Pengertian dan Konsep Miskin

30 b. Kemiskinan Relatif Kemiskinan relatif merupakan kondisi seseorang pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pendapatan. c. Kemiskinan Kultural Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan atau perilaku masyarakat yang di sebabkan oleh factor budaya masyarakat, seprti pola hidup malas, boros, tidak mau berusaha serta tidak kreatif meskipun telah mendapatkan berbagai bantuan dari luar. d. Kemiskinan Struktural Kemiskinan structural, merupakan kondisi yang di sebabkan oleh rendahnya akses terhadap sumber daya yang dimiliki dalam system social dan social politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan. e. Kemiskinan Natural Kemiskinan alamiah berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan prasarana umum serta keadaan tanah yang tandus. f. Kemiskinan Artifisial Kemiskinan buatan lebih banyak diakibatkan karena adanya sistem moderenisasi atau perkembangan masyarakat yang tidak menguasai sumber daya, sarana prasarana. 31 4. Faktor Penyebab Kemiskinan Sen dalam Ismawan 2003: 102 mengutarakan bahwa penyebab kemiskinan dan keterbelakangan adalah personal aksibilitas. Akibat keterbatasan dan ketertiadakan akses, maka manusia mempunyai keterbatasan bahkan tidak ada pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali menjalankan apa yang dapat dilakukan bukan apa yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibatnya potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat. Menurut Kuncoro 2000: 107 yang mengutip Sharp, penyebab kemiskinan adalah: a. Secara Mikro Kemiskinan minimal karena adanya ketidaksamaan pada kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. b. Perbedaan Kualitas Pemberdayaan Manusia Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas pemberdayaan manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini karena rendahnya pendidikan, nasih yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. 32 c. Kemiskinan muncul karena adanya akses dalam modal. Menurut Bappenas 2010: 7 lingkaran kemiskinan yang melingkupi keluarga miskin, dipengaruhi oleh pendidkan yang berawal dari rendahnya pendapatan, pendapatan keluarga yang rendah akan mengakibatkan daya beli keluarga terhadap pendidikan dan informasi juga akan rendah. Akibatnya pengetahuan keluarga miskin juga rendah, bila pengetahuan rendah maka akan berpengaruh terhadap kinerja yang berdampak terhadap tingkat produksi yang rendah. Lingkaran setan kemiskinan juga akan berpengaruh terhadap jumlah kekayaan keluarga miskin. Keluarga miskin cenderung memiliki pendapatan yang rendah, akibatnya seluruh pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Bila tabungan rendah, maka tidak ada yang digunakan sebagai modal akibatnya modal rendah, bila modal rendah produksi juga akan rendah, akibatnya pendapatan juga akan rendah. Lingkaran setan juga dapat dilihat berdasarkan tingkat konsumsi keluarga miskin. Keluarga miskin memiliki konsumsi rendah yang merupakan akibat dari rendahnya pendapatan karena konsumsi rendah, maka keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan papan, sarana prasarana dasar secara layak, karena konsumsi yang rendah pula akan mempengaruhi status gizi yang rendah, karena gizi tidak dapat terpenuhi, akibatnya kesehatan rendah, karena kesehatan rendah mempengaruhi kinerja akibatnya kinerjanya rendah dan berdampak 33 pada rendahnya penduduk sehingga pendapatan keluarga rendah dan termasuk keluarga miskin. Menurut Kantor Menteri Negara KependidikanBadan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional 1996: 11 ada beberapa faktor yang menyebabkan keluarga masuk dalam keluarga pra Sejarah dan Keluarga sejarah 1, antara lain adalah: 1 Faktor Internal merupakan faktor penyebab kemiskinan yang berasal dari dalam diri individu sendiri. Kebodohan atau tingkat pendidikan kepala keluarga rendah, ketidak trampilan, ketertinggalan tekhnologi, tidak memiliki modal atau asset kekayaan. 2 Faktor Eksternal merupakan faktor penyebab masalah kemiskinan yang dialami oleh keluarga miskin yang berasal dari luar individu atau keluarga, faktor eksternal yang menjadi penyebab kemisinan adalah strukur sosial ekonomi yang menghambat peluang usaha dan peningkatan pendapatan nilai-nilai dan unsur-unsur budaya yang kurang mendukung upaya peningkatan kualitas keluarga kurangnya akses untuk memanfaatkan fasilitas pembangunan. Rumah tangga yang miskin sedikit sekali memiliki kekayaan lahan garapan sehingga tidak dapat menunjang kebutuhan hidup juga tidak punya memiliki ternak piaraan ataun hanya beberapa ekor saja. Selalu dalam keadaan berhutang, produktivitas keluarga sangat rendah, sedikit sekali mengasai produksi. Tingkat pendapatan keluarga sangat rendah 34 dan nisbah ketergantungan tinggi, kekayaan produktif satu-satunya adalah tenaga kerja anggota keluarga dan rumah tangga sedikit sekali memiliki penyangga untuk menghadapi kebutuhan yang mendadak Chambers , 1988: 142-143 5. Kriteria Miskin Ciri-ciri kemisikinan menurut Hadi Prayitni, Lincolin Arsyad 1987:36 adalah sebagai berikut ; a. Mereka yang hidup di bawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah yang cukup, modal ataupun ketrampilan. Sehingga ketrampilan untuk memperoleh pendapat sangat berkurang. b. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemampuan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan yang diperolehnya tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha. Mereka tidak memiliki syarat untuk terpenuhinya kredit perbankan seperti jaminan kredit dan lain-lain yang mengakibatkan mereka berpaling ke lintah darat yang biasanya untuk pelunasannya meminta syarat yang berat dan bunga amat tinggi. c. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah tidak sampai tamat Sekolah Dasar waktu mereka umumnya habis tersita untuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktu lagi waktu untuk belajar. Demikian juga dengan anak-anak mereka tidak dapat menyelesaikan sekolahnya karena harus membantu orang tuanya mencari tambahan penghasilan. 35 d. Banyak diantaranya mereka tidak mempunyai tanah, kalau ada relatif kecil. Pada umumnya mereka buruh tani atau pekerja kasar diluar pertanian. Karena bekerja atas dasar musiman maka kesinambungan kerja menjadi kurang terjamin. Banyak diantara merka lalu menjadi pekerja bebas yang berusaha apa saja. Akibatnya dalam situasi penawaran tenaga kerja yang besar maka tingkat upah menjadi rendah sehingga mengungkung mereka selalu hidup dibawah kemiskinan. e. Banyak diantara mereka hidup di kota masih berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan, sedangkan kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa. Dengan kata lain kemiskinan pedesaan membuahkan fenomena urbanisasi dari desa ke kota. Dalam menentukan kriteria kemiskinan yang ada di Indonesia setiap lembaga memiliki criteria sendiri dan hal itu tentu saja disesuaikan dengan kepentingan dan tujuan masing-masing. Menurut BKKBN indikator penentu kemiskinan adalah indicator yang ada pada tahapan keluarga Pra-sejahtera alasan ekonomi dan Keluarga Sejahtera 1 alasan ekonomi yang dapat menggambarkan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan tempat tinggal. Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera 1 alasan ekonomi meliputi keluarga miskin sekali dan keluarga miskin: 36 a. Keluarga miskin sekali adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih dari indikator yang meliputi; 1 Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih. 2 Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah, bekerjasekolah dan bepergian. 3 Bagian yang luas lantai tidak dari tanah. b. Keluarga miskin adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indicator yang meliputi; 1 Paling kurang sekali seminggu keluarga makan dagingikantelur 2 Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh pakaian kurang satu steel pakaian baru. 3 Luas lantai rumah paling kurang SMP untuk setiap penghuni. Berbeda lagi dengan kriteria keluarga miskin menurut BPS dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program Bantuan Langsung Tunai BLT. BPS telah menerapkan keluarga miskin sebagai berikut; a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang. b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanahbambukayu murahan. c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bamburumbiakayu berkualitas rendah, tembok tanpa diiplester. 37 d. Tidak memiliki fasilitas buang air atau bersama-sama dengan rumah lain. e. Suber air minum berasal dari sumurmata air tidak terlindungisungaiair hujan. f. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakararangminyak tanah. h. Hanya mengkonsumsi dagingsusuayam satu sama kali dalam seminggu. i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. j. Hanya sanggup makan sebanyak satudua kali dalam sehari. k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmaspoliklinik. l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, buruh bangunan, atau pekerjaan lain dengan pendapatan di bawah Rp 600.000.- m. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolahtidak tamat SDhanya SD. n. Tidak memiliki tabungan barang yang mudah dijual dengan nilai RP 500.000,- seperti sepeda motorbarang modal lainnya www.sabdaspace.orgkemiskinan 38

E. Penelitian Yang Relevan

Uraian terhadap penelitian terdahulu yang relevan sangat diperlukan, hal ini dikarenakan pada umumnya sebuah karya ilmiah tidak muncul secara original, namun sudah ada acuan untuk mendasarinya. Penelitian yang relevan ditujukan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah. Penelitian tentang pendidikan keluarga telah banyak dilakukan, dalam penelitian ini penulis mencoba mengkaji tentang pola asuh anak di keluarga miskin. Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat beberapa skripsi yang membahas tentang pola pengasuhan anak, oleh karenanya, dari beberapa penelitian sebelumnya, peneliti melakukan uraian terhadapa penelitian dengan topik permasalahan yang hampir sama. Berdasarkan penelitian yang berjudul “Pola Pendidikan Anak Dari Keluarga Miskin, Kasus Keluarga Miskin Pada Keluarga Pak Ul di Desa Meteseh Kecamatan Boja, Kendal” oleh Haniatul Masruroh, Universitas Negeri Semarang tahun 2005. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola pendidikan yang diterapkan oleh keluarga miskin pada keluarga pak Ul serta untuk megetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi pola pendidikan anak yang diterapkan dikeluarga msikin didesa Meteseh, Boja, Kendal. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa keluarga pak Ul yang berlatar belakan keluarga miskin menerapkan pola pendidikan secara demokratis dan permisif terhadap anaknya, dan faktor yang mempengaruhi pak Ul dalam menerapkan pola tersebut yakni faktor pengalaman pribadi orang tua sebagai 39 pendidik, faktor curah waktu, faktor lingkungan masyarakat,serta faktor informasi dan media. Selanjutnya penelitian yang relevan yang dilakukan oleh A. Uromo Budi S. 2005 yang berjudul “Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Nelayan di Kabupaten Pekalongan” hasil penelitiannya menjelakan pengasuhan anak pada keluarga nelayan Desa Wonokerto Wetan Kec. Wonokerto Kab. Pekalongan tidak mempunyai kecenderungan untuk menggunakan salah satu jenis pola asuh saja, keluarga di keluarga juragan lebih mengaruh pada pola asuh demokratis, sedangkan untuk keluarga nelayan pekerja dan nelayan pemilikmiskin menggunakan kombinasi bentuk pola asuh demokratis dan laissez faire. Pola asuh demokrtis ditandai dengan adanya dorongan orang tua untuk anak, perhatian, jika ada perbedaan pendapat di lakukan musyawarah untuk mencari jalan tengah, serta adanya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak. Sedangkan pola asuh laisez faire mempunyai cirri orang tua yang memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bergaul dan bermaindan mereka kurang tau begitu tentang apa yang dilakukan oleh anak. Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan yang telah dibahas sebelumnya, dapat diketahui kedua penelitian diatas sama-sama membahas tentang pola asuh anak dalam keluarga, yang membedakan penelitian yang pertama dan kedua hanya di setingg. Yang penelitian pertama di lakukan di keluarga miskin sedangkan yang kedua di keluarga nelayan. Penelitian tersebut membahas tentang pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak dalam keluarga miskin, Sedangkan untuk penelitian yang kedua lebih kepada 40 keluarga nelayan dan sama-sama mendidik anak dalam keluarga. Terdapat persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang hendak dilakukan peneliti.

F. Kerangka Berpikir

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak, karena sebagian besar hidup seorang anak berada ditengah-tengah keluarga sehingga keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kepribadian seorang anak. Keluarga memegang peranan penting di dalam proses penanaman sikap dan pengetahuan anak, bisa dibilang keluarga merupakan tempat penanaman sikap bagi anak, yang dilakukan oleh orang tua sebagai penyadar akan sikap yang dimaksudkan oleh orang tua. Orangtua merupakan bagian terkecil yang sangat penting dalam kehidupan anak. Seorang anak yang suatu saat nanti akan mengganti posisinya dalam suatu rantai kehidupan bermasyarakat. Setiap keluarga menggunakan gaya pola asuh terhadap anak berbeda-beda. Pola asuh yang diterapkan dari orangtua akan berpengaruh terhadap sikap anak selanjutnya di kehidupan selanjutnya. Menurut E . B Hurlock pola pengasuhan orang tua disebutkan dengan teknik disiplin orang tua kepada anak. Disiplin merupakan cara mengajarkan kepada anak menganai perilaku moral yang diterima kelompok. Tujuannya dalah memperkenalkan kepada anak mana yang baik dan mana yang buruk serta mendorongnya berperilaku sesuai standar masyarakat.Hurlock, 1999: 41 82. Setiap orang memiliki sikap dan perilaku yang berbeda satu sama lain dalam menghadapi anak-anak mereka. Sikap tersebut akan berpengaruh pada bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Pola pengasuhan yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak yg dikembangkan oleh Elizabeth B. Hurlock di bagi menjadi tiga bentuk, bentuk pola asuh yang pertama pola asuh otoriter, bentuk kedua pola asuh permisif, pola asuh ketiga pola asuh demokratis. Adapun pola asuh ini dibuat sebagai acuan orang tua untuk mendidik dan membimbing anaknya. Pada penelitian ini mencoba melihat realitan pola yang diterapkan kepada anak yang hidup di keluarga miskin terkhusus di penelitian ini berolakasi di Dusun Goyudan Desa Kradenan Kecamatan srumbung Kabupaten Magelang. Cakupan utama pada penelitian ini mengarah kepada penerapan pola asuh dari orang tua yang akan berdampak pada pembentukan sifat anak, dampak tersebut memiliki dampak positif dan dampak negatif, faktor tingkat pendidikan dan profesi orang tua berpengaruh pada penerapan pola asuh dalam keluarga. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi tentu akan menerapkan pola asuh sesuai dengan perkembangan anak, berbeda dengan orang tua yang memilki pendidikan rendah, termasuk pula dalam kajian ini yakni pada tingkat ekonomi suatu keluarga yang tentu saja meiliki pengaruh pada penerapan pola asuh yang diterapkan pada anak natinya. Paradigma dari penelitian ini berusaha untuk menemukan realita dari penerapkan pola asuh dengan latar belakang kondisi keluarga miskin. 42 Bagaima Gambar 1. Kerangka berfikir Keluarga Miskin Pola Asuh Anak di Keluarga Miskin Pola asuh Otoriter Pola asuh demokrasi Pola asuh Permisif Tipelogi anak: - Bebas - Responsife - Manja Tipelogi anak : - Terkekang - Kurang responsife - Anak sebagai obyek Tipelogi anak: - Mandiri - Tanggung jawab - Tertib Perilaku Orang tua - Responsife terhadap anak - Mendorong anak untuk menyampaikan pendapat Perilaku Orang tua - Bersikap mengomando - Bersikap kaku - Cenderung emosional Perilaku Orang tua - Memberi kebebasan kepada anak