Sifat dan Jenis Multimedia

5

B. Kajian tentang Karaoke 1. Pengertian Karaoke

Karaoke berasal dari kata bahasa Jepang yaitu kara, void, oke + kosong sutora, dari kata orkestra Bahasa Inggris. Istilah karaoke dapat diartikan sebagai sebuah sistem hiburan yang memberikan rekaman iringan musik lagu-lagu populer di mana seorang pemain dapat menyanyikannya secara langsung, biasanya dengan mengikuti teks di layar monitor atau video. Karaoke juga dapat diartikan sebagai kinerja dari musik tersebut http:www.dbkaraoke.com , 2010 Adapun pengertian karaoke secara lebih luas adalah proses menyanyi dengan lagu yang sudah disiapkan, di mana seseorang dapat menggantikan penyanyi utama atau penyanyi aslinya. Lirik lagu karaoke direproduksi seperti lagu aslinya, tapi tanpa suara vokalisnya. Syair lagu untuk penyanyi biasanya disajikan melalui layar monitor video, dan kata-kata yang akan dinyanyikan digarisbawahi ditandai sehingga seseorang dapat mengikutinya tanpa harus menghafal syair lagu tersebut.

2. Sejarah Perkembangan Karaoke

Karaoke mulai dikenal pada sebuah bar kecil di Jepang. Awalnya, Production House PH merekam musik instrumen ke kaset pada saat penyanyinya tidak ada di tempat. Karaoke mampu membuat orang yang berkeinginan menjadi bintang pada saat menyanyi benar-benar menjadi seperti bintang atau artis. Lagu-lagu karaoke jarang diproduksi langsung oleh pembuat lagu seniman aslinya. Karaoke biasanya diciptakan oleh produsen karaoke independen. Sebagian besar produsen menggunakan musisi dan penyanyi profesional untuk menghasilkan kemiripan dari lagu asli lagu tersebut. Karaoke memungkinkan berisi beberapa vokal. Jika lagu asli berisi vokal latar belakang apapun yaitu paduan suara, harmoni, penyanyi back-up, dll, maka versi karaoke biasanya akan berisi seperti itu juga. Saat ini, ada 6 jenis format produk karaoke yang umum tersedia di pasaran. Setiap format memiliki karakteristik baik kemampuan maupun keterbatasannya sendiri-sendiri. Semua format tersebut saat ini ada dalam bentuk media compact disc CD. Keenam format tersebut yaitu: a. CDG atau CD + G, CD + Graphics, atau CD Audio Karaoke biasa tanpa visual b. CDGM atau Multiplex, CDG Multiplex, CD + Graphics Multiplex, atau CD audio karaoke biasa tanpa visual tapi berisi lagu yang ada vokalnya dan lagu yang sama sekali tidak ada vokalnya. 6 c. Super CD atau SCDG, SCD + G, CD + G Super, Super-CDG, Super CD + Graphics format CD audio karaoke yang memiliki daya tampung sangat besar yaitu lebih dari 1000 lagu dalam satu keping. d. Video Compact Disc VCD sudah ada tampilan visualnya Digital Video Disc, Digital Versatile Disc DVD format yang sama dengan VCD tapi kualitas gambar, suara, dan daya tampungnya lebih optimal dari pada VCD. NEOG atau NEO CDG, NEO CD + G, CD + Graphics NEO format yang sama dengan DVD tapi memiliki daya tampung yang lebih optimal yaitu sekitar 100 lagu dalam satu keping.

C. Kajian tentang Keterkaitan Menyanyi dan Kemampuan Bahasa pada Anak

Perkembangan anak terkait menyanyi dan bahasa yaitu sebagai berikut: 1. Memahami reseptif bahasa: memahami cerita, perintah, aturan, dan menyenangi serta menghargai bacaan. 2. Mengekspresikan Bahasa: mampu bertanya, menjawab pertanyaan, berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali apa yang diketahui 3. Keaksaraan: memahami hubungan bentuk dan bunyi huruf, meniru bentuk huruf, serta memahami kata dalam cerita. Campbell 2002: 27 mencantumkan mengenai hal ikwal mengapa sebenarnya pengenalan musik pada anak sudah dapat dilakukan pada janin. Artinya bahwa stimulasi musik pada anak dapat dilakukan jauh sebelum usia sekolah. Berikut selengkapnya: 1. Telinga adalah organ pengindera pertama yang berkembang dalam rahim. 2. Sistem pendengaran baru berfungsi tiga hingga empat bulan sebelum saat kelahiran. 3. Setelah perkembangan dalam diri janin antara 28 sd 30 minggu, janin bereaksi secara berbeda-beda terhadap bunyi-bunyi di luar melalui perubahan-perubahan denyut jantung dan perilaku. 4. Stimulasi dalam kandungan dapat mempengaruhi pasca kelahiran bayi. 5. Janin mempunyai perilaku belajar. 6. Campbell 2002: 28: ”Pada kira-kira bulan ke lima, hubungan-hubungan dalam sistem pendengaran bayi cukup matang untuk memungkinkan otak memproses bunyi secara utuh”. Campbell 2002: 29 menyatakan juga bahwa saat janin dalam kandungan mulai mendengar, maka ia telah mulai juga belajar tentang bunyi. Adapun bentuk pembelajaran yang paling sederhana adalah pembiasaan atau habituation. Ketika sebuah bunyi telah seringkali didengar sang janin, maka ia tidak akan menaruh perhatian jika bunyi tersebut