27
wawancara, maka wawancara dilakukan dengan narasumber yang memiliki kompetensi keilmuan dan otoritas yang sesuai, yaitu:
1. Ketua Mahkamah Syar’iyah kota Banda Aceh; 2. Anggota Baitul Mal kota Banda Aceh;
3. Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama MPU Banda Aceh.
4. Analisis Data
Sesuai dengan sifat penelitian ini yang bersifat deskriftif analistis, dimana analisis data merupakan sebuah “proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan”
54
. Menurut Koentjoroningrat. “Kegiatan analisis dimulai dengan melakukan
pemeriksaan terhadap data yang terkumpul, baik dari inventarisasi peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah yang berkaitan dengan judul penelitian, baik
media cetak dan laporan-laporan penelitian lainnya mendukung studi pustaka kemudian wawancara digunakan untuk mendukung analisis data.”
55
54
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Penebit Remaja Rosdakarya. Bandung. 2004. hal, 103.
55
Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta,1997, hal.19
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
28
BAB II TINJAUAN TENTANG HUKUM PERWALIAN
BAGI ANAK YANG TIDAK ADA ORANG TUANYA A. Pengertian Anak dan Batasan Usia Anak
1. Pengertian Anak
Berbicara masalah perwalian maka tidak telepas dari pembahasan anak dan batas usia seorang anak, ini penting karena untuk mengetahui bilamana seseorang
anak diletakkan dibawah perwalian dan dapat mempertangung jawabkan suatu suatu perbuatanya.
Dalam bahasa arab “anak disebut walad, satu kata yang mengandung penghormatan, sebagai makhluk Allah yang sedang menempuh perkembangannya
kearah abadi Allah yang saleh”.
56
Dengan memandang anak dan kaitannya dengan perkembangan membawa arti sebagai berikut:
1 “Anak diberikan tempat khusus yang berbeda dengan kehidupan dengan orang dewasa;
2 Anak memerlukan perhatian dan perlakuan khusus dari orang dewasa dan para pendidiknya, artinya kehidupan anak tidak dipenggal dan dilepaskan dari
dunianya serta dimensi dan prospeknya.”
57
Dalam pemaknaan yang umum mendapat perhatian tidak saja dalam bidang ilmu pengetahuan the body of knowledge tetapi dapat di telaah dari sisi pandang
56
Iman Jauhari, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Keluarga Poligami, Op, Cit, hal. 81
57
Ibid, hal.83
28
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
29
sentralistis kehidupan. Misalnya agama, hukum dan sosiologi menjadikan pengertian anak semakin rasional dan aktual dalam lingkungan sosial. Untuk meletakkan anak
kedalam pengertian subjek hukum maka diperlukan unsur-unsur internal maupun eksternal di dalam ruang lingkup untuk menggolongkan status anak tersebut.Unsur-
unsur tersebut adalah sebagai berikut: a.
Unsur internal pada diri anak yaitu anak sebagai subjek hukum atau sebagai
manusia, anak juga digolongkan sebagai Human Right yang terkait dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan dimaksud diletakkan pada
anak dalam golongan orang yang belum dewasa, seseorang yang berada dalam perwalian, orang yang tidak mampu melakukan perbuatan hukum. Persamaan
hak dan kewajiban anak, anak juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan dengan orang dewasa yang diberikan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dalam
melakukan perbuatan
hukum. maka
hukum meletakan anak dalam posisi sebagai perantara hukum untuk dapat disejajarkan
dengan kedudukan orang dewasa atau untuk disebut sebagai subjek hukum. b.
Unsur eksternal pada diri anak ini didasarkan pada ketentuan hukum atau
persamaan kedudukan dalam hukum Equality Before The Law dapat memberikan legalitas formal terhadap anak sebagai seorang yang tidak mampu untuk berbuat
peristiwa hukum yang ditentukan oleh ketentuan peraturan-peraturan hukum itu sendiri, atau meletakan ketentuan hukum yang memuat perincian tentang
klasifikasi kemampuan dan kewenangan berbuat peristiwa hukum dari anak yang bersangkutan. Ini berdasarkan Hak-hak privilege yang diberikan Negara atau
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
30
pemerintah yang timbul dari Undang Undang Dasar dan peraturan perundang- undangan.
Untuk dapat memahami pengertian tentang anak itu sendiri sehingga mendekati makna yang benar, diperlukan suatu pengelompokan yang dapat dilihat
dari berbagai aspek kehidupan, yaitu aspek agama, ekonomi, sosiologis dan hukum dimana pengertian dari masing-masing aspek memiliki perbedaan baik dari subtansi,
fungsi, makna dan tujuannya misalnya “pengertian anak menurut agama diartikan sebagai makhluk ciptaan Tuhan
yang arif dan berkedudukan mulia yang keberadaannya melalui proses penciptaan yang berdimensi pada kewenangan
kehendak Tuhan Yang Maha Esa”.
58
Berbeda halnya dalam kaitannya kedudukan anak dalam status sosial yang memposisikan anak sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari
masyarakat dilingkungan tempat berinteraksi, ini disebabkan karena keterbatasan kemampuannya dalam proses pertumbuhan, belajar dan sosialisasisnya, akibat usia
yang belum dewasa. Dalam pengertian ekonomi anak cenderung dianggap kepada golongan yang
tidak produktif, maka oleh itu dianggap perlu adanya pengaturan untuk terciptanya kesejahteraan dari anak tersebut supaya tidak menjadi korban dari tindakan keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara untuk melakukan kegiatan ekonomi atau kegiatan produktifitas yang dapat menghasilkan nilai-nilai ekomomi.
58
Salimah, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Ditemukan Akibat Gempa Dan TsunamiPenelitian Dikota Banda Aceh, Tesis pada MKn,FH,USU, Medan,2005, hal.11
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
31
Dalam pengertian politik anak pada umumnya diartikan sebgai seseorang yang masih dibawah usia tertentu, belum dewasa dan belum kawin. Aminah Azis
meyebutkan “Mengenai batas usia tertentu dibagi kedalam dua katagori yaitu batas usia termuda dimana pada usia ini anak tidak dapat dimintakan pertanggung jawaban
atas tindakan yang dilakukannya, sedangkan batas umur keatas adalah untuk menetapkan siapa saja yang sampai batas ini diberikan kedudukan sehingga
diperlakukan secara khusus”.
59
2. Batasan Usia Anak