Konsep Haiku Sejarah Perkembangan Haiku Menuju Go International Go International Ni Yuku Haiku No Hatten No Rekishi

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP HAIKU

2.1. Konsep Haiku

Haiku merupakan jenis puisi yang paling singkat yang pernah ada. Puisi ini mewakili kesusastraan Jepang dalam memberikan kontribusi terhadap kesusastraan puisi di dunia. Hal ini terjadi karena haiku membuktikan bagaimana seni dalam membuat sajak dapat dibuat menjadi indah dan memiliki makna yang mendalam hanya dengan penggunaan kata – kata yang minimum. Meskipun puisi ini sangat pendek dalam penggunaan kata – kata, Jepang dan masyarakat dunia pada saat ini menganggap haiku sebagai salah satu hasil karya terbesar yang pernah ada. Tetapi sebelum masuk lebih jauh membahas mengenai haiku, terlebih dahulu perlu diketahui mengenai pengertian puisi itu sendiri. Jika melihat pengertian puisi itu sendiri secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah peoetry yang erat dengan –poet dan –poem. Mengenai kata poet, Coulter dalam Tarigan, 1986:4 menjelaskan bahwa kata poet berasal dari yunani yang berarti “ membuat atau mencipta “. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang – orang yang hampir – hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa – dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sedangkan jika melihat pengertian puisi itu sendiri secara umum, puisi sebagai bagian dari genre sastra merupakan jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan satu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus Zubeirsyah, 1992:184 . Haiku( 俳句 adalah jenis puisi Jepang yang memiliki keringkasan dalam penggunaan kata – kata. Haiku merupakan puisi yang hanya tersusun dari 17 suku kata. Penulisannya dilakukan dalam 3 baris alinea yang masing – masing terdiri dari 5, 7, dan 5 suku kata. Penghitungan jumlah suku kata pada haiku terlihat pada contoh di bawah ini : U ma o sa e = 5 suku kata Na ga mu ru yu ki no = 7 suku kata A shi ta ka na = 5 suku kata Namun tidak semua haiku mematuhi aturan yang berlaku, ada yang kurang ataupun lebih dari 17 suku kata. Seperti contoh berikut : Ka me war u ru = 5 suku kata Yo ru no ko ri no = 6 suku kata Ne za me ka na = 5 suku kata Haiku di atas berjumlah 16 suku kata. Sebagian penyair ada yang menggunakan pola suku kata lebih atau kurang dari 17 suku kata. Namun aturan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA haiku yang sebenarnya adalah 17 suku kata, dan pada umumnya haiku menggunakan aturan 17 suku kata. Selain dari pengertian 17 suku kata, menurut wellek dan Austin, 1995:3 sastra merupakan suatu kegiatan kreatif karya seni. Dengan demikian haiku bisa dikatakan sebagai salah satu kegiatan kreatif karya seni yang mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman yang penataannya dipilih dan ditata dengan cermat dan mampu disampaikan dalam 17 suku kata sebagai seni yang indah, dan menurut Higginson 1996 : 28 menyatakan bahwa haiku merupakan pengungkapan rekaman dari suatu peristiwa yang melibatkan kemampuan pengarang dalam memahami kekuatan alam. Hal ini terlihat dari puisi – puisi Jepang sebelum haiku yang banyak menggunakan tema dan kata – kata yang berhubungan dengan alam, seperti waka dan renga, dan sama halnya dengan haiku yang ditulis oleh para penyair terkenal sampai sekarang mempergunakan tema alam. Pada masa lampau, sebahagian besar orang – orang Jepang hidup sangat dekat dengan alam. Para penyair pada saat itu sering membuat analogi antara musim dengan keadaan yang terjadi di sekitarnya dalam membuat syairnya masing - masing, seperti memadukan keadaan yang sangat sepi dan sengsara dengan musim dingin, alasannya adalah karena di musim dingin, cuaca sangat dingin, matahari tidak bersinar, sehingga membuat orang tidak mau keluar dari rumahnya, dan oleh karena itu jarang ditemui adanya kegiatan yang dilakukan oleh orang secara berkelompok, yang dapat ditemukan hanyalah suasana sepi dan muram. Namun, dengan banyaknya ditemukan puisi yang menggunakan tema dan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kata – kata yang berhubungan dengan alam dalam mencitrakan keadaan yang dialami, maka hal ini menjadi suatu kebiasaan untuk menghasilkan syair – syair menurut keadaan musim – musim yang ada di Jepang. Tema alam yang paling umum digunakan dalam haiku yaitu berupa pergantian musim, dimana di Jepang terdapat empat musim. Masing – masing musim ini memiliki keindahan yang berbeda yang dapat dituangkan dalam puisi, salah satunya seperti mekar dan gugurnya bunga sakura dan lain sebagainya. Mulai sejak zaman dahulu, kata – kata khusus dan ungkapan – ungkapan harus mengandung makna – makna tentang empat musim tersebut. Sekarang ini masyarakat Jepang menyebut kata – kata dan ungkapan penggunaan tema empat musim ini disebut juga dengan Kigo. Karenanya makna haiku terkadang diidentikkan dengan puisi yang memerlukan kemampuan penyair dalam memahami alam.

2.2. Keistimewaan Haiku