKM di daerah Desa Medan Sinembah Kecamatan Tanjung Morawa.
Yang menarik untuk dicermati dalam temuan ini adalah bahwa Pada umumnya pemasaran produk UKM yang dihasilkan oleh industri UKM di daerah
Universitas Sumatera Utara
Desa Medan Sinembah Kecamatan Tanjung Morawa ini ke-pasar luar daerah tidak ada yang dilakukan secara langsung oleh para pelaku UKM. Mereka memasarkan
produknya ke luar melalui perantara atau dealer sebagai pihak ketiga. Perantara yang dimaksud bisa saja teman, atau toko-toko yang ada di daerah sekitar itu sendiri, yaitu
toko yang hanya memfokuskan produknya untuk diekspor ke luar daerah. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang agen yang bernama Sutrisno , sekaligus
eksportir produk sapu ijuk yang mengatakan : Saya ambil dari pihak penampung tapi terkadang langsung dari pengrajin
soalnya untungnya lumayan besar kalo mengoper barang langsung dari tempat produksi ke luar daerah, keuntungannya bisa sampe 3 kali lipat
Pemasaran produk UKM ke luar daerah melalui perantara ini jelas sangat merugikan pelaku UKM. Pelaku UKM sebagai produsen seharusnya berada pada
posisi yang kuat untuk melakukan bargaining, terutama dalam hal harga dan cara pembayaran. Tetapi karena mereka melakukan ekspor melalui perantara maka
otomatis mereka akan sangat tergantung pada perantara karena perantara lah yang mengenali siapa konsumen yang sesungguhnya dari produk yang mereka hasilkan.
Kondisi ini menyebabkan posisi pengrajin sebagai produsen benar-benar lemah. Begitu mereka ditinggalkan oleh perantara karena adanya ketidakcocokan harga,
misalnya, mereka tidak bisa berbuat banyak untuk bernegosiasi. Karena perantara mempunyai banyak pilihan pengrajin lain yang bisa memenuhi keinginan mereka.
Jadi sekali perantara menyatakan ketidaksepakatannya maka perantara tersebut akan
Universitas Sumatera Utara
dengan mudah mencari pengrajin lain. Kondisi inilah yang sangat merugikan para pelaku UKM di daerah ini. Mereka tidak mempunyai kekuatan sama sekali untuk
bernegosiasi dengan perantara. Sementara untuk melakukan negosiasi langsung dengan pembeli itu sangat sulit karena mereka tidak mengenali pembeli yang
sebenarnya, yaitu para importir kerajinan sapu ijuk yang berada di luar daerah tersebut.
Hal ini terjadi salah satunya disebabkan karena pengetahuan dan kemampuan mereka yang terbatas. Mereka merasa tidak mampu untuk melakukan ekspor
langsung. Mereka beranggapan bahwa cara atau prosedur yang harus dilewati terlalu panjang, ruwet dan memusingkan, sehingga mereka memilih untuk menitipkan
barangnya kepada pihak ketiga untuk diekspor ke luar.
4.3. Analisa Sapu Ijuk Sebagai Komoditi Unggulan Kabupaten Deli Serdang
Hasil kajian mengindikasikan hampir seluruh daerah KabupatenKota telah menetapkan komoditas unggulan daerah. Proses penetapan komoditas unggulan
umumnya didasarkan pada kapasitas produksi tanpa mencoba mengkaji keunggulan bersaing dari komoditas tersebut dibandingkan daerah lainnya. Hal ini menyulitkan
bagi pemerintah daerah untuk menstimulir pengembangan komoditas unggulannya, karena ketidakjelasan variabel yang harus distimulir untuk mengembangkan daya
saing komoditas tersebut. Untuk itu Kementerian Koperasi dan UKM perlu mengkoordinasikan kebijakan penentuan komoditas unggulan dan andalan daerah
yang kriterianya didasarkan pada konsep keunggulan bersaing, sehingga akan
Universitas Sumatera Utara
memudahkan pemerintah kabupatenkota dalam menstimulir pengembangan komoditas unggulan daerahnya.
Jadi dapat dikatakan produk unggulan merupakan produk yang potensial untuk dikembangkan dalam suatu wilayah dengan memanfaatkan sumberdaya alam
dan sumberdaya manusia setempat, serta mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah. Produk unggulan juga merupakan produk yang memiliki daya
saing, berorientasi pasar dan ramah lingkungan, sehingga tercipta keunggulan kompetitif yang siap menghadapi persaingan global.
Logika tentang produk unggulan juga akan sangat relevan jika diterapkan sebagai pendekatan dalam pemberdayaan kawasan. Kabupaten Deli Serdang memiliki
beberapa jenis industri yang merupakan kekhasan lokal dan sudah berlangsung selama turun-temurun. Industri yang berbasiskan kearifan lokal ini harus senantiasa
dijaga untuk mendukung kelestarian budaya dan pola kehidupan khas masyarakat setempat, kendatipun terjadi pergeseran dalam masyarakat. Diantaranya adalah
kegiatan pembuatan sapu ijuk, yang telah terpilih sebagai salah satu produk unggulan daerah Kabupaten Deli Serdang.
Tabel 8. Dinamika Perkembangan Industri Komoditi Unggulan Sapu Ijuk di Desa Medan Sinembah dari tahun 2008-2010
No Komoditi 2008
2009 2010
1 Unit usaha
210 234
254 2 Kapasitas
produksi 2.430.500 3.230.00
4.980.567 3
Jlh tenaga kerja 421
667 865
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang.
Perkembangan terbaru tentang paradigma usaha produksi yang berbasis sumberdaya adalah adanya fokus pada suatu basis, sesuai dengan asset-asset tangible
dan intangible, dan keunggulan berbasis sumberdaya, yaitu kompetensi. Dalam kerangka ini, usaha produksi harus berfokus pada kompetensi inti. Suatu kompetensi
inti dapat didefinisikan sebagai seperangkat sumberdaya, ketrampilan dan teknologi yang terintegrasi. Suatu kompetensi usaha produksi bukan suatu hal yang sama
dengan ketrampilan individu personelnya, tetapi merupakan integrasi dari keterampilan- keterampilan yang ada. Hal ini juga tidak sama dengan sumberdaya
semata, sebab kompetensi lebih merupakan suatu asset. Unit usaha, jaringan distribusi, dan brand, kesemuanya merupakan asset dan sumberdaya, Sungguhpun
demikian, suatu kemampuan khusus untuk mengelola unit usaha, jaringan distribusi, atau brand adalah merupakan kompetensi. Suatu kompetensi dapat diidentifikasi
apabila memenuhi syarat-syarat tertentu. Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah suatu
komoditas tergolong unggul atau tidak bagi suatu wilayah. Kriteria-kriteria tersebut, adalah Alkadri, dkk. 2001 dalam Daryanto, 2003 : 1 harus mampu menjadi
penggerak utama prime mover pembangunan perekonomian, 2 mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang kuat baik sesama komoditas unggulan maupun
komoditas lainnya, 3 mampu bersaing dengan produkkomoditas sejenis dari wilayah lain di pasar nasional maupun internasional baik dalam hal harga produk,
Universitas Sumatera Utara
biaya produksi, maupun kualitas pelayanan, 4 memiliki keterkaitan dengan wilayah lain baik dalam hal pasar maupun pasokan bahan baku, 5 memiliki status teknologi
yang terus meningkat, 6 mampu menyerap tenaga, 7. pengembangannya berorientasi pada kelestarian sumberdaya dan lingkungan.
4.3.1. Harus Mampu Menjadi Penggerak Utama prime mover Pembangunan
Perekonomian
Produk unggulan sapu ijuk yang merupakan akselerasi dari kinerja UKM ini juga dapat dikategorikan merupakan produk yang memiliki daya saing, berorientasi
pasar dan ramah lingkungan, sehingga tercipta keunggulan kompetitif yang siap menghadapi persaingan global. Produk UKM ini sangat potensial untuk
dikembangkan karena memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Hal tersebut di atas sangat beralasan mengingat bahwa UKM merupakan sektor sangat strategis dan prioritas dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten
Deli Serdang. Secara makro, sangat strategis karena UKM telah terbukti lebih lentur terhadap krisis ekonomi bahkan cukup mampu merangsang perekonomian di
Kabupaten Deli Serdang.
4.3.2. Mempunyai Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang Kuat Baik Sesama
Komoditas Unggulan maupun Komoditas Lainnya
Universitas Sumatera Utara
Industri kerajinan sapu ijuk peranannya sangat besar bagi masyarakat, yaitu antara lain sebagai alternatif penciptaan dan perluasan kesempatan kerja, peningkatan
pendapatan kepada setiap pemilik faktor produksi baik secara langsung maupun tak langsung serta dapat menciptakan pemerataan kesempatan kerja.
Berdasarkan hasil identifikasi komoditas dan industri eksisting di Desa Medan Sinembah ini, maka salah satu potensi agribisnis dan agroindustri yang berpeluang
besar untuk dikembangkan dari hulu hingga ke hilir adalah sapu ijuk. Dengan eksistensi industry sapu ijuk ini akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan industry lain secara berantai. Efek berganda multiplier effects usaha produk sapu ijuk ini mempunyai nilai ekonomis yang menjadikannya sangat
berharga. Pohon industri sapu ijuk ini ini dapat disajikan pada gambar berikut:
Universitas Sumatera Utara
Industry kerajinan
produk unggulan
Pengumpul penjual
ijuk Petani
pohon aren
Pengrajin sapu
ijuk Industry
kayu, industry
alumunium, industry
plastik Mobilitas
transportasi
UKM penampung
agen, distributor
Koperasi, toko, super
market,
Bagan 3. Pohon industry Produk Unggulan Sapu Ijuk
4.3.3. Mampu Bersaing dengan ProdukKomoditas Sejenis dari Wilayah Lain
di Pasar Nasional maupun Internasional Baik dalam hal Harga Produk, Biaya Produksi, maupun Kualitas Pelayanan
Universitas Sumatera Utara
Dalam aspek daya saing, produk unggulan sapu ijuk produksi Desa Medan Sinembah ini dapat dikatakan memiliki daya saing dalam beberapa hal seperti harga
dan mutu, dimana produk sapu produksi desa ini tergolong relatif murah hal ini di dukung oleh dukungan faktor produksi yang realtif rendah. Disamping hal tersebut
jenis usaha ini memiliki potensi ketersediaan tenagasumber daya pekerja. Namun sesuai dengan kriteria daya saing lainnya yaitu masalah keunikan dan
penambahan aspek manfaat bagi pengguna dapat dikatakan bahwa usaha industria produk sapu ijuk ini masih kurang optimal dalam hal kemampuan untuk
mengkreasikan produk sehingga lebih unik dan beda dengan produk lainnya. Disamping hal tersebut industria ini juga masih kurang terpacu dalam hal inovasi-
inovasi sehingga mampu meningkatkan aspek kemanfaatan hasil dari produk sapu ijuk.
4.3.4. Memiliki Keterkaitan dengan Wilayah Lain baik dalam Hal Pasar
maupun Pasokan Bahan Baku
Terpilihnya produk sapu ijuk ini sebagai Produk Unggulan Prioritas PUP Kabupaten Deli Serdang karena kerajinan produk sapu ijuk memiliki keunggulan-
keunggulan dan tingginya akselerasi serta kontribusinya secara ekonomis terhadap perekonomian daerah. Produk Sapu ijuk Desa Medan Sinembah ini memacu kegiatan
transaksi ekonomi dengan transaksi ditingkat lokal maupun melalui proses eksport ke luar daerah seperti Pekan Baru, Padang, Bandung, Jakarta, Jogja, Surabaya dan
Universitas Sumatera Utara
bahkan mulai merambah negara tetangga Malaysia. Harga yang relatif murah dan kompetitif membuat jaringan pemasaran produk ini telah menembus pasar domestik
dan internasional. Akan tetapi dalam hal ketersediaan bahan baku, industry produk unggulan
sapu ijuk ini dapat dikatakan mengalami suatu kendala dimana stok bahan baku dari wilayah Kabupaten Deli Serdang tidak lagi mencukupi terhadap permintaan
kebutuhan produksi sapu ijuk. Hal ini sangat dilematis mengingat bahwa masih terdapat banyak lahan di wilayah ini yang sangat potensial untuk memproduksi
pohon aren sebagai penghasil bahan baku sapu ijuk.
4.3.5. Memiliki Status Teknologi yang Terus Meningkat
Berbicara mengenai aspek teknologi, seperti umumnya industry kecil dan industry rumah tangga lainnya bahwa produksi sapu ijuk ini masih minim sentuhan
teknologi, walaupun ada beberapa yang menggunakannya. Minimnya sentuhan teknologi ini terlihat dari segi aspek cara kerja, alat kerja, mesin produksi yang
berkarakter manual dan sederhana. Proses kerja dan produksi masih cenderung bersifat mengikuti apa yang sudah ada dari pendahulunya tanpa banyak perubahan.
Minimnya pemanfaatan teknologi ini juga mempengaruhi kemampuan produksi dan juga produk secara hasil akhir, dimana dengan cara kerja cenderung
Universitas Sumatera Utara
manual dan minim ide akan berdampak kepada tidak optimalnya jumlah yang dapat dihasilkan dan juga aspek kualitas produk yang dihasilkan.
4.3.6. Mampu Menyerap Tenaga Kerja
Dalam hal penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan bahwa produk sapu ijuk ini sangat berhasil dalam membuka peluang kerja dan akhirnya mengatasi angka
pengangguran di daerah ini. Menyangkut kondisi penyerapan tenaga kerja pada bidang usaha produk unggulan sapu ijuk di Desa Medan Sinembah dalam beberapa
tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 9. Dinamika Perkembangan Tenaga Kerja pada Industri Komoditi Unggulan Sapu Ijuk di Desa Medan Sinembah dari tahun 2008-2010
No Jenis bidang pekerjaan 2008 2009
2010
1 Pengrajin ijuk
177 188
201 2 Pembuat batangstik Sapu
33 36
41 3 UKM
Penampung 10
10 12
210 234
254
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang.
4.3.7. Pengembangannya Berorientasi pada Kelestarian Sumberdaya dan
Lingkungan
Menyangkut aktivitas pasca produksi, yaitu merupakan suatu hal yang tak kalah pentingnya adalah menyangkut limbah produksi dan efeknya terhadap dampak
lingkungan. Limbah merupakan sisa dari hasil suatu proses produksi, yang berupa
Universitas Sumatera Utara
sampah padat, cair, atau udara. Sehingga pengolahan limbah sangat di perlukan dalam setiap proses produksi.
Untuk kontek produksi sapu ijuk biasanya memiliki jenis limbah padat yang bisa di daur ulang, sehingga memudahkan para pengrajin dalam pengolahan
limbahnya. Berikut adalah jenis limbah yang dihasilkan dari sisa proses produksi sapu ijuk:
1. potongan ijuk 2. plastic sisa dari lakopcup
3. kayu potongan stick yang rusak
Untuk mengantisipasi dampak lingkungan yang negative maka dari limbah diatas semua biasanya dimanfaatkan atau di daur ulang, potongan ijuk bisa dijadikan
bahan dalam pembuatan filter air dan bros, plastik sisa biasanya di cor ulang, dan kayu biasanya dijadikan kayu bakar.
4.4. Kebijakan pengembangan produk unggulan oleh Dinas Perindustrian di
wilayah Kabupaten Deli Serdang
Dengan didukung oleh letak Geografis Kabupaten Deli Serdang yang strategis, ditunjang oleh Potensi Sumber Daya Alam yang cukup melimpah dan
Potensi Sumber Daya manusia, baik secara kuantitatif maupun kualitatif cukup tersedia maka di bidang perindustrian diproyeksikan ke depan bahwa Industri
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Deli Serdang akan terus berkembang sehingga mampu mengejar ketertinggalan dengan Kabupaten lain dan mampu menembus pasar regional maupun
nasional di Indonesia bahkan terus berkembang sehingga mampu mengikuti arus pasar bebas dimana Kabupaten Deli Serdang dijadikan salah satu kompetitor yang
berkualitas. Keadaan ini ditandai dengan munculnya produk – produk unggulan Kabupaten Deli Serdang dengan tingkat kualitas dan kuantitas bersaing di pasar
nasional maupun internasional. Penerapan teknologi yang tepat guna dengan mengindahkan kaidah lingkungan hidup dan SDM lokal sebagai pendukung
berkembangnya industri Kabupaten Deli Serdang. Di Bidang Perdagangan berkembangnya era globalisasi ekonomi berimbas langsung pada sistem perdagangan
nasional maupun regional, demikian pula dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai sub sistem perdagangan nasional. Untuk mengikuti arus globalisasi tersebut salah
satu caranya adalah dengan menyesuaikan sistem perdagangan nasional regional yang mengacu pada era globalisasi ekonomi yang ditandai dengan semakin tingginya
kompetisi perdagangan. Untuk menanggulanginya adalah dengan meningkatkan sistem perdagangan regional yang berbasis kompetitif internasional, dimana seluruh
komponen masyarakat terlibat di dalamnya. Tidak hanya para pihak UKM saja, tetapi dibutuhkan pula pihak lain yang ikut mewarnai, seperti peran Perbankan,
penguasaan teknologi dan manajemen disamping peran pemerintah daerah sabagai motivator dan fasilitator.
Universitas Sumatera Utara
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang sebagai dinas yang mempunyai tugas melaksanakan kewenangan di bidang perindustrian dan
perdagangan di Kabupaten Deli Serdang mempunyai peran strategis dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah di bidang perindustrian dan
perdagangan dan kemitraan. Implementasinya melalui perencanaan dan pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan pembangunan yang terarah, terukur,
terpadu dan berkesinambungan untuk mencapai daya guna dan hasil yang bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Deli Serdang.
Faktor utama pendorong dan peluang bagi pengembangan UMKM adalah berbagai kebijakan serta program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah dan Perbankan. Dalam implementasinya berbagai kebijakan dan program tersebut mengalami hambatan, yaitu hambatan birokrasi, koordinasi dan
anggaran. Pelaku usaha UMKM belum merasakan manfaat dari berbagai kebijakan dan program tersebut. Hal itu disebabkan oleh tersebarnya lokasi usaha UMKM
secara geografis, distribusi dan akses informasi yang terbatas, serta kemampuan individu pelaku usaha UMKM yang beragam. Kondisi tersebut menyebabkan
terbatasnya jumlah dan jangkauan UMKM yang memperoleh manfaat dari kebijakan dan program yang telah dilaksanakan.
Faktor penghambat dalam pengembangan UMKM secara garis besar menyangkut factor internal dan faktor eksternal UMKM. Dari segi internal,
khususnya Usaha Mikro dan Kecil UMK yaitu: rendahnya kemampuan dan
Universitas Sumatera Utara
keterampilan sumberdaya manusia, penguasaan teknologi, organisasi dan manajemen usaha serta kemampuan akses pasar dan akses terhadap informasi pasar.
Faktor penghambat yang lain adalah kendala SDM, birokrasi dan anggaran yang menyebabkan belum maksimalnya kinerja SKPD di tingkat KabupatenKota
dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan dan program dari pemerintah pusat dan daerah. Faktor penghambat yang lain adalah permasalahan yang terkait dengan
iklim usaha antara lain a besarnya biaya transaksi, karena panjangnya proses perizinan, akibatnya timbul berbagai pungutan, b praktik usaha yang tidak sehat,
dan c kondisi infrastruktur. Mengacu kepada Strategi pembangunan industri dan perdagangan komoditas
unggulan Indonesia, tidak terkecuali produk kerajinan Kabupaten Deli Serdang , menurut rujukan dari Departemen Perindustrian Nasional salah satunya melalui
pemanfaatan keunggulan komparatif dan penciptaan keunggulan kompetitif dalam rangka menghadapi persaingan global. Strategi ini pada dasarnya mengupayakan agar
mampu dengan mengandalkan keunggulan komparatif sumber daya alam yang dimiliki, dengan menjadikan sektor agroindustri dan agribisnis sebagai sektor
unggulan dengan didukung oleh industri-industri penunjangnya. Hal ini penting terutama dalam mengantisipasi era persaingan global pada tahun-tahun mendatang
Deperindag, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Untuk konteks penanganan permasalahan perkembangan produk unggulan di Kabupaten Deli Serdang pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan menyadari
bahwa produk-produk hasil manufaktur di dalam negeri saat ini begitu keluar dari pabrik langsung berkompetisi dengan produk luar baik lokal maupun luar negeri ,
dan dunia usaha pun harus menerima kenyataan bahwa pesatnya perkembangan teknologi telah mengakibatkan cepat usangnya fasilitas produksi, semakin singkatnya
masa edar produk, serta semakin rendahnya keuntungan. Dalam melaksanakan proses pembangunan industri dan perdagangan keadaan tersebut merupakan kenyataan yang
harus dihadapi serta harus menjadi pertimbangan yang menentukan dalam setiap kebijakan yang akan dikeluarkan.
Regulasi kebijakan yang diciptakan oleh pemda dapat mendorong atau sebaliknya menghambat penciptaan iklim usaha yang kondusif sudah tentu iklim dan
lingkungan usaha yang dihadapi pengusaha perlu dijinakkan. Iklim usaha yang tercermin dalam berbagai peraturan dan kebijakan pemerintah harus terus direview
agar mendukung dengan kuat dan memiliki keberpihakan tinggi untuk pengembangan UKMK. Berbagai peraturan kepada pengembangan usaha ini perlu disadari semua
pembuat keputusan dilingkungan pemerintah maupun pengusaha. Berbagai kebijakan pemerintah pusat telah dikeluarkan oleh Lembaga
Pemerintah Departemen dan Non Departemen sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, yang antara lain mengatasi masalah dan meminimalisir kendala yang
Universitas Sumatera Utara
dihadapi oleh UMKM, baik dari segi permodalan\ dan pembiayaan usaha, kelembagaan, manajemen usaha, dan pemasaran.
Berangkat dari realitas tersebut, dalam upaya meningkatkan kualitas industri rumah tangga, kecil dan menengah baik secara kualitas maupun kuantitas diperlukan
langkah-langkah strategis dan berbagai program yang mengena dan tepat guna. Dalam hal ini Pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang
telah memiliki kerangka acuan sebagai arahan dalam upaya pengembangan . Secara kualitas dilakukan dengan yang ditunjang dengan penciptaan iklim usaha yang
kondusif, yaitu meningkatkan kegiatan pembinaan dan pengembangan industri rumah tangga, industri kecil dan menengah melalui penyuluhan, pelatihan ketrampilan,
konsultasi dan bantuan teknologi, kredit permodalan, strategi pemasaran dan kemitraan usaha. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan secara kuantitas
industri kecil dan menengah di Kabupaten Deli Serdang akan ikut meningkat.
Sesuai dengan komitmen dan analisa kinerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang yang di tuangkan dalam rencana strategis dan
taktis terdapat beberapa kebijakan khusus yang di fokuskan dalam upaya peningkatan dan pengembangan potensi produk unggulan Kabupaten Deli Serdang, dimana
kebijakan-kebijakan tersebut diarahkan untuk mewujudkan perekonomian daerah yang berbasis pada ekonomi kerakyatan dan potensi unggulan daerah serta rekayasa
teknologi, dengan fokus kebijakan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Meningkatkan peran UMKM dalam pemenuhan kebutuhan pasar domestik
dan berorientasi ekspor, pengembangan kewirausahaan untuk mendorong daya saing
2. Meningkatkan struktur perekonomian daerah melalui pengembangan potensi
dan produk unggulan daerah yang berorientasi ekspor dan memiliki daya saing;
3. Meningkatkan kualitas produk sektor industri, perdagangan melalui
pemanfaatan teknologi, kelembagaan dan sarana prasarana pendukung.
Bentuk nyata dari kebijakan yang ditempuh oleh Diperindag Kabupaten Deli Serdang dalam pengembangan potensi produk unggulan adalah pelaksanaan
program-program yang meliputi :
1. Program Pembiayaan
Kabupaten Deli Serdang banyak menghasilkan produk-produk lokal yang sudah dikenal di pasar lokal, namun faktanya pasar yang potensial terdapat di kota-
kota besar yang memiliki daya beli tinggi dibanding pasar lokal, akan lebih baik apabila orientasi pemasaran produk lokal diperlebar untuk pasar yang lebih besar
antar kabupaten dan nasional. Dalam hal pembiayaan ini pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang mengupayakan perbantuan bidang
pembiayaan melalui strategi permodalan dengan focus kepada 3 bentuk pola pembiayaan dalam pengembangan produk unggulan di Kabupaten Deli Serdang .
Universitas Sumatera Utara