orang tua mereka selama tahap perkembangan awal, namun dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru,
teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan
hukuman fisik akan cendrung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa Owens Straus dikutip dari Purba dkk, 2009.
3 Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku kekerasan,
apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai dan lingkungan
yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
2.2.5 Faktor presipitasi
Stresor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik. Stresor tersebut dapat disebabkan dari luar maupin dalam. Contoh stresor
yang berasal dari luar antara lain serangan fisik, kehilangan, kematian, dan lain- lain. Sedangkan stresor yang berasal dari dalam adalah putus hubungan dengan
orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik, dan
Universitas Sumatera Utara
lain-lain. Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan, dapat memicu perilaku kekerasan.
2.2.6 Perilaku-perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan
Ada beberapa perilaku-perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain Sujono dan Teguh, 2009, perilaku-perilaku tersebut antara lain : 1
Menyerang atau menghindar fight or flight Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin.
2 Menyatakan secara asertif assertiveness Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif,
agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya
tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien. 3 Memberontak acting out
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain. 4 Perilaku kekerasan Tindakan kekerasan atau
amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
2.2.7 Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk menangani klien dengan perilaku kekerasan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan seorang perawat jiwa pada klien dengan perilaku kekerasan adalah : 1Bina hubungan saling percaya. Dalam
membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman
Universitas Sumatera Utara
dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah: Mengucapkan
salam terapeutik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan interaksi, membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
Tindakan yang selanjutnya, 2 Diskusikan bersama klien penyebab perilakukekerasan saat ini dan yang lalu. 3 Diskusikan bersama klien jika terjadi
penyebab perilaku kekerasan. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan baik secara fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan intelektual. 4 Diskusikan
bersama klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah secara sosial atau verbal, terhadap orang lain, terhadap diri sendiri, dan
terhadaplingkungan. 5 Diskusikan bersama klien akibat perilaku kekerasan yang dilakukannya. 6 Diskusikan dengan klien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara: fisik, obat, sosial atau verbal, dan spiritual. Selanjutnya tindakan 7 Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
dengan latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal, olahraga, kemudian susun jadwal latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal serta olahraga. 8 Latihan
mengontrol perilaku kekerasan secara sosial ataupun verbal dengan menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan persaan dengan baik.
Kemudian susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal. 9 Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual dengan sholat atau berdoa sesuai
dengan keyakinan dan cara klien kemudian susun jadwal untuk berdoa. 10 Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat secara teratur
dengan prinsip lima benar kemudian susun jadwal minum obat secara teratur.
Universitas Sumatera Utara
2.2.8 Prinsip-prinsip dalam pengelolaan klien dengan perilaku kekerasan