kekerasan adalah dengan membina hubungan tsaling percaya hubungan terapeutik. Dalam membina hubungan saling percaya hubungan terapeutik perlu
dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah: Mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan interaksi, membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap
kali bertemu pasien Sujono Teguh, 2009. Dan juga melakukan komunikasi dengan strategi yang baik agar dapat membina hubungan saling percaya. Strategi
berkomunikasi dengan klien perilaku kekerasan bersikap tenang, bicara lembut, bicara tidak dengan cara mengahakimi, bicara netral dan dengan cara konkrit,
tunjukkan rasa hormat, hindari intensitas kontak mata langsung, demonstrasikan cara mengontrol situasi, fasilitasi pembicaraan klien dan dengarkan klien, jangan
terburu-buru menginterpretasikan dan jangan buat janji yang tidak bisa ditepati Yosep, 2007.
4.4 Pemberian terapi
Empat dari lima partisipan menyatakan bahwa selain tindakan keperawatan yang dilakukan untuk menangani pasien perilaku kekerasan adalah dengan
melakukan pemberian terapi yaitu dengan pemberian obat-obatan, injeksi, ECT, TAK dan juga dengan mengajarkan personal hygene. Berdasarkan hasil
wawancara dengan partisipan, obat-obatan yang biasa diberikan untuk pasien perilaku kekerasan adalah diazepam, CPZ, dan sikzonoat yang diberikan setiap 2
kali sebulan. Obat-obatan tersebut diberikan baik secara oral ataupun injeksi. ECT
Universitas Sumatera Utara
adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang, terapi ini mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan
pada pelipis pasien Riyadi, 2009. Partisipan juga menyatakan bahwa pasien juga sering dilakukan TAK baik yang diberikan oleh perawat sendiri ataupun
mahasiswa yang sedang PKL. Walaupun TAK ini dilakukan hanya pada pasien yang sudah kooperatif namun sangat berguna bagi pasien. Tidak lupa juga
partisipan yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka juga mengajarkan personal hygene kepada pasien dan memberikan kegiatan kepada pasien untuk
berpaling dari fokus terhadap rasa marahnya.
5. Kendala yang dialami perawat saat memberikan asuhan keperawatan pasien perilaku
Perawat dalam merawat pasien dengan perilaku kekerasan tersandung berbagai macam kesulitanhambatan dalam melakukan pemberian asuhan
keperawatan, baik dari faktor – faktor yang berasal dari perawat maupun dari lingkungan itu sendiri. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap lima
pertisipan, menyatakan bahwa ada tiga hal yang utama yang menjadi kendala saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan. Ketiga hal
tersebut adalah jadwal dinas perawat seorang diri, kurangnya fasilitas yang mendukung proses asuhan keperawatan dan tidak maunya pasien minum obat.
Universitas Sumatera Utara
5.1 Jadwal dinas seorang diri
Dua dari lima partisipan yang diwawancarai menyatakan bahwa yang menjadi kendala saat mereka memberikan asuhan keperawatan pada pasien perilaku
kekerasan adalah ketika mereka dinas seorang diri, yaitu pada sore dan malam hari. Partisipan menyatakan kesulitan saat menjalani dinas sore dan dinas malam
terutama dengan pasien yang mengalami tindakan amuk. Mereka kesulitan karena melakukan seorang diri, untuk itu mereka secara kreatif meminta bantuan dari
pasien-pasien yang sudah kooperatif saat menangani pasien amuk tersebut. Karena untuk meminta bantuan dari rekan kerja juga kemungkinan sulit karena
perawat yang lainnya juga sedang bertugas. Partisipan juga menyatakan bahwa hal ini juga di perburuk dengan kurang aktifnya security ataupun petugas keamanan.
Mereka kesulitan untuk mencari security atau petugas keamanan ketika pasien menagalami perilaku amuk.
5.2 Kurangnya fasilitas