BAB III LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas landasan teori yang dijadikan pedoman dalam penelitian Tugas Akhir ini diantaranya adalah aktivitas masinis, keluhan
musculoskeletal, REBA Rapid Entire Body Assessment, antropometri, tingkat intensitas bunyikebisingan, temperatur udara dan teknik pengambilan sampel.
3.1. Masinis
2
Masinis adalah seorang pengemudi lokomotif. Adapun syarat-syarat untu menjadi masinis adalah sebagai berikut:
1. Tidak seorangpun boleh diserahi kewajiban untuk mengemudika lokomotif sebagai masinis sebelum ia bekerja sebagai calon masinis selama dua tahun, atau
sebelum ia bekerja satu tahun di Balai Yasa bagian pesawat-pesawat diesel ditambah satu tahun bekerja sebagai calon masinis atau juru motor.
2. Selanjutnya dalam perjalanan percobaan dan pada waktu pemeriksaan ia harus membuktikan bahwa ia:
a. Cukup paham dalam mengemudikan dan memelihara lokomotif. b. Mempunyai kecakapan bekerja sebagai tukang tempa dan tukang bubut,
pandai memperbaiki kerusakan –kerusakan kecil yang sering kali terdapat pada lokomotif.
2
Reglemen16A. 1973. Perusahaan Jawatan Kereta Api. Balai Grafika Perjanka : Bandung
Universitas Sumatera Utara
c. Mempunyai pengetahuan cukup tentang undang-undang dan peraturan- peraturan Perusahaan Jawatan Kereta Api dan tentang pemakaina motor-
diesel. d. Pandai membaca dan menulis.
3. Seorang masinis harus mempunyai tinggi badan paling sedikit 1,60 meter. 4. Akhirnya ia diperiksa mengenai ketajaman penglihatan dan pendengarannya
sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku bagi masinis yang harus mengemudikan sendiri suatu lokomotif.
5. Apabila telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan , maka diberikan sebagai tanda kecakapan oleh Kepala Dinas Traksi dan Material KT.
6. Masa pelajaran dua tahun, dalam keadaan luar biasa dapat dikurangi sebanyak 6 bulan oleh Direktur Utama Perusahaan Jawatan Kereta Api Dirma.
7. Seorang masinis tidak boleh jalan dinas menjalani suatu kereta api, sebelum ia paham benar tentang keadaan lintas yang dilewati kereta api.
3.2. Keluhan
Muskuloskeletal
3
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai pada yang sangat sakit.
Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, maka dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon.
3
Tarwaka.dkk, Ergonomi Untuk keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Uniba Press, Surakarta, 2004, p.117-120
Universitas Sumatera Utara
Keluhan hingga kerusakan ini disebut juga musculoskeletal disorders MSDs atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Keluhan sementara Reversible, yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, keluhan tersebut segera hilang apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap Persistent, yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih
berlanjut. Keluhan muskuloskeletal dapat terjadi oleh beberapa penyebab, diantaranya
adalah : 1. Peregangan otot yang berlebihan.
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja yang aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas
mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat. 2. Aktivitas berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu, dan sebagainya. Keluhan otot terjadi
karena otot menerima tekana akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh waktu untuk relaksasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Sikap kerja tidak alamiah. Posisi bagian tubuh yang bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan
tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya dapat menyebabkan keluhan pada otot skeletal.
4. Faktor penyebab skunder. Faktor skunder yang juga berpengaruh terhadap keluhan muskuloskeletal adalah
tekanan, getaran dan mikroklimat. 5. Penyebab kombinasi
Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya pekerja dihadapkan pada beberapa faktor resiko dalam
waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan aktivitas mengangkat beban di bawah tekanan panas matahari
3.3. Standard Nordic Questionnaire SNQ