Pembangunan Berwawasan Masyarakat Teknologi

2. Prinsip empowering. Kolaborasi pembelajaran diselenggarakan dengan memberdayakan berbagai komponen masyarakat, khususnya dunia bisnis dan industri, melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. 3. Prinsip simbiose mutualistis: Pola kolaborasi harus dapat memberi manfaat secara proporsional bagi semua pihak yang terkait, terutama bagi peserta didik yang sedang menjalani kegiatan, peserta didik yang akan mengikuti kegiatan berikutnya, institusi pendidikan, serta bagi perusahaan yang menjadi mitra kerja.. 4. Prinsip profesionalisme. Penetapan bidang kegiatan dalam program kerja sama kemitraan ini dilakukan sesuai dengan bidang kajian mahasiswa, di bawah pengawasan dosen pembimbing yang berkolaborasi dengan pembimbing lapangan. 5. Prinsip efektivitas. Kolaborasi diarahkan pada tujuan yang jelas, sesuai dengan tuntutan kurikulum dalam rangka membentuk kompetensi tertentu. Berdasarkan pendapat Tjutju Yuniarsih tersebut 2004 tersebut, maka diperlukan upaya yang sungguh-sungguh agar terjadi sinergi yang baik antara kelembagaan daerah sekolah dengan masyarakat, baik itu lembaga sosial, perorangan atau dunia usahaindustri.

2.6. Pembangunan Berwawasan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Pergeseran menuju model pembangunan berwawasan martabat manusia pada dasarnya merupakan pergeseran dari model pembangunan yang memiliki properti- properti dasar, sebagai berikut: 1 logika yang mendasari adalah logika keseimbangan ekologi manusia; 2 sumber daya utama yang mendukungnya adalah sumberdaya informasi, yang secara potensial mengandung kemungkinan kemungkinan yang sangat kaya dan inisiatif yang kreatif; sementara 3 tujuan yang ingin dicapai adalah realisasi potensi-potensi kemanusiaan yang penuh. Dengan semuanya itu, model pembangunan berwawasan martabat manusia memberikan peranan warga masyarakat bukan hanya sebagai sumberdaya dan objek pembangunan, melainkan lebih-lebih sebagai subjek dan aktor pem bangunan yang menentukan tujuan-tujuannya sendiri, menguasai sumberdaya- sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, dan yang mengarahkan proses-proses yang mempengaruhi hidupnya sendiri Guy Grant dikutip Korten, 1984; lihat juga Parmar, 1975; dalam Nasikun, 1993: 68. Strategi pembangunan yang berpusat pada manusia ataupun pembangunan yang berwawasan martabat manusia mempunyai perbedaan yang fundamental dibandingkan dengan strategi pertumbuhan ataupun strategi kebutuhan pokok yang selama ini mendominasi proses pembangunan nasional kita. Perbedaan karakteristik dasar tersebut dapat dilihat dalam matriks berikut ini. Tabel 5. Transparansi David Korten Universitas Sumatera Utara No Karakteristik S t r a t e g i Fokus Pertumbuhan Basic need People centred Nilai Berpusat pada Industri Pelayanan Manusia Indikator Ekonomi makro Berkiblat pada Manusia Berpusat pada Manusia Peranan Pemerintah Entrepreneur Entrepreneur Indikator sosial Service provider Manusia dengan sumber Enabler facilitator Sumber Utama M o d a l Modal Kemampuan adminis- tratif dan anggaran Kreativitas dan Komitmen Kendala Konsetrasi Konsentrasi keterbatasan anggaran dan inkompetensi aparat Struktur dan prosedur yang tidak mendukung hubungan Sumber: Transparansi David Korten yang disusun oleh Moeljarto T. Moeliarto T., 1987: 26. Sebagai konsekuensi dari pembangunan yang berpusat pada sumberdaya manusia atau pembangunan yang berwawasan martabat manusia adalah pem bangunan dengan pengelolaan sumber yang bertumpu pada komunitas community-based resource management sebagaimana diungkapkan oleh Korten. Ciri- ciri pendekatan yang demikian, adalah: a. Prakarsa dan proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tahap demi tahap harus diletakkan pada masyarakat sendiri; Universitas Sumatera Utara b. Fokus utamanya adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobilisasikan sumber-sumber yang terdapat di dalam komunitas untuk memenuhi kebutuhan mereka; c. Pendekatan ini memberikan toleransi variasi lokal, karena itu sifatnya sangat fleksibel menyesuaikan dengan kondisi lokal masing - rnasing komunitas; d. Dalam melaksanakan pembangunan, pendekatan ini menekankan pada proses social learning yang di dalamnya terdapat interaks kolaboratif antara birokrasi dengan komunitas masyarakat dan pengusaha. Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITAN

3.1. Jenis Penelitian