Sejarah Puisi Jepang pada Zaman Chu

- Kagura Uta, kayou untuk pemujaan kepada dewa, digunakan oleh kaum bangsawan, - Saibara, kayou yang bertujuan untuk hiburan kepada masyarakat, lambat laun menjadi hiburan untuk bangsawan, - Azuma Asobi no Uta, kayou untuk pemujaan kepada dewa, dipakai oleh kaum sosial kelas bawah, - Fuzoku Uta, kayou yang bertujuan untuk hiburan, dan ditujukan untuk masyarakat kelas bawah. Kayou pada zaman Heian berbeda dengan kayou pada zaman Jodai, kayou pada zaman ini memakai iringan musik dan tarian.

2.3.3 Sejarah Puisi Jepang pada Zaman Chu

_ _ _ _ _ _ _ _ _ Zaman C sei h _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Zaman Kamakura 1185 – 1333 usei terbagi atas : - Zaman Muromachi 1336 – 1573 - Zaman Azuchi Momoyama 1568 – 1603 Pada zaman Kamakura masih terdapat pengaruh yang tertinggal dari zaman Heian seperti Utaawase. Ada yang dsebut Roppyakuban Utaawase yang kemudian banyak ditampilkan dan dibukukan. Ada juga yang disebut Sengohyakuban Utaawase. Pada zaman ini , muncul buku kumpulan puisi berjudul Shinkokin Wakashu _ _ _ _ _ _ _ _ yang terdiri dari ± 20 jilid dan berisi ± 2000 sajak. Sebagian besar diambil dari Utaawase yang sebagian puisi berupa puisi dari UNIVERSITAS SUMATERA UTARA zaman Heian dan hanya sedikit yang berasal dari zaman Kamakura disebabkan kondisi zaman tersebut yang tidak kondusif. Ciri – ciri Shinkokin Wakash u _ _ _ _ _ _ _ _ - Terdiri dari ± 20 jilid, adalah : - Berisi ± 2000 puisi, - Tulisannya memakai huruf Kana dan Kanji, - Memiliki keteraturan dalam penyusunan puisi dibanding Man’yo _ _ _ _ _ _ _ sh _ _ _ _ _ _ _ u dan Kokinshu _ _ _ _ _ _ _ - Puisi – puisi dalam Shinkokin Wakash , u _ _ _ _ _ _ _ _ - Gaya Y harus memiliki gaya, ada dua gaya yang dominan, yaitu : u _ _ _ _ _ _ _ - Gaya Ushin gaya yang mendekati realitas , pelopor dari gaya ini adalah Fujiwara Sadaie, anak dari Fujiwara Shunzei. gen gaya yang abstrak, indah, dan elegan , Pengarang – pengarang yang terkenal dalam Shinkokin Wakashu _ _ _ _ _ _ _ _ 1. Saigyo 6. Fujiwara Ietaka adalah : 2. Jien 7. Zakuren 3. Fujiwara Yoshitsune 8. Gotoba Tenno mantan kaisar 4. Fujiwara Shunzei 9. Fujiwara Teika anak FujiwaraShunzei 5. Shinno 10. Minamoto no Sanetomo Pengarang yang paling popular pada masa itu adalah Fujiwara Ietaka, Fujiwara Teika, Jien dan Minamoto Sanetomo. Gaya puisi Fujiwara Teika lebih UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kental dengan gaya Ushin. Puisi Fujiwara Teika banyak mengekspresikan kegairahan semangat dengan rangkaian kata – kata yang halus. Contoh puisi Fujiwara Teika adalah yang penulis kutip dari Isoji Asoo 1983 : adalah : Haru no you no Suatu pagi musim semi Yume no okihashi Ketika aku menengadah ke langit Todai Shire Setelah terbangun dari mimpi hampa Mine ni wakaruru Gumpalan awan memanjang Yokobumo no sora Menjauhi gunung tenang melayang Gaya Ushin dalam puisi ini tergambar dalam pencapaian harapan yang harus dicapai ketika musim semi. Musim semi dipilih sebagai setting waktu karena musim semi adalah musim di mana bunga – bunga bermekaran dan diinterpretasikan sebagai momen yang tepat untuk melakukan suatu hal yang baru. Awan merupakan gambaran rintangan. Gunung diibaratkan sebagai sesuatu yang memiliki kekuatan. Dalam puisi ini ada unsur pertaubatan. Penyair yang lain, Fujiwara Ietaka berguru kepada Fujiwara Shunzei dan dianggap memiliki kemampuan yang sama dengan Fujiwara Teika. Perbedaannya adalah bahwa Fujiwa Ietaka tidak terlalu sombong dan bersifat ramah, jujur, dan memiliki hubungan dekat dengan Kaisar Go - Toba dan sering berbalas puisi. Puisi Fujiwara Ietaka bersifat terus terang dan dalam puisinya banyak mengambil UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kiasan tentang bulan. Contoh puisi Fujiwa Ietaka yang penulis kutip dari Isoji Asoo 1983 : adalah : Ikusato ka Angin musim semi Tsuki no hikari mo Bertiup membawa keharuman Nioi ramu Bunga Ume di lereng gunung Ume Saku yama no Dan menyebar ke desa – desa Mine no haru kaze Dan bermandikan cahaya bulan Angin musim semi dianggap membawa kebaikan. Bertiup membawa keharuman mewakili gambaran klan Fujiwara sebagai kaum bangsawan. Bunga Ume di lereng gunung menggambarkan para bangsawan. Bermandikan cahaya bulan berarti pertaubatan. Puisi Ietaka didominasi gaya Yu _ _ _ _ _ _ _ Penyair terkenal lainnya yaitu Minamoto no Sanetomo. Ia berbeda dengan penyair – penyair lainnya karena merupakan seorang Jenderal besar Sh gen. o _ _ _ _ _ _ _ _ gun Sh _ _ _ _ _ _ _ _ ogun generasi ke – 3 pada zaman Kamakura . Ia sangat fokus pada perpuisian Jepang dan merupakan murid dari Fujiwara Teika. Minamoto no Sanetomo tertarik pada puisi karena sejak kecil sebelum menjadi Shogun, Ia sudah mempelajari Karya – karya dari Man’y o _ _ _ _ _ _ _ sh _ _ _ _ _ _ _ u . Setelah menjadi Sh o _ _ _ _ _ _ _ _ gun, rasa ketertarikan semakin besar dan Ia mulai menggubah puisi. Puisinya fokus kepada kelembutan dan keindahan. Dan karena sebelumya Ia berguru kepada Fujiwara teika, Ia menggunakan gaya Ushin. Minamoto no Sanetomo mengumpulkan puisin puisinya yang dibuat sejak berusia 22 tahun dalam sebuah buku kumpulan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA puisi berjudul Kintai Wakash u _ _ _ _ _ _ _ _ selain dari Shinkokin Wakash _ _ _ _ _ _ _ _ Ooumi no Ombak besar yang menerpa u . Contoh puisi Minamoto no Sanatomo yang penulis kutip dari Isoji Asoo 1983 : adalah : Iso no todoroni Batu karang di pinggir di pantai Yosuru nami Remuk redam berkeping – keping Warete kudakete Dan menjadi buih – buih putih Sakete Chiru Kamo Lenyap menghilang entah kemana Puisi ini berkaitan dengan klan Fujiwara karena pada saat itu sedang pada masa pengusiran klan Fujiwara yang berkuasa pada zaman sebelumnya. Ombak besar menerpa berarti militer. Ada pesan yang terkandung di dalamnya yaitu untuk mengingatkan masyrakat terhadap peristiwa pengusiran klan Fujiwara. Selain Shinkokin Wakash u _ _ _ _ _ _ _ _ , pada zaman C _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ h usei ada beberapa buku kumpulan puisi lainnya. Di antaranya adalah Shinechokusen Wakash u _ _ _ _ _ _ _ _ _ Selain penyair yang terkenal dalam Shinkokin Wakash , yang merupakan buku khusus berisikan puisi – puisi yang digubah oleh Fujiwara Teika u _ _ _ _ _ _ _ _ , ada penyair lain yang terkenal bernama Fujiwara Tameie yang merupakan anak Fujiwara Teika. Tameie juga menggubah puisi – puisi yang dikumpulkan dalam Shokugosen Wakashu. Tameie memiliki tiga orang putra bernama Tameuji, Tamenori dan Tamesuke yang kesemuanya juga adalah penyair. Mereka masing – masing UNIVERSITAS SUMATERA UTARA membuat kelompok penyair. Tameuji dengan kelompok Nijo, Tamenori dengan kelompok Kyogoku dan Tamesuke degnan kelompok Reizei. Diantara mereka, kelompok penyair yang paling terkenal adalah Nijo, milik Tameuji yang mengikuti gaya ayahnya, Tameie. Sementara kelompok yang lain mengembangkan gaya yang baru. Hal ini menyebabkan kekurangakuran antara mereka bertiga, karena Tameuji mengusung gaya klasik, dan yang lainnya gaya modern. Buku kumpulan puisi yang lain pada zaman Ch _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ usei adalah Gyokuyosh _ _ _ _ _ _ _ _ u dan Fugashu _ _ _ _ _ _ _ _ _ . Gyokuyosh _ _ _ _ _ _ _ _ u adalah kumpulan puisi yang disusun oleh Tamekane yang merupakan slah satu penyair dari kelompok Kyogoku . Karya dalam Gyokuyoshu _ _ _ _ _ _ _ _ banyak yang bersifa realisme. Gyokuyosh _ _ _ _ _ _ _ _ u disusun atas perintah kaisar Fushimi. Sementara Fugashu _ _ _ _ _ _ _ _ _ Perpuisian terus berkembang dan pada pertangahan zaman Muromachi muncul penyair yang membentuk puisi dengan gaya baru bernama renga. Renga popular setelah Nanbokucho Ran perang antara kaisar utara dan selatan . Renga memiliki pola 5 – 7 – 5 – 7 – 7, dimana pada pada 5 – 7 – 5 yang pertama dan 7 – 7 dimainkan oleh dua orang yang berbeda. dikarang oleh Hanasono Joko. Penyair yang mempopulerkan renga adalah Nijo Yoshimoto. Ia awalnya adalah seorang politikus dan berasal dari kalangan bangsawan kelas atas. Ia belajar membuat puisi waka yang kemudian dimodifikasi menjadi renga. Nijo Yoshimoto mempopulerkan renga karena pada saat itu para sastrawan sering mengadakan perkumpulan dan muncul keinginan untuk berkelompok. Para UNIVERSITAS SUMATERA UTARA penyair lalu membuat kelompok – kelompok sendiri dan hal itu ditunjukkan dalam renga, karena renga harus dibacakan oleh sebuah kelompok berdua . Dalam renga juga banyak terdapat tulisan tentang pentingnya kelompok yang terbawa sampai saat ini. Nijo Yoshimoto mengumpulkan para penyair Jige penyair kelas rendah untuk mebuat renga, dan menjadikan renga bukan hanya milik masyarakat kelas atas tetapi juga masyarakat kelas bawah.

2.3.4. Sejarah Puisi Jepang pada Zaman Kinsei