21
dalam berbagai kebutuhan, menjaga ketertiban dan keamanan, taat hukum dan peraturan sehingga manusia yang diayomi dapat hidup damai dan tentram.
37
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Karena konsep adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada
dalam pikiran. “Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas”.
38
Selanjutnya, Sumandi Suryabrata memberikan arti khusus apa yang dimaksud dengan konsep. Menurut beliau, “sebuah konsep berkaitan dengan defenisi
operasional. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digenaralisasi dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional”.
39
Suatu kerangka konsepsi merupakan kerangka
yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin atau yang akan diteliti. ”Suatu
konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu dinamakan fakta, sedangkan konsep
merupakan suatu uraian mengenai hubungan dalam fakta-fakta tersebut”.
40
Defenisi operasional perlu disusun, untuk memberi pengertian yang jelas atas masalah yang dibahas. Karena istilah yang digunakan untuk membahas suatu
masalah, tidak boleh memiliki makna ganda. Selain itu, konsepsi juga digunakan untuk memberikan pegangan pada proses penelitian. Oleh karena itu, dalam rangka
37
Soediman Kartohadiprodjo, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Pembangunan, Jakarta, 1993, hal. 245.
38
Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1999, hal 34
39
Sumandi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal 3.
40
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cetakan kedua, UI-Press, 1986, hal.132.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
22
penelitian ini, perlu dirumuskan serangkaian defenisi operasional atas beberapa variabel yang digunakan, sehingga dengan demikian tidak akan menimbulkan
perbedaan penafsiran atas sejumlah istilah dan masalah yang dibahas. Disamping itu, dengan adanya penegasan kerangka konsepsi ini, diperoleh suatu persamaan
pandangan dalam menganalisa masalah yang diteliti, baik dipandang dari aspek yuridis, maupun dipandang dari aspek sosiologis.
Selanjutnya, untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang berbeda tentang tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka kemudian
dikemukakan konsepsi dalam bentuk defenisi operasional sebagai berikut: a. Perwalian adalah:
“Kewenangan yang diberikan kepada seseorang atau badan sebagai wakil dari anak atau sebagai pengampu dari orang yang tidak cakap untuk melakukan
suatu perbuatan hukum demi kepentingan dan atas nama anak atau orang yang tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya tidak cakap melakukan
perbuatan hukum.”
41
Secara etimologi pewalian dalam bahasa Indonesia ialah “segala sesuatu yang menjadi urusan wali”.
42
Dalam bahasa Arab disebut dengan Wilayah. “Perwalian ialah An-Nasrah pertolongan”.
43
Secara terminologi
istilah perwalian
merupakan “Kekuasaan
melakukan akad dan transaksi, baik akad nikah maupun akad lainya tanpa
41
Pasal 1 butir 25 Qanun Aceh Nomor 10 tahun 2007, Tentang Baitul Mal.
42
WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1976, hal. 1147.
43
Ahmad Hurdi, Al-Ahwal as Syakhshiyah, Mesir; Maktabah Kuliyah Alrabiyah,1969, hal. 3.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
23
ketergantungan kepada orang lain. Para Fugaha ahli Hukum Islam juga membagi perwalian atas perwalian diri pribadi dan atas harta”.
44
b. “Wali adalah seseorang yang bertindak menggantikan orang tua sianak yang belum dewasa atau belum akil baliq untuk melaksanakan perbuatan hukum”.
45
c. Pengertian anak adalah “seseorang yang masih dibawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum kawin”.
46
Pengertian anak secara khusus adalah sebagai berikut : Menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak, dan Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, yaitu: “Anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas Tahun, termasuk anak yang ada dalam kandungan”.
d. Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
e. Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi
dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Hak mempunyai dua makna
yang asasi yaitu: “1 sekumpulan kaidah dan nash yang mengatur dasar-dasar yang harus ditaati dalam hubungan manusia
44
Zakiyuddin Sya’ban, Al-hakam as-syar’iyyahll ahwal asSyakhshiyyah, Dar an- Nahdhah al- arabiyah, Kairo, 1969, hal, 214.
45
Yan Pramudya Puspa, kamus hukum, cv. Aneka, Semarang , 1977, hal 894.
46
Aminah Azis, Aspek hukum Perlindungan Anak, Universitas Sumatra Utara press, Medan, 1998, hal. 18 -19
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
24
sesama manusia baik mengenai orang maupun harta bendanya, 2 kekuasaan menguasai sesuatu atau sesuatu yang wajib atas seseorang bagi selainnya.”
47
f. Peraturan perundang-undangan adalah aturan-aturan atau norma-norma yang diterbitkan atau dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatur permasalahan
yang berkembang
didalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Peraturan hukum adalah memberikan tata tertib dan menjamin
adanya kepastian hukum didalam masyarakat tetap dipelihara sebaik-baiknya dengan harapan setiap warga taat mematuhi peraturan hukum yang berlaku.
g. Qanun adalah adalah “Peraturan Daerah sebagai pelaksanaan undang-undang di
wilayah Provinsi
Nanggroe Aceh
Darussalam dalam
rangka penyelenggaraan otonomi khusus”.
48
h. Baitul Mal adalah “Lembaga Daerah Non Struktural yang diberi kewenangan untuk mengelola dan mengembangkan zakat, wakaf, harta agama dengan
tujuan untuk kemaslahatan umat serta menjadi waliwali pengawas terhadap anak yatim piatu danatau hartanya serta pengelolaan terhadap harta warisan
yang tidak ada wali berdasarkan Syariat Islam”.
49
G. Metode Penelitian 1.
Spesifikasi Penelitian
Sifat penelitian adalah yuridis normatif, dengan menggunakan “pendekatan perundang-undangan statue approach”,
50
yang mengfokuskan pada mengumpulkan
47
Iman Jauhari, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Keluarga Poligami, Pustaka Bangsa, Jakarta, 2003, hal. 86-87.
48
Pasal 1 angka 8 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2001 Tentang Otonomi khusus Bagi provinsi daerah Istimewa Aceh Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
49
Pasal 1 butir 25 Qanun Aceh Nomor 10 tahun 2007 Tentang Baitul Mal.
50
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, edisi pertama, cetakan kelima, Prenada Media Grup, Jakarta, 2009, hal. 102.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
25
semua perundang-undangan yang terkait dengan perwalian, kemudian menganalisa hukum baik yang tertulis di dalam buku, melakukan pengkajian peraturan perundang-
undangan yang
berhubungan dengan
pengaturan hukum
dan implikasi
pelaksanaannya di Indonesia maupun hukum yang diputuskan melalui proses pengadilan.
Penelitian ini mengunakan metode deskriptif analitis, yang maksudnya adalah “suatu analisis data yang tidak keluar dari suatu ruang lingkup sampelyang
berdasarkan pada teori hukum yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan seperangkat data atau menunjukan kamparasi datayang ada hubungannya dengan
seperangkat data lain”.
51
Dengan demikian penelitian ini diarahkan untuk menggambarkan dan sekaligus juga menganalisis fakta-fakta tentang perwalian dalam menjalankan fungsi
dan tanggung jawabnya sebagai wali dari anak dibawah umur. Sehingga pada akhirnya didapatkan gambaran tersebut dengan melihat kepada pemenuhan
kebutuhan masyarakat terhadap aturan hukum tentang perwalian ini.
2. Sumber Data