Kedudukan Perempuan Dalam Perwalian

75 Table 2: Perkara Perwalian yang di putus oleh Mahkamah Syariah Kota Banda Aceh No. Tahun Perwalian oleh salah satu orang tua Pencabutan Kekuasaan Wali Penunjukan orang lain sebagai wali oleh Pengadilan Ganti rugi terhadap wali 1. 2005 - - 154 - 2. 2006 - - 93 - 3. 2007 - 3 94 - 4. 2008 14 - 4 - 5. 2009 23 - 1 - 6. 2010 10 1 2 - 7. 2011 17 - 3 - Sumber data Mahkamah Syariah kota Banda Aceh. Dari tabel diatas menunjukan perwalian anak dibawah umur yang tidak ada orang tuanya banyak terjadi dari tahun 2005-2007. Sedangkan pada tahun 2008-2011 perwalian anak dibawah umur yang tidak ada orang tuanya tidak banyak terjadi hanya beberapa kasus saja. Namun dari banyak perwalian yang terjadi hanya sedikit wali yang memenuhi kewajibannya seperti yang disebutkan dalam undang-undang yaitu membuat dan melaporkan daftar harta anak yang dibawah perwaliannya, “bahkan dari tahun 2005-2011 mahkamah syariah tidah mendapatkan pelaporan dari wali terhadap anak-anak yang sudah dewasa atau sudah menikah. Sehingga perwalian terhadapnya berakhir”. 102

4. Kedudukan Perempuan Dalam Perwalian

Mengenai kedudukan perempuaan di Aceh untuk menjadi wali, Mahkamah Syar’iyah mempunyai pandangan yang berbeda dengan yang lazim terjadi di perkampungan di Aceh. Dalam praktek pengadilan di Mahkamah Syariyah, seorang 102 Armia Ibrahim, Hakim di Mahkamah Syariah Aceh, Wawancara, Oktober 2012. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 76 perempuan dapat ditetapkan sebagai wali bagi anak yang masih di bawah umur. “Wali perempuan ini sebagian besar adalah kerabat dekat dari anak yatim dibawah umur, misalnya kakak sulung perempuan, bibi atau nenek dari pihak ibu.” 103 Seperti dalam penetapanPerwalian Nomor: 517Pdt.P2006Msy-BNA yang di mohonkan oleh Jauhari, pekerjaan ibu tumah tangga, tempat tinggal di Gampong Lamdingin, kecamatan kuta alam, Kota Banda Aceh, yang merupakan kakak dari ibu anak yang kedua orang tuanya meninggal dunia pada peristiwa tsunami pada tanggal 26 Desember tahun 2004 atas nama Ummi Kalsum dan suaminya yang bernama Samsuardi. Dan meninggalkan anak yang masih dibawah umur yang bernama Irawadi yang lahir ada tanggal 6 Juni 1993 dan berumur 13 saat itu. Menimbang permohanan yang diajukan tersebut yang bertujuna menetapkan perwalian terhadap anak yang masih dibawah umur yang bernama Irawadi, dan pemohon merupakansaudara dari ibu mak cik anak tersebut. Dan hal ini dapat dibenarkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan sesuai dengan yang dimaksudkan dalam Pasal 51 ayat 2 Undang-Undang nomor 1 Tahun 1974. Jo Pasal Pasal 107 ayat 4 Kompilasi hukum Islam dan deengan mendengarkan keterangan dari dua orang saksi . maka hakim menetapakan. Mengabulkan permohonan pemohon. Dan menetapkan anak yang bernama Irawadi dibawah perwalian Pemohon.

B. Orang Ditunjuk

Sebagai Wali, Kewajibannya Sebagai Wali serta Larangannya 1. Yang ditunjuk sebagai wali Menurut hukum Islam. “Wali dan orang yang menerima wasiat untuk menjadi wali, dipersyaratkan harus baligh, mengerti, dan seagama dengan orang yang dibawah 103 Armia Ibrahim, Hakim di Mahkamah Syariah Aceh, Wawancara, Oktober 2012. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 77 perwaliannya itu.bahkan banyak diantara mereka yang mensyaratkan bahwa wali itu harus adil sekalipun wali itu diangkat dari ayah dan kakek.” 104 Selain itu juga sebagai syarat bagi seorang wali didalam setiap tindakan perwalian yang dilakukannya, dengan baik dan bermanfaat, maka perwaliannya itu dianggap sah, sedangkan yang menimbulkan mudharat dianggap tidak sah. Tetapi ada perbedan pendapat dikalangan ulama’ tentang tindakan perwalian yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak mudharat Sebagian ulama imamiyah membenarkan manakala yang melakukannya adalah ayah atau kakeknya maka disyaratkan tindakan perwalian tersebut tidak merusak dan bukan harus membawa maslahat bagi dirinya. Demikian juga yang dilakukan oleh hakim atau orang yang menerima wasiat untuk menjadi wali, dibatasi pada tindakan yang membawa manfaat saja dan sangat dilarang dalam tindakan yang tidak bermanfaat yang dapat merugikan orang yang ada dibawah perwaliannya. Dari ketentuan yang dikemukakan diatas maka persyaratan seseorang untuk menjadi wali dalam hal perwalian terhadap anak dibawah umur adalah: 1. Baligh. Yang dimaksud dengan baligh adalah sudah berumur 15 tahun dan sudah cakap dalam melakukan tindakan hukum. Sebagaimana syarat yang tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam KHI pada Pasal 107 ayat 4 yang berbunyi “Wali sedapat dapatnya diambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain yang sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur, dan berkelakuan baik, atau badan hukum” 2. Berakal yakni orang waras dan bukan orang gila atau safih idiot 104 M Jawad Mughniah, Fiqih Lima Mazhab , Lentera,Jakarta,2000, Cet 5, Hal : 696. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 78 3. Merdeka. Orang sebagai wali haruslah orang yang merdeka yakni orang yang tidak berada dalam kekuasaan seorang tuan sebagaimana kebiasan kebiasaan orang terdahulu. 4. Laki laki karena telah disebutkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dan Daruqutni. Yang berbunyi : “Janganlah perempuan menikahkan perempuan yang lain, dan jangan pula seorang perempuan menikahkan dirinya sendiri”. HR Ibnu Majjah dan Daruqutni. Ini dimaksudkan, seorang laki-laki lah yang dapat diangkat menjadi wali dalam melaksanakan pernikahan. 5. Adil yang dimaksud dengan adil disini adalah seseorang yang diangkat sebagai wali harus bersikap adil baik terhadap keluarganya maupun terhadap orang yang berada dibawah perwaliannya. Dalam sistem hukum Indonesia, wali memiliki tanggung jawab yang bertujuan untuk memelihara kesejahteraan anak dari yang diperwalikan, termasuk dalam pemeliharaan harta benda yang ditinggalkan.Adapun yang ditujuk atau yang mempunyai wewenang sebagai wali adalah seperti yang diatur pada Pasal 332 b 1 KUH Perdata yaitu: a. Perempuan yang sudah bersuami Perempuan bersuami tidak boleh menerima perwalian tanpa bantuan dan izin tertulis dari suaminya. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 79 Bila si suami tidak memberikan izin maka Pasal 332 b 2 KUH Perdata dapat disimpulkan bahwa bantuan dari pendamping bijstand itu dapat digantikan dengan kekuasaan dari hakim. Selanjutnya Pasal 332 b ayat 2 KUH Perdata menyatakan : b. Wewenang Badan Hukum Menjadi Wali Biasanya kewenangan perhimpunan, yayasan dan lembaga-lembaga diangkat sebagai wali adalah berdasar penunjukan bapak atau ibu. Dalam Pasal 355 ayat 2 KUH Perdata dinyatakan bahwa badan hukum tidak dapat diangkat sebagai wali. Tetapi hal ini dapat terjadi bila perwalian itu dilakukan dengan wasiat atau akta notarisyang dibuat untuk keperluan itu semata-mata. Namun Pasal 365 a 1 KUH Perdata menyatakan bahwa: Dalam hal sebuah badan hukum diserahi perwalian maka Panitera Pengadilan yang menugaskan perwalian itu memberitahukan putusan Pengadilan itu kepada Dewan Perwalian dan Kejaksaan. Sesungguhnya tidak hanya Panitera Pengadilan saja yang wajib memberitahukan hal itu tetapi juga pengurus badan hukum tersebut wajib pula memberitahukannya dengan sanksi akan dipecat sebagai wali kalau kewajiban memberitahukan itu tidak dilaksanakan. Sedangkan Kejaksaan atau pegawai yang ditunjuknya, demikian pula Dewan Perwalian, sewaktu-waktu dapat memeriksa rumah dan tempat perawatan anak-anak yang diperwalikan tersebut. Berdasarkan pasal 362 KUH Perdata maka setiap wali yang diangkat kecuali badan hukum harus mengangkat sumpah dimuka Balai Harta Peninggalan. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 80 Dalam Pasal 51 UU No.1 tahun 1974, ditentukan cara penunjukan wali yaitu sebagai berikut: 1. wali dapat ditunjuk oleh salah seorang orang tua yang menjalankan kekuasaan orang tua sebelum ia meninggal dengan surat wasiat atau dengan lisan dengan dua orang saksi; 2. wali sedapat-dapatnya diambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain yang sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur dan berkelakuan baik; 3. Wali wajib mengurus anak yang dibawah penguasaannya dan harta bendanya sebaik-baiknya dengan menghormati agama dan kepercayaan anak itu; 4. Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada dibawah kekuasaannya pada waktu memulai jabatanyadan mencatat semua perubahan- perubahan harta benda anak atau anak-anak itu; 5. Wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada dibawah perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan karena kesalahan atau kelalaiannya. Menurut M. Yahya Harahap perwalian anak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: a. Perwalian dengan wasiat Perwalian dengan wasiat bersamaan halnya dengan testamentaire voogdij hal ini diatur dalam pasal 335 KUHperdata, yaitu perwalian yang didasarkan pada tata cara yang baik oleh ibu atau bapak yang menjalankan kekuasaan orang tua ouderlijke macht atas anak yang belum berusia 18 delapan belas tahun, berhak mengangkat seorang wali bagi anak-anak yang berada dibawah kekuasaannya sesudah ia meninggal dunia, hal serupa diatur juga dalam pasal 51 ayat 1 undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi wali dapat ditunjuk oleh satu orang yang menjalankan kekuasaan UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 81 orang tua, sebelum ia meninggal dunia, dengan surat wasiatatau dengan lisan didepan dua orang saksi”. Yang mana saat berlakunya perwalian wasiat ini adalah pada saat sipembuat wasiat tersebut meninggal dunia. 105 b. Wali yang ditunjuk Pengadilan Perwalian anak yang ditetapkan atas penunjukan oleh Pengadilan dapat terjadi: a Apabila anak-anak tidak berada dibawah kekuasaan orang tua; b Anak-anak tidak berada dibawah pemeliharaan wali oleh karena wali yang ditetapkan semulatelah dicabut haknya disebkan alasan-alasan sebagai mana disebutdalam pasal 49 undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan; c Kemungkinan orang tua telah dicabut haknya menjalankan kekuasaan orang tua sedangkan wali yang telah ditetapkan semula belum mungkin menjalankan kekuasaan perwalian karena disebabkan suatu hal misalnya belum diketahui tempat tinggalnya, atau sedang berada diluar negeri, maka pengadilan atas kepentingan pemeliharaan anak-anak dapat menunjuk wali untuk suatu jangka waktu tertentu menunggu wali yang telah ditetapkan itu dapat melaksanakan perwalian. 106

2. Syarat-syarat menjadi wali

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Pengurusan Harta Kekayaan Anak Angkat Dibawah Umur pada WNI Keturunan Tionghoa (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2161 K/PDT/2011)

2 91 130

Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di Bawah Umur

0 80 9

Tinjauan Yuridis Terhadap Sengketa Pemeliharaan Anak Di Bawah Umur Sebagai Akibat Perceraian Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Putusan Mano. 23/Pdt.G/2013/Pa.Bik )

1 55 89

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN ORANG DEWASA DENGAN ANAK DI BAWAH UMUR Tinjauan Yuridis Terhadap Perkawinan Orang Dewasa Dengan Anak Diwah Umur (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Boyolali).

0 0 15

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR DAN AKIBAT HUKUMNYA Tinjauan Yuridis Tentang Perkawinan Anak Di Bawah Umur Dan Akibat Hukumnya (Studi Kasus di Pengadilan Agama Sukoharjo).

0 3 14

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR DAN AKIBAT HUKUMNYA Tinjauan Yuridis Tentang Perkawinan Anak Di Bawah Umur Dan Akibat Hukumnya (Studi Kasus di Pengadilan Agama Sukoharjo).

0 10 21

BAB II TINJAUAN TENTANG HUKUM PERWALIAN BAGI ANAK YANG TIDAK ADA ORANG TUANYA A. Pengertian Anak dan Batasan Usia Anak 1. Pengertian Anak - Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perwalian Terhadap Anak Di Bawah Umur Korban Tsunami Di Aceh

0 0 28

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perwalian Terhadap Anak Di Bawah Umur Korban Tsunami Di Aceh

0 0 27

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERWALIAN TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR KORBAN TSUNAMI DI ACEH

0 0 15

PRINSIP ADAT ACEH TENTANG PERWALIAN ANAK KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI BANDA ACEH DAN ACEH BESAR

0 0 12