8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan PKn a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan PKn
Menurut Wahidin 2009: 30, pendidikan kewarganegaraan civics education sebagai pendidikan yang berupaya untuk mempertahankan karakter
bangsa nation character building. Dalam penerapannya dimulai dari pemahaman terhadap dasar-dasar negara beserta implikasinya.
Menurut Junaidi 2013: vi, pendidikan kewarganegaraan adalah bentuk pengemblengan individu-individu agar mendukung dan memperkokoh komunitas
politiknya sepanjang komunitas politik itu adalah hasil kesepakatan. Pendidikan Kewarganegaraan suatu negara akan senantiasa dipengaruhi oleh nilai-nilai dan
tujuan pendidikan educational values and aims sebagai faktor struktural utama. Pendidikan kewarganegaraan bukan semata-mata membelajarkan fakta tentang
lembaga dan prosedur kehidupan politik tetapi juga persoalan jati diri dan identitas suatu bangsa.
Burhan 2014: 12 menjelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab dari
mahasiswa, sikap ini dijiwai dengan perilaku sebagai berikut:
9 1 beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai-
nilai falsafah bangsa, 2 berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan berbangsa, 3 rasional,dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara,
4 bersifat profesional, yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara, dan 5 aktif menggali dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni
yang didasari oleh dasar-dasar agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kepentingan kemanusiaan, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan Pancasila di mana di dalamnya terdapat unsur-unsur yang dapat mengembangkan jiwa. Selain itu,
unsur-unsur tersebut juga mengandung nilai-nilai 1945 yang diperuntukan generasi muda Indonesia Darmadi, 2010: 30.
Sunarso, dkk 2006: 2 mengatakan bahwa PKn merupakan mata kuliah yang memfokuskan pada pembentukan diri. Di Indonesia ini setiap individu
beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa. Oleh karena itu, PKn menginginkan individu untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.
Susanto 2012: 225 mengatakan bahwa PKn adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur
yang ada di Indonesia. Selain itu, moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia juga dilestarikan sesuai dengan koridor bangsa.
10 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian PKn adalah
pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral serta hal yang berhubungan dengan politik sehingga dapat membentuk seseorang menjadi warga
negara yang baik. b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan PKn
Menurut Permendikbud nomor 22 tahun 2006, tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta antikorupsi
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya \4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Menurut Burhan 2014: 15, tujuan pendidikan kewarganegaraan yaitu: 1 sebagai usaha untuk membentuk pola sikap dan perilaku peserta didik untuk
menjadi warga negara yang berkesadaran bela negara, bertanggung jawab, serta memiliki komitmen dalam rangka mempertahankan kelangsungan dan
perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara kesatuan Republik Indonesia,
2 untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang memiliki rasa, cinta tanah air, dan memiliki rasa kesadaran bela negara,
3 untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan “Hubungan antara warga negara dengan negara serta
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara,
11 4 agar dapat memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban secara
santun, jujur, demokratis, serta ikhlas sebagai warga negara yang terdidik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selaku warga negara Republik
Indonesia yang bertanggung jawab, 5 menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam permasalahan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di mana akan diselesaikan dengan penerapan pemikiran secara kritis dan bertanggung jawab yang
berlandaskan Pancasila, Hak Asasi Manusia, Demokrasi, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional,
6 mengembangkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai perjuangan serta patriotisme, rela berkorban bagi Nusa dan Bangsa,
7 berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi permasalahan yang sedang dihadapi Indonesia,
8 berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
9 berkembang secara positif dan demokratis agar dapat hidup bersama bangsa- bangsa lain, dan
10 mampu berintegrasi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang ada.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan PKn adalah membentuk individu yang berpikir kritis, aktif,
demokratis, dan mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
12 c. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan PKn
Menurut Permendikbud nomor 22 tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspekaspek sebagai berikut.
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Keterbukaan dan jaminan keadilan
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturanperaturan
daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM 4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan
warga negara 202
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan
dasar negara dengan konstitusi 6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem
pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan
nilainilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan
organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.
13 Ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai berikut.
1 Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi keterbukaan, hidup rukun dan damai dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,
sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, berpartisipasi dalam pembelaan negara, serta sikap positif terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia. 2 Norma, Hukum dan Peraturan-peraturan yang meliputi tertib dalam kehidupan
berkeluarga, tertib di sekolah, di lingkungan masyarakat dengan mematuhi norma-norma yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan
norma-norma internasional. 3 Hak Asasi Manusia yang meliputi hak dan kewajiban anak dalam hidup
bermasyarakat, penghormatan atas perlindungan dan peradilan HAM baik nasional maupun internasional.
4 Kesadaran hidup berbangsa dan bernegara meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berpendapat, berorganisasi,
menghargai keputusan bersama, serta persamaan kedudukan sesama warga negara.
5 Konstitusi Negara yang meliputi Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai ideologi negara, nilai-nilai Pancasila bagi
segenap bangsa Indonesia, dan Undang Undang Dasar sebagai sumber hukum dari segala hukum yang berlaku di Indonesia, wawasan nusantara sebagai
wadah bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi seluruh wilayah dari Sabang sampai Merauke, dan Ketahanan Nasional sebagai kondisi
14 dinamis bangsa yang harus diwujudkan untuk mencapai cita-cita bangsa
terwujudnya masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur Burhan, 2014: 17. Berdasarkan uraian di atas, ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan ada
tiga materi pokok yaitu demokrasi, hak asasi manusia, dan masyarakat madani. d. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar
Winataputra 2009: 6 mengatakan bahwa pembelajaran PKn di sekolah dasar dikembangkan dalam bentuk standar nasional PKn yang pelaksanaannya
berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi. Ada empat pokok pendidikan kewarganegaraan, yakni: 1 Kemampuan dasar dan kemampuan
kewarganegaraan sebagai
sarana pembentukan;
2 Standar
materi kewarganegaraan sebagai muatan kurikulum dan pembelajaran; 3 Indikator
pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kemampuan; dan 4 Rambu- rambu umum pembelajaran sebagai rujukan alternatif bagi para guru.
Pembelajaran PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membantu peserta didik agar dapat belajar dengan
baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat yang
menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, Undang-Undang Dasar, dan noram-norma yang
berlaku di masyarakat yang diselenggarakan selama enam tahun Susanto, 2012: 227.
15 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan PKn di Sekolah Dasar SD dikembangkan dalam bentuk standar nasional PKn yang dimaksudkan sebagai suatu proses belajar
mengajar dalam rangka membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
2. Tinjauan Tentang Belajar dan Prestasi Belajar a. Definisi Belajar
Menurut Slameto 2003: 2 mengatakan secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sujarwo 2014: 1 mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan secara sengaja untuk mengembangkan kemampuan individu yang
merupakan suatu perubahan secara optimal. Perubahan yang terjadi berupa tingkah laku yang meningkat daru suatu pengalaman., sehingga setiap orang harus
mengembangkan kemampuan atau potensi yang ada di dirinya. Menurut Sugihartono 2007: 74, belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen Sugihartono, 2007: 74
16 mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya
pengalaman. Reber Sugihartono, 2007: 74 mendefinisikan belajar dalam 2 pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua,
belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar Dimyati Mudjiono, 1994:
7. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar
adalah proses individu yang dialami oleh individu itu sendiri guna memenuhi kebutuhannya. Belajar juga meliputi sikap dan perilaku yang kompleks. Belajar
juga merupakan proses yang dialami individu itu sendiri. b. Karakteristik Anak SD
Menurut Ahmadi Sholeh 2005: 38 masa usia sekolah dasar dapat dirincikan menjadi dua fase yaitu masa kelas-kelas rendah dan masa kelas-kelas
tinggi. Masa kelas tinggi yaitu siswa berumur kira-kira 910 tahun sampai kira- kira umur 1213 tahun. Siswa kelas V yang menjadi subjek penelitian termasuk
masa kelas tinggi sekolah dasar. Beberapa sifat anak yang terdapat pada masa kelas tinggiyang disampaikan Ahmadi Sholeh 2005: 40 adalah:
17 1 memiliki minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini
menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan- pekerjaan praktis,
2 realistis, ingin tahu, dan suka belajar, 3 pada akhir masa mulai timbul minat pada hal dan mata pelajaran tertentu,
4 sampai kira-kira umur 11 tahun anak suka meminta bantuan kepada orang dewasa dalam menyelesaikan tugas belajarnya,
5 setelah umur 11 tahun, anak-anak mulai ingin bekerja sendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar,
6 anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajar, dan
7 anak suka berkelompok dan memilih teman-temansebaya dalam bermain dan belajar.
Sanjaya 2013: 265 mengatakan bahwa dikatakan fase operasional konkret karena pada masa ini pikiran anak terbatas pada objek-objek yang mereka jumpai
dari pengalaman-pengalaman langsung Anak berpikir tentang objek-objek atau benda yang mereka temukan secara langsung. Mereka juga berpikir tentang
aktivitas-aktivitas yang dapat mereka lakukan dengan menggunakan benda-benda yang ditemuinya itu.
Piaget Izzaty dkk, 2013: 104 mengatakan bahwa masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berfikir yaitu pada usia 7-12 tahun, di
mana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar- samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret. Anak menggunakan operasi mental
18 untuk memecahkan masalah-masalah aktual. Anak mampu menggunakan
kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret sehingga anak mampu berfikir logis meski masih terbatas pada situasi sekarang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak Sekolah Dasar SD adalah mampu memecahkan masalah yang bersifat konkret
sehingga terletak pada tahap operasi konkret. Anak usia SD berpikir tentang objek-objek yang mereka temukan secara langsung.
c. Definisi Prestasi Belajar Menurut Arifin 2009: 12, prestasi belajar merupakan suatu masalah yang
bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia. Hal ini dibuktikan dengan kehidupan manusia yang selalu mengejar prestasi menurut bidang dan keampuan
masing-masing. Syah 2002: 141 mengatakan bahwa prestasi belajar adalah tingkat
keberhasilan yang diperoleh siswa guna mencapai tujuan. Tujuan yang akan dicapai adalah yang telah ditetapkan oleh sebuah program.
Dalam prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor baik berasal dari dalam maupun luar individu. Suryabrata Heru, 2004: 15 menjelaskan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: 1. Faktor dari luar individu, meliputi:
a. Faktor sosial; yaitu pribadi guru yang mengajar, sikap orang tua terhadap anak yang sedang belajar, situasi pergaulan dan teman sebaya.
b. Faktor non sosial; yaitu belajar, cuaca, tempat tinggal, fasilitas, dan lain-lain. 2. Faktor dari dalam diri individu, meliputi:
yaitu kematangan fisik, kesehatan badan, kualitas a. Faktor psikologis; yaitu minat, rasa aman, motif, pengalaman masa lampau,
intelegensi, dan aspirasi. b. Faktor fisiologis makan dan fungsi panca indera.
19 Berdasarkan uraian diatas dapat simpulkan bahwa pengertian prestasi
belajar adalah hasil pencapaian siswa selama pembelajaran berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Pencapaian ini sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
dalam sebuah program. d. Fungsi Prestasi Belajar
Menurut Arifin 2009: 12, prestasi belajar achievement semakin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:
1 prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik,
2 prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan
couriosity dan merupakan kebutuhan umum manusia, 3 prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya
adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan
balik feedback dalam meningkatkan mutu pendidikan, 4 prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti bhwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah
kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar
dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat.
20 Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan
masyarakat, dan 5 prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap kecerdasan peserta didik.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh
materi pelajaran. 3. Tinjauan Tentang Pendekatan Inkuiri
a. Definisi pendekatan Inkuiri Majid 2013: 222 berpendapat bahwa strategi pembelajaran inkuiri
merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasa dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Gulö 2002: 84 berpendapat bahwa inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar. Kegiatan belajar ini melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis. Hal ini bertujuan agar siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri. Strategi Pembelajaran Inkuiri SPI adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa Sanjaya, 2006: 196.
21 Menurut Exlin Sujarwo, 2014: 82, pembelajaran inkuiri adalah cara
mencari kebenaran suatu informasi atau pengetahuan melalui pertanyaan. Proses inkuiri tersebut dimulai dengan mengumpukan informasi dan data. Proses ini
dilakukan melalui penerapan hubungan kemanusiaan, melihat, mendengar, menghayati, merasakan, dan memberikan tanggapan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendekatan inkuiri adalah rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
siswa. Kegiatan tersebut dilakukan agar siswa dapat merumuskan sendiri jawabannya dengan percaya diri.
b. Ciri-ciri pendekatan Inkuiri Majid 2013: 222 berpendapat bahwa ciri-ciri strategi inkuiri sebagai
berikut. 1 Menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan. 2 Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. 3 Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
22 c. Langkah-langkah pendekatan Inkuiri
Menurut Majid 2013: 224-226 berpendapat ada 6 langkah pada pendekatan inkuiri, yaitu:
1 Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa
untuk berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan strategi inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya
dalam memecahkan masalah. 2 Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah melibatkan siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki tersebut karena masalah tersebut pasti ada jawabannya sehingga siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat. 3 Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan
sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan
logis.
23 4 Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5 Menguji hipotesis Menguji hipotesis adaah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Pencarian tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang
diberikan merupakan hal yang terpenting dalam menguji hipotesis. Menguji hipotesis juga berarti mengembangan kemampuan berpikir rasional.
6 Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan untuk mencapai kesimpulan yang akurat.
B. Hasil Penelitian yang Relevan