TKW yang sebelumnya bekerja di negara Timur Tengah selain Mesir, seperti Arab Saudi, Dubai. Kemudian majikannya membawa TKW ke Mesir, ketika
kembali ke negara asal, majikan tidak membawa serta TKW. Akhirnya TKW bertemu dengan calosponsor di Mesir dan mereka kemudian dicarikan
majikan baru di Mesir. Setelah tiba di Cairo Mesir, para calon TKW tidak bisa masuk dengan
mudah melintasi imigrasi Mesir, karena penjagaan dan prosedur yang sangat ketat di imigrasi tersebut. Untuk dapat membantu mengeluarkan calon TKW
dari imigrasi, mereka harus dijemput oleh pihak-pihak yang memiliki ―kekebalan‖ hukum, baik orang Indonesia maupun pihak Mesir. Tanpa
bantuan tersebut, mereka tidak akan bisa masuk ke Mesir. Selanjutnya, TKW diantar ke rumah majikan atau dibawa ke tempat penampungan sampai ada
yang menjemput untuk mempekerjakannya.
E. Pembahasan
Berikut ini adalah ringkasan hasil pengujian hipotesis yang disajikan pada Tabel IV.13 dan pembahasan untuk masing-masing hipotesis.
Tabel IV.13 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Hasil
H
1
: Usia berpengaruh negatif pada sikap terhadap profesi TKW PLRT. Tidak
didukung H
2
: Status pernikahan berpengaruh negatif pada sikap terhadap profesi TKW PLRT.
Tidak didukung
H
3
: Jumlah tanggungan berpengaruh negatif pada sikap terhadap profesi TKW PLRT.
Tidak didukung
H
4
: Pendapatan sebelum jadi TKW PLRT berpengaruh negatif pada sikap Tidak perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
terhadap profesi TKW PLRT. didukung
H
5
: Status pekerjaan sebelum jadi TKW PLRT berpengaruh negatif pada sikap terhadap profesi TKW PLRT.
Didukung H
6
: Sikap terhadap profesi TKW PLRT berpengaruh positif pada niat untuk menjadi TKW PLRT.
Tidak didukung
H
7
: Norma subyektif berpengaruh positif pada niat untuk menjadi TKW PLRT.
Didukung H
8
: Persepsi pengendalian perilaku berpengaruh positif pada niat untuk menjadi TKW PLRT.
Tidak didukung
1. Pengaruh usia pada sikap terhadap profesi TKW. Hasil perhitungan pada Tabel IV.11, menunjukkan nilai C.R. Usia
pada sikap terhadap profesi TKW sebesar 0.364 dengan nilai estimasi sebesar 0,003 memiliki tingkat signifikansi p0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 1 tidak didukung. Hal ini menjelaskan
bahwa usia bukan variabel penting untuk membentuk sikap terhadap profesi TKW. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Paas Halapuu 2012. Dalam penelitian ini, rentang usia responden adalah 22 tahun sampai 57 tahun dan mereka sebagian
besar memiliki sikap yang positif terhadap profesi TKW. Artinya, responden dengan usia muda maupun tua memiliki sikap terhadap profesi
TKW yang relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa usia bukan merupakan faktor pembentuk sikap terhadap profesi TKW. Hasil
penelitian ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan beberapa responden sebagai berikut:
commit to user
“Menjadi TKW karena ingin mencari pengalaman baru, suasana baru, serta ingin mandiri” „A‟ TKW usia 24 tahun.
“Menjadi TKW keluar negeri karena penasaran ingin keluar negeri. Jadi, saya suka ke luar negeri jika ada kesempatan
” „YA‟ TKW usia 24 tahun.
“Menjadi TKW atas kemauan sendiri. Banyak tetangga yang menjadi TKW
” „R‟ TKW usia 30 tahun. “Saya menjadi TKW atas kemauan sendiri, sebab saat itu saya
terlilit utang dan satu-satunya jalan untuk membayar utang saya adalah bekerja ke luar negeri
” „SA‟ TKW usia 45 tahun. “Menjadi TKW atas kemauan saya sendiri. Karena saya pernah
sukses menjadi TKW selama 3 tahun, lalu ada tawaran ke luar negeri” „K‟ TKW usia 55 tahun.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden yang berusia antara 24 tahun sampai 55 tahun, dapat disimpulkan bahwa usia
tidak berpengaruh pada sikap atau persepsi mereka mengenai TKW. Mereka mengakui bahwa menjadi TKW adalah atas kemauan sendiri dan
suka bekerja di luar negeri.
2. Pengaruh status pernikahan pada sikap terhadap profesi TKW. Hasil perhitungan pada Tabel IV.11, menunjukkan nilai C.R. status
pernikahan pada sikap terhadap profesi TKW sebesar 0.108 dengan nilai estimasi sebesar 0,015 memiliki tingkat signifikansi p0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 2 tidak didukung. Hal ini menjelaskan
bahwa status pernikahan bukan variabel penting untuk membentuk sikap perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
terhadap profesi TKW. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Cieri et al., 2009. Responden dalam penelitian ini
sebanyak 107 memiliki status menikah dan 102 responden adalah tidak menikah, serta sebagian besar mereka memiliki sikap positif terhadap
profesi TKW. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan beberapa responden sebagai berikut:
“Menjadi TKW keluar negeri karena penasaran ingin keluar negeri. Jadi, saya suka ke luar negeri jika ada kesempatan” „YA‟ TKW
yang belum menikah. “Saya bekerja di luar negeri sebagai pelarian, atas kekecewaan
saya pada pekerjaan saat itu
, dan juga mencari pengalaman” „IM‟ TKW yang berstatus janda.
“Menjadi TKW karena ingin punya uang untuk biaya anak sekolah. Saya senang menjadi TKW demi mendapatkan uang dan demi an
ak” „SR‟ TKW yang sudah menikah.
Hasil wawancara dengan beberapa responden, baik responden yang memiliki status menikah maupun tidak menikah juga menunjukkan
bahwa mereka memiliki sikap yang relatif sama mengenai profesi TKW. Mereka beranggapan bahwa bekerja mejadi TKW merupakan pilihan
yang baik untuk mengatasi masalah kehidupan ekonomi maupun sosialnya.
commit to user
3. Pengaruh jumlah tanggungan pada sikap terhadap profesi TKW. Hasil perhitungan pada Tabel IV.11, menunjukkan nilai C.R. jumlah
tanggungan pada sikap terhadap profesi TKW sebesar -0.991 dengan nilai estimasi sebesar -0,055 memiliki tingkat signifikansi p0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 tidak didukung. Hal ini
menjelaskan bahwa jumlah tanggungan bukan variabel penting untuk membentuk sikap terhadap profesi TKW. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Cieri et al., 2009. Di satu sisi, banyaknya tanggungan keluarga membatasi ruang gerak seseorang untuk
tidak bekerja jauh dari rumah, namun di sisi lain, banyaknya tanggungan keluarga menyebabkan seseorang harus mendapatkan pekerjaan dengan
gaji yang lebih baik meskipun harus bekerja jauh dari rumah. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan beberapa
responden sebagai berikut:
“Menjadi TKW atas kemauan saya sendiri serta terinspirasi oleh tetangga yang sukses setelah menjadi TKW.
Akhirnya memutuskan untuk menjadi TKW ke luar negeri dengan dibantu oleh sponsor”
„M‟ TKW dengan 1 jumlah tanggungan. “Menjadi TKW keluar negeri karena penasaran ingin keluar negeri.
Jadi, saya suka ke luar negeri jika ada kesempatan” „YA‟ TKW dengan 2 jumlah tanggungan.
“Saya menjadi TKW atas kemauan sendiri dan saya masih mau menjadi TKW. Saya mendapat informasi tentang TKW dari teman,
dan teman banyak yang sukses” „SU‟ TKW dengan 3 jumlah tanggungan.
commit to user
“Saya berangkat menjadi TKW atas kemauan saya sendiri. Karena saat itu saya sedang terlilit hutang dan satu-satunya jalan untuk
membayar hutang adalah bekerja ke luar negeri” „SA‟ TKW dengan 4 jumlah tanggungan.
“Menjadi TKW karena ingin punya uang untuk biaya anak sekolah. Saya senang menjadi TKW demi mendapatkan uang dan demi anak”
„SR‟ TKW dengan 5 jumlah tanggungan.
Hasil wawancara dengan responden yang tidak memiliki tanggungan maupun yang memiliki tanggungan baik sedikit maupun banyak,
cenderung memiliki sikap yang sama terhadap profesi TKW. Fenomena ini yang menjadikan jumlah tanggungan bukan merupakan faktor utama
yang berpengaruh pada sikap terhadap profesi TKW.
4. Pengaruh pendapatan sebelum menjadi TKW pada sikap terhadap profesi TKW
Hasil perhitungan pada Tabel IV.11, menunjukkan nilai C.R pendapatan sebelum menjadi TKW pada sikap terhadap profesi TKW
sebesar 1.288 dengan nilai estimasi sebesar 0,000 memiliki tingkat
signifikansi p0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 4 tidak didukung. Hal ini menjelaskan bahwa pendapatan sebelum menjadi
TKW bukan variabel penting untuk membentuk sikap terhadap profesi TKW. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wirawan 2006. Tingkat pendapatan seseorang sebelumnya bukan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
pembentukan sikap terhadap suatu profesi atau pekerjaan. Seseorang perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
dengan tingkat pendapatan tinggi tidak selalu memiliki persepsi yang buruk terhadap profesi lain, demikian juga dengan seseorang yang
memiliki pendapatan rendah tidak selalu memiliki persepsi yang baik terhadap profesi lain. Hal ini dimungkinkan karena sikap atau persepsi
seseorang terhadap profesi bisa jadi lebih dipengaruhi oleh pengetahuan mereka mengenai profesi tersebut dan juga kondisi pekerjaan yang
dimilikinya yang dinilai bukan hanya dari sisi pendapatan saja tetapi juga dalam hal kenyamanannya. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil
wawancara dengan beberapa responden sebagai berikut:
“Menjadi TKW atas kemauan saya sendiri serta terinspirasi oleh tetangga yang sukses setelah menjadi TKW. Akhirnya memutuskan
untuk menjadi TKW ke luar negeri dengan dibantu oleh sponsor” „M‟ TKW yang tidak punya penghasilan.
“Menjadi TKW keluar negeri karena penasaran ingin keluar negeri. Jadi, saya suka ke luar negeri jika ada kesempatan” „YA‟ TKW
yang punya penghasilan dibawah 1 juta rupiah.
“Menjadi TKW atas kemauan saya sendiri. Saya senang menjadi TKW karena ingin punya pengalaman baru” „IM‟ TKW yang punya
penghasilan diatas 1 juta rupiah.
“Menjadi TKW karena ingin punya pengalaman ke luar negeri, walaupun gaji sama dengan di Indonesia” „E‟ TKW yang punya
penghasilan diatas 1 juta rupiah.
Hasil wawancara dengan beberapa responden yang memiliki variasi tingkat pendapatan sebelum menjadi TKW juga menunjukkan bahwa
mereka memiliki sikap yang positif terhadap profesi TKW. Meskipun perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
mereka mengetahui tingkat pendapatan menjadi TKW lebih kecil atau sama dengan pendapatan mereka sebelum menjadi TKW, mereka tetap
memiliki sikap yang positif terhadap profesi TKW. Mereka mengakui bahwa menjadi TKW adalah karena atas kemauan sendiri, ingin punya
pengalaman baru bekerja keluar negeri dan suka bekerja menjadi TKW ke luar negeri. Artinya, dalam penelitian ini pendapatan sebelum
menjadi TKW bukan merupakan faktor utama pembentuk sikap terhadap profesi TKW.
5. Pengaruh status pekerjaan sebelum menjadi TKW pada sikap terhadap profesi TKW
Hasil perhitungan pada Tabel IV.11, menunjukkan nilai C.R status pekerjaan sebelum menjadi TKW pada sikap terhadap profesi TKW
sebesar -1.984 dengan nilai estimasi sebesar -0,512 memiliki tingkat signifikansi p0,05 dan berpengaruh negatif, maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis 5 didukung. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wirawan 2006. Status pekerjaan sebelum menjadi TKW diukur menggunakan variabel dummy, 0 untuk
responden yang tidak bekerja dan 1 untuk responden yang bekerja, sehingga pengaruh negatif ini berarti seseorang yang tidak memiliki
status pekerjaan sebelumnya akan cenderung memiliki persepsi atau sikap yang lebih baik terhadap suatu profesi tertentu dibandingkan
dengan seseorang yang sudah bekerja. Hal ini dimungkinkan karena mereka akan melihat profesi tersebut sebagai peluang untuk mereka
commit to user
mendapatkan pekerjaan. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan beberapa responden sebagai berikut:
“Saya menjadi TKW karena di Indonesia saya tidak mempunyai pekerjaan. Saya menjadi TKW atas kemauan sendiri dengan bantuan
sp onsor” „M‟, TKW asal Lombok, NTB.
“Di Indonesia saya tidak bekerja, setelah mendapat informasi dari teman yang pernah menjadi TKW, saya memutuskan menjadi TKW
untuk membiayai keluarga orang tua dan adik” „SU‟, TKW asal Jawa Tengah.
“Sebelum menjadi TKW, saya bekerja di pabrik sepatu. Saya menjadi TKW lebih karena bujukan sponsor dan ingin punya
pengalaman ke luar negeri” „E‟ TKW asal Serang, Banten.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa TKW yang memiliki dan tidak memiliki pekerjaan sebelum menjadi
TKW, maka dapat disimpulkan bahwa responden yang belum bekerja cenderung memiliki sikap yang positif terhadap profesi TKW. Mereka
mengganggap menjadi TKW adalah solusi untuk mendapatkan pekerjaan, karena mereka merasa di Indonesia tidak memiliki peluang
untuk bekerja.
6. Pengaruh sikap terhadap profesi TKW pada niat menjadi TKW Hasil perhitungan pada Tabel IV.11, menunjukkan nilai C.R sikap
terhadap profesi TKW pada niat menjadi TKW sebesar 1.196 dengan nilai estimasi sebesar 0,088 memiliki tingkat signifikansi p0,05, maka
commit to user
dapat disimpulkan bahwa hipotesis 6 tidak didukung. Hal ini
menjelaskan bahwa sikap terhadap profesi TKW bukan variabel penting untuk membentuk niat menjadi TKW. Hasil yang diperoleh tidak
mendukung penelitian sebelumnya, yang menjelaskan bahwa niat adalah fungsi dari tiga determinan dasar, yaitu sikap, norma subjektif, dan
persepsi pengendalian perilaku PBC Ajzen, 1991. Hubungan yang tidak signifikan ini menunjukkan bahwa seseorang
yang menganggap atau mempersepsikan menjadi TKW merupakan keputusan yang baik, benar dan banyak memberikan manfaat tidak selalu
diikuti dengan meningkatnya niat menjadi TKW. Deskripsi responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang
positif terhadap profesi TKW tetapi dari tanggapan responden mengenai niat menjadi TKW, meskipun sebagian besar memiliki niat menjadi
TKW tetapi juga terdapat beberapa responden yang tidak berniat menjadi TKW. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan
beberapa responden sebagai berikut:
“Saya menjadi TKW hanya sebagai pelarian karena ada masalah di Indonesia dan ingin mencari pengalaman baru. Selama bekerja
menjadi TKW di Mesir saya diperlakukan kurang baik oleh majikan sehingga saya ingin kembali ke Indonesia
” „IM‟, TKW asal Sukabumi.
“Saya menjadi TKW karena di Indonesia saya tidak mempunyai pekerjaan. Saya menjadi TKW atas kemauan sendiri dengan bantuan
sponsor” „M‟, TKW asal Lombok, NTB.
“Saya sebenarnya tidak berencana menjadi TKW. Saya ditawari untuk bekerja di Jakarta tapi ternyata saya dijadikan TKW. Pada
commit to user
awalnya saya menolak tapi akhirnya saya pasrah untuk menjadi TKW karena kondisi keluarga saya, orang tua saya sudah bercerai
dan saya punya 2 orang adik yang masih kecil” „Y‟, TKW asal Jawa Tengah.
Hasil wawancara dengan beberapa responden menunjukkan bahwa responden memiliki sikap yang positif terhadap profesi TKW tetapi tidak
semua memiliki niat untuk menjadi TKW, ada responden yang memang ingin menjadi TKW tetapi juga ada yang menjadi TKW hanya sebagai
pelarian karena sedang ada masalah di Indonesia. Mereka menjadi TKW lebih karena mereka menganggap bahwa menjadi TKW adalah solusi
untuk mengatasi masalah mereka baik ekonomi maupun sosial, sehingga responden menjadi TKW lebih karena kondisi mereka di Indonesia bukan
karena keinginan atau memang berencana menjadi TKW. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa beberapa responden juga ingin
segera pulang ke Indonesia karena mereka mengalami hal yang tidak menyenangkan, seperti pelecehan dan gaji yang tidak dibayar. Fenomena
ini yang menyebabkan sikap terhadap profesi TKW bukan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada niat menjadi TKW khususnya di
Mesir.
7. Pengaruh norma subjektif pada niat menjadi TKW Hasil perhitungan pada Tabel IV.11, menunjukkan nilai C.R norma
subjektif pada niat menjadi TKW sebesar 2.074 dengan nilai estimasi sebesar 0,166 memiliki tingkat signifikansi p0,05 dan berpengaruh
commit to user
positif, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 7 didukung. Hal ini
menunjukkan semakin tinggi norma subjektif, semakin tinggi pula niat untuk menjadi TKW. Hasil penilitian ini mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ajzen 1991. Hasil temuan pengaruh positif dan signifikan menunjukkan bahwa
semakin tinggi dukungan yang dirasakan dari orang-orang penting disekitarnya akan meningkatkan niat untuk menjadi TKW. Banyaknya
dorongan dari lingkungan sekitar, baik dari keluarga maupun teman yang menyetujui, mengharapkan, menganjurkan, maupun mengajak untuk
menjadi TKW merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan niat seseorang untuk menjadi TKW khususnya di Mesir. Hasil penelitian ini
diperkuat dengan hasil wawancara dengan beberapa responden sebagai berikut:
“Pada dasarnya, keberadaan TKW di Mesir ini dapat dibagi menjadi tiga bagian: Pertama, datang langsung ke Mesir dari
Indonesia. Biasanya TKW yang datang langsung ke Mesir dan dari awal menjadikan Mesir sebagai tujuan mereka bekerja adalah para
TKW yang sudah memiliki jaringan kerja di Mesir, baik tetangga, sanak saudara mapun “penyalur” yang berdomisili di Mesir. Kedua,
datang ke Mesir karena dibawa sang majikan. Pada awalnya para TKW
tersebut bekerja
di rumah
majikannya yang
berkewarganegaraan Arab non-Egypt seperti Negara-negara Teluk, lalu sang majikan membawa TKW tersebut ke Mesir saat
mereka berlibur di salah satu villa yang mereka miliki. Pada saat mereka kembali ke Negara asalnya, TKW tersebut tidak dibawa
kembali, tetapi tetap tinggal di Mesir. Ketiga, para TKW yang bekerja di Mesir tanpa keinginan mereka sendiri, tetapi dikirimkan
secara sepihak oleh para
penyalur” mahasiswa Universitas Al- Azhar yang mengetahui proses pengiriman TKW PLRT di Mesir.
“Saya jadi TKW karena bujukan sponsorpenyalur. Sponsor datang ke rumah saya untuk membujuk saya agar mau menjadi TKW.
commit to user
Tetangga saya juga b anyak yang menjadi TKW” „E‟, TKW asal
Serang . “Pertama kali jadi TKW karena saya diajak oleh teman saya yang
sukses menjadi TKW. Tetangga saya juga banyak yang bekerja menjadi TKW” „R‟, TKW asal Bekasi.
“Sponsor atau tim perekrut TKW Indonesia bekerja keras untuk meyakinkan calon TKW dan keluarganya dengan cara menjanjikan
kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik kepada calon TKW. Selain itu, mereka juga sering menjanjikan penghasilan yang
lumayan menggiurkan serta proses yang mudah dan cepat” mahasiswa Universitas Al-Azhar yang mengetahui proses
pengiriman TKW PLRT di Mesir.
“Saya menjadi TKW karena terpengaruh orang lain” „K‟, TKW asal Bekasi.
“Saya tertarik bekerja di luar negeri Mesir karena bujukan dari agensponsor yang datang ke ruma
h” „T‟, TKW asal Indramayu.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa responden menjadi TKW karena ajakan keluarga, tetangga ataupun sponsor penyalur. Mereka
mengatakan bahwa memutuskan menjadi TKW karena bujukan dari sponsor dan melihat tetangganya ada yang sukses dengan menjadi TKW.
Sponsor penyalur sering memberikan bujukan dan janji-janji kepada para calon TKW tentang penghasilan yang lumayan tinggi dan menarik
serta proses yang mudah dan cepat. Hal ini merupakan faktor kuat yang mempengaruhi calon TKW menjadi tertarik sehingga mereka berniat
untuk menjadi TKW khususnya di Mesir. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
8. Pengaruh persepsi pengendalian perilaku pada niat menjadi TKW Hasil perhitungan pada Tabel IV.11, menunjukkan nilai C.R persepsi
pengendalian perilaku pada niat menjadi TKW sebesar 0.318 dengan nilai estimasi sebesar 0,022 memiliki tingkat signifikansi p0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis 8 tidak didukung. Hal ini
menjelaskan bahwa persepsi pengendalian perilaku bukan variabel penting untuk membentuk niat menjadi TKW. Hasil yang diperoleh tidak
mendukung penelitian sebelumnya, yang menjelaskan bahwa niat adalah fungsi dari tiga determinan dasar, yaitu sikap, norma subjektif, dan
persepsi pengendalian perilaku PBC Ajzen, 1991. Hasil deskripsi tanggapan responden menunjukkan bahwa di satu sisi
sebagian besar responden belum mengetahui mengenai syarat-syarat menjadi TKW, prosedur untuk menjadi TKW, dan juga belum
mengetahui hal-hal yang harus dilakukan selama menjadi TKW di Mesir. Sedangkan di sisi lain sebagian besar responden menyatakan menjadi
TKW sepenuhnya adalah tergantung mereka sendiri dan sebagian besar responden juga menyatakan siap untuk mejadi TKW di Mesir jika ada
kesempatan. Selain itu juga cukup banyak responden yang juga sudah mengetahui mengenai syarat-syarat, prosedur, maupun hal-hal yang harus
dilakukan selama menjadi TKW di Mesir. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan beberapa responden sebagai berikut:
commit to user
“Saya menjadi TKW atas kemauan sendiri. Saya menjadi TKW dengan bantuan sponsorpenyalur. Selama di tempat penampungan
di Bekasi saya tidak mendapatkan pelatihan” „SA‟, TKW asal Indramayu.
“Saya sebenarnya tidak berencana menjadi TKW. Saya ditawari untuk bekerja di Jakarta tapi ternyata saya dijadikan TKW. Pada
awalnya saya menolak karena saya merasa tidak tahu apa-apa tentang pekerjaan di luar negeri. Kemudian saya mendapatkan
pelatihan kecakapan dasar mengurusi pekerjaan rumah tangga. Setelah saya dan kawan-kawan dianggap memiliki keterampilan
yang cukup, kami diberangkatkan ke Mesir
” „Y‟, TKW asal Jawa Tengah.
“Saya menjadi TKW hanya sebagai pelarian karena ada masalah di Indonesia dan ingin mencari pengalaman baru. Saya mengetahui
syarat-syarat dan prosedur untuk menjadi TKW
” „IM‟, TKW asal Sukabumi.
Hasil wawancara dengan beberapa responden juga menunjukkan bahwa ada responden yang sudah mengetahui syarat-syarat, prosedur,
maupun hal-hal yang dilakukan selama menjadi TKW di Mesir tetapi juga ada responden yang belum mengetahui syarat-syarat, prosedur,
maupun hal-hal yang dilakukan selama menjadi TKW di Mesir. Selain itu juga responden mengatakan bahwa mereka tidak mendapatkan
pelatihan sebelum dikirim menjadi TKW. Mengenai niat menjadi TKW, ada responden yang memang ingin menjadi TKW tetapi juga ada yang
menjadi TKW hanya sebagai pelarian karena sedang ada masalah di Indonesia. Fenomena ini yang menyebabkan persepsi pengendalian
perilaku bukan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada niat menjadi TKW.
commit to user
88
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah uraikan pada bab IV dengan menggunakan metode analisis Structural Equation Modeling SEM dapat
disimpulkan bahwa: 1. Hasil uji hipotesis 1 sampai 5 tentang karakteristik demografis
menunjukkan bahwa:
a. Usia tidak berpengaruh pada sikap terhadap profesi TKW. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan usia seseorang tidak mempengaruhi
persepsi mereka mengenai profesi TKW.
b. Pengaruh status pernikahan pada sikap terhadap profesi TKW tidak didukung dalam penelitian ini. Hal ini berarti persepsi mengenai suatu
profesi dalam hal ini adalah TKW tidak dipengaruhi oleh status
pernikahan seseorang.
c. Jumlah tanggungan tidak berpengaruh pada sikap terhadap profesi TKW. Hal ini berarti banyak sedikitnya jumlah keluarga yang harus
dibiayai tidak berpengaruh pada persepsi seseorang mengenai profesi
TKW.
d. Pendapatan sebelum menjadi TKW tidak berpengaruh pada sikap terhadap profesi TKW. Hal ini berarti tingkat pendapatan seseorang
tidak menyebabkan seseorang memiliki persepsi yang baik atau buruk perpustakaan.uns.ac.id
commit to user