BAB 3
BAHAN DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai Januari 2013 di Rumah Kaca Fakultas Pertanian USU Medan, Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
Departemen Biologi FMIPA USU Medan, dan Laboratorium Biologi Dasar LIDA USU Medan.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, polibag ukuran 30x25 cm, bak plastik, sendok semen, ayakan tanah, sprayer, timbangan digital,
spektrofotometer, mikroskop, meteran, silet, objek glass, cover glass, alu, mortar, corong, propipet, pipet serologi, gelas ukur, beaker glass, erlenmeyer, labu takar,
tisu, sterofoam, alumunium foil, refraktometer dan kamera digital. Bahan penelitian yang digunakan adalah benih cabai varietas Lokal, Genie dan Bhaskara,
air, NaCl, tanah humus, fungisida, insektisida, Borer, pemutih Bayclin, pupuk kompos, dan aseton 80, alkohol 70 dan aquadest.
3.3 Metodologi Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL Faktorial yang terdiri dari tiga varietas cabai rawit Capsicum frutescens
L. dan enam tingkatan salinitas ppm.
Universitas Sumatera Utara
Varietas cabai rawit: V
1
= varietas Lokal V
2
= varietas Genie V
3
= varietas Bhaskara Tingkatan salinitas ppm:
S = 0 ppm pemberian NaCl kontrol
S
1
= 2000 ppm pemberian NaCl S
2
= 4000 ppm pemberian NaCl S
3
= 6000 ppm pemberian NaCl S
4
= 8000 ppm pemberian NaCl S
5
= 10000 ppm pemberian NaCl Jumlah seluruh perlakuan adalah 6 x 3 = 18 dengan 3 kali ulangan. Jumlah
seluruh plot penelitian adalah 6 x 3 x 3 = 54 plot penelitian.
3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Analisis Fisik dan Kimia Tanah
Analisis fisik tanah dilakukan dengan menentukan kapasitas lapang medium tanah. Menurut Sinaga 2007, penentuan kapasitas lapang dilakukan dengan
metode gravimetri yaitu dengan cara memberikan air berlebihan pada tanah, hal ini ditandai dengan terjadinya penetesan air keluar dari polibag yang diberi lubang
pada dasarnya. Setelah 24 jam pemberian air berlebihan tersebut atau disaat air di polibag sudah tidak menetes lagi, polibag yang berisi medium tanah tersebut
ditimbang. Berat saat itu dianggap sebagai berat media dalam keadaan kapasitas lapang BK, kemudian medium tanah tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu
70
o
C selama 48 jam dan ditimbang beratnya BO. Volume air yang disiram sama dengan air yang hilang. Jika BO merupakan berat media tanah kering tanpa air,
maka volume air yang disiramkan sebesar BK–BO. Untuk mengetahui kapasitas lapang medium digunakan rumus:
Universitas Sumatera Utara
Analisis kimia tanah dilakukan dengan mengukur parameter-parameter yang dinyatakan dalam bentuk daya hantar listrik DHL, persentase Na-tukar dan
Kapasitas Tukar Kation KTK. Juga dilakukan pengukuran C-organik, N-total, P- tersedia Hasibuan, 2008.
3.4.2 Persiapan Media Tanam
Media tanam berupa tanah humus yang telah dikering anginkan dan diayak terlebih dahulu untuk memperoleh tekstur tanah yang baik, kemudian tanah
dimasukkan ke dalam polibag sebanyak 5 kg. Tanah humus yang digunakan sebelumnya telah diketahui nilai kapasitas lapangnya dengan menggunakan
metode gravimetri.
3.4.3 Persiapan Bahan Tanaman
Bahan tanam yang digunakan berupa benih tiga varietas cabai rawit, yaitu varietas Lokal yang diperoleh dari Naga Timbul Dusun I Tanjung Morawa,
varietas Genie dan varietas Bhaskara diperoleh dari Balai Benih Jalan Bintang No. 38C46B. Benih cabai rawit diseleksi yaitu berwarna kuning, bentuknya tidak
keriput dan tenggelam ketika direndam dalam air.
a. Cabai Rawit Varietas Lokal Tumbuh di semak-semak. Tanaman herba, tegak, bercabang. Tinggi
tanaman 1-1,6 meter. Daun tersebar, sama besar atau tidak sama besar. Tangkai 3-6 cm, helaian daun berbentuk lanset dengan pangkal meruncing dan ujung
menyempit. Lebar daun 4-7 cm. Bunga di ujung atau diketiak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk. Bunga bentuk lonceng berwarna putuh
kehijauan. Kelopak 5 helai, mahkota 5 helai. Buah buni, bulat telur memanjang. Buah muda berwarna hijau, buah tua berwarna merah cerah. Panjang buah 2-3 cm,
diameter 1,2 cm. Jumlah biji 20-25 per buah.
Universitas Sumatera Utara
b. Cabai Rawit Varietas Genie Tanaman herba, tegak, bercabang. Tinggi tanaman 0,8-1 meter. Daun
tersebar, sama besar atau tidak sama besar. Tangkai 1,5-4 cm, helaian daun berbentuk lanset dengan pangkal meruncing dan ujung menyempit. Lebar daun
2,5-4,5 cm. Bunga di ujung atau diketiak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk. Bunga bentuk lonceng berwarna putuh keruh. Kelopak 5 helai,
mahkota 5 helai. Buah buni, bulat telur memanjang. Buah muda berwarna hijau, buah tua berwarna merah cerah. Permukaan buah mengkilap. Panjang buah sekitar
3-4 cm dan diameter buah sekitar 0,6 cm. Buah lebat dan rasa sangat pedas. Umur panen 50-55 hari setelah tanam. Tumbuh di dataran rendah dan tinggi. Produksi
per pohon mencapai 1 kg dan perkecambahan 85. c. Cabai Rawit Varietas Bhaskara
Tanaman herba, tegak, bercabang. Tinggi tanaman 0,9-1,1 meter. Daun tersebar, sama besar atau tidak sama besar. Tangkai 1-5 cm, helaian daun
berbentuk lanset dengan pangkal meruncing dan ujung menyempit. Lebar daun 3- 6,5 cm. Bunga di ujung atau diketiak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang
mengangguk. Bunga bentuk lonceng berwarna putuh keruh. Kelopak 5 helai, mahkota 5 helai. Buah buni, Buah muda berwarna putih kekuningan, buah tua
berwarna oranye kemerahan atau merah cerah. Panjang buah 3-6 cm, diameter 0,7 cm. rasa yang sangat pedas. Umur panen 64 hari setelah pindah tanam,potensi
hasil sekitar 0.8 kg tanaman.
3.4.4 Penyemaian Benih
Media persemaian terdiri dari campuran tanah humus dan kompos 1:1. Sebelum disemai, bibit direndam dalam air hangat selama 1-2 jam untuk
mempercepat perkecambahan. Benih disebar merata pada wadah berisi media tanah kemudian ditutupi tipis tanah, kemudian diletakkan di tempat yang dinaungi
hingga berumur 7-8 hari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008. Setelah bibit berkecambah membentuk 4 helaian daun, bibit dipindahkan ke
polibag besar.
Universitas Sumatera Utara
3.4.5 Penanaman
Tanaman cabai yang telah berumur satu bulan dan memiliki ukuran yang seragam meliputi tinggi tanaman dan diameter batang untuk tiap perlakuan
dipindahkan dan di tanam ke dalam polibag yang telah berisi tanah yang telah dipersiapkan sebelumnya.
3.4.6 Pemeliharaan Tanaman disiram dengan air tanpa perlakuan selama satu minggu pertama
pertumbuhan di polibag agar tanaman beradaptasi dengan lingkungan di polibag dan pertumbuhannya seragam. Penyemprotan pestisida, fungisida, dan insektisida
dilakukan jika terjadi serangan penyakit dan dilakukan penyiangan jika terdapat gulma.
3.4.7 Perlakuan
Tanaman yang telah berumur empat minggu setelah tanam diberi perlakuan dengan penyiraman NaCl sesuai dengan tingkatan konsentrasi yang
sudah ditentukan yakni 0 ppm sebagai kontrol, 2000 ppm, 4000 ppm, 6000 ppm, 8000 ppm, dan 10000 ppm. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kapasitas lapang
yang telah ditentukan Pengukuran besar konsentrasi NaCl dilakukan dengan menggunakan alat refraktometer. Penyiraman dengan NaCl dilakukan sekali
diawal. Perlakuan pada masing-masing varietas dihentikan sampai akhir fase vegetatif tanaman yang ditandai dengan munculnya bunga.
3.4.8 Pengamatan Variabel yang Diamati
a. Tinggi tanaman cm, diukur dari leher akar sampai daun terakhir yang telah membuka sempurna setiap minggu. Tinggi tanaman yang dianalisa adalah
tinggi tanaman pada minggu terakhir fase pertumbuhan vegetatif.
Universitas Sumatera Utara
b. Diameter batang cm, diukur setiap minggunya dengan menggunakan jangka sorong. Diameter batang yang dianalisa adalah diameter batang pada minggu
terakhir fase pertumbuhan vegetatif. c. Bobot kering tajuk g, setelah dilakukan pemanenan, tanaman dikeringkan di
dalam oven dengan suhu 70
o
C selama 48 jam atau sampai didapatkan bobot yang konstan.
d. Bobot kering akar g, akar dikeringkan di dalam oven dengan suhu 70
o
C selama 48 jam atau sampai didapatkan bobot yang konstan. Dilakukan setelah
pemanenan. e. Rasio tajuk dan akar, dihitung pada akhir penelitian dengan cara
membandingkan berat kering tajuk dengan berat kering akar. f. Jumlah Klorofil mgl, dihitung pada akhir percobaan dengan menggunakan
alat spektrofotometer. Menurut Yoshida et al 1971, penghitungan jumlah klorofil dapat dilakukan sebagai berikut yaitu daun cabai rawit segar sebanyak
0,5 gram disayat dan diletakkan ke dalam mortar, lalu kemudian digerus, dan ditambahkan aseton 80 sebanyak 20 ml dan digerus kembali hingga klorofil
meluruh pada aseton. Hasil gerusan disaring ke dalam labu takar, ditambahkan aseton 80 kembali hingga garis batas pada labu takar yang menunjukkan 50
ml, kemudian dihomogenkan dengan cara diaduk. Pengenceran dilakukan dengan cara mengambil 2,5 ml larutan ke dalam 25 ml aseton 80 dan
dihomogenkan kembali. Kemudian dimasukkan ke dalam kuvet spektrofotometer dan dihitung jumlah klorofilnya. Rumus menghitung jumlah
klorofil adalah sebagai berikut: Menghitung jumlah klorofil a
= 0,0127 x A663-0,00269 x A645 mgl
Menghitung jumlah klorofil b = 0,0229 x A645-0,00468 x A663
mgl
Yoshida et al. 1971 Dimana, A645 = nilai absorbansi pada panjang gelombang 645 nm
A663 = nilai absorbansi pada panjang gelombang 663 nm A652 = nilai absorbansi pada panjang gelombang 652 nm
Universitas Sumatera Utara
34,5 = koefisien absorbsi spesifik untuk pigmen klorofil a
dan b pada panjang gelombang 652 g. Diameter akar cm, diukur setelah pemanenan dengan menggunakan jangka
sorong. h. Kerapatan stomata nmm bagian atas daun adaksial dan bawah daun
abaksial, dihitung setelah pemanenan dengan menggunakan mikroskop. Sayatan daun adaksial dan abaksial dibuat membujur, diusahakan setipis
mungkin, lalu diletakkan di atas object glass, kemudian tetesi dengan sedikit air dan ditutup dengan cover glass. Sayatan tersebut diamati di bawah
mikroskop dan dihitung kerapatan stomatanya dengan membandingkan jumlah stomata dengan satuan luas pandang. Mikroskop yang digunakan adalah
mikroskop biokamera merk Axio Carl Zeiss dan luas pandang diukur dengan mikrometer yang telah tersedia pada mikroskop sebesar 0,056 mm.
i. Tebal daun mm, diukur setelah pemanenan dengan menggunakan mikrometer dan mikroskop. Dibuat sayatan melintang daun, diusahakan
setipis mungkin, dijernihkan dengan pemutih selama 10 menit, dibilas dengan aquadest, lalu diletakkan di atas object glass, kemudian tetesi dengan sedikit
air dan ditutup dengan cover glass. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.
3.4.8 Analisis data
Data diolah menggunakan analisis sidik ragam ANOVA, bila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range
Test DNMRT pada taraf uji 5.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tinggi Tanaman cm
Analisis sidik ragam rata-rata tinggi tanaman tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas Lampiran 5.a menunjukkan bahwa salinitas dan
varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, namun interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata. Pengaruh tingkat salinitas terhadap tinggi
tanaman dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata- rata tinggi tanaman cm tiga varietas cabai rawit pada berbagai
tingkat salinitas Varietas
Konsentrasi NaCl ppm Rata-
rata 2000
4000 6000
8000 10000
V1 Lokal
94,13
±10,56
84,13
±13,55
81,37
±9,45
76,73
±4,96
70,27
±10,15
68,67
±11,47
79,22
a
V2 Genie
75,4
±12,57
65,2
±10,45
64,73
±9,9
64,57
±6,0
52,63
±1,80
48,63
±7,0
61,86
b
V3 Bhaskara
63,03
±3,43
53,43
±4,24
48,33
±7,99
44,43
±8,56
32,4
±2,72
30,17
±1,51
45,3
c
Rata- rata 77,52
a
67,59
a
64,81
a
61,90
a
51,77
b
49,15
b
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah uji Duncan pada taraf 5
Dari Tabel 1 dapat dilihat pengaruh salinitas terhadap rata-rata tinggi tanaman ketiga varietas cabai rawit tidak berbeda nyata pada tingkat pemberian
NaCl 0-6000 ppm namun berbeda nyata dengan rata-rata tinggi tanaman cabai rawit pada tingkat pemberian NaCl 8000-10000 ppm. Pada ketiga varietas cabai
rawit, terdapat perbedaan nyata rata-rata tinggi tanaman antara ketiga varietas cabai rawit tersebut, dimana rata-rata tinggi tanaman tertinggi adalah varietas
Lokal V1 yaitu 79,22 cm, varietas Genie V2 yaitu 61,86 cm dan varietas Bhaskara V3 yaitu 45,3 cm. Pengaruh salinitas terhadap tinggi tanaman tiga
varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Pengaruh salinitas terhadap tinggi tanaman V1 = -4.95x + 91.61 dan R
2
= 0.95; V2 = -4.90x + 74.12 dan R
2
= 0.89; V3 = -6.60x + 61.82 dan R
2
= 0.97
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi tanaman ketiga varietas cabai rawit menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000
ppm. Laju penurunan tinggi tanaman varietas Bhaskara V3 adalah 6,6 cm, varietas Lokal V1 adalah 4,95 cm dan varietas Genie V2 adalah 4,9 cm setiap
ppm peningkatan salinitas. Hal ini disebabkan karena kadar garam yang tinggi di tanah dapat menghambat penyerapan air oleh tumbuhan sehingga akan
mengganggu pembelahan sel tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Neto et al. 2004 bahwa salinitas menyebabkan perubahan pada parameter morfologi
seperti tinggi tanaman. Hal ini didukung oleh Chartzoulakis dan Klapaki 2000 yang menyatakan bahwa pemberian NaCl diatas 1500 ppm dapat menghambat
pertumbuhan tinggi tanaman cabai merah. Sedangkan hasil penelitian Yuniati 2004 menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi NaCl diatas 4000 ppm mampu
mengurangi tinggi pada tanaman jagung.
Sipayung 2003 menyatakan bahwa salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan
pembelahan sel serta menghambat produksi protein. Tanaman yang mengalami stress garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan
langsung tetapi pertumbuhan yang terhambat, antara lain menghambat
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Follet et al. 1981, peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik
sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang
sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman. Semakin tinggi kadar garam yang diberikan, maka pertumbuhan dan pembesaran
sel akan terhambat. Akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terganggu dan tertekan serta menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman pada kondisi
normal
4.2 Diameter Batang cm