Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi bertujuan untuk: 1. Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi, 2. Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing metode yang ada, 3. Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan, dan implementasi untuk penilaian status gizi Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008.

A. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Ada beberapa cara penilaian status gizi secara langsung, yaitu tes laboratorium, biofisik, pemeriksaan tanda-tanda klinis, dan pengukuran antropometri. 1. Biokimia Pada pemeriksaan biokimia dibutuhkan spesimen yang akan diuji, seperti darah, urin, tinja, dan jaringan tubuh seperti otot, tulang, rambut, kuku, dan lemak bawah kulit. 2. Pemeriksaan tanda-tanda klinik Penilaian tanda-tanda klinik berdasarkan pada perubahan yang terjadi yang berhubungan dengan kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi yang dapat dilihat pada jaringan epitel di mata, kulit, rambut, mukosa, mulut dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjer tiroid Hartono, 2000. 3. Pengukuran Antropometri Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh. Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan Universitas Sumatera Utara sebagai metode Penilaian Status Gizi, yaitu: 1. Kurang energi, protein KEP, khususnya pada anak-anak dan ibu hamil, 2. Obesitas pada semua kelompok umur. Penilaian status gizi dengan menggunakan antropometri ini memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan pengukuran antropometri yaitu: 1. Relatif murah, 2. Cepat, 3. Objektif, 4. Gradabel, dapat dirangking apakah ringan, sedang, atau berat, 5. Tidak menimbulkan rasa pada responden. Keterbatasan pengukuran antoprometri yaitu: 1. Membutuhkan data referensi yang relevan, 2. Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada peralatan belum dikalibrasi, kesalahan pada observer kesalahan pengukuran, pembacaan, peralatan, 3. Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi karena kurang energi dan protein, tidak dapat memperoleh informasi karena defisiensi zat gizi mikro. Macam-macam pengukuran antropometri yang biasa digunakan untuk melihat pertumbuhan adalah sebagai berikut: a. Massa Tubuh Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang sebagai indikator status gizi bagi dengan off point 2,500 gram dikatakan sebagai bayi dan BBLR. Menilai status gizi biasanya berat badan dihubungkan dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan. b. Pegukuran Linier panjang Dasar pengukuran Linier adalah tinggi panjang atau status dan merefleksikan pertumbuhan skletal. Pengukuran linier lainnya seperti tulang Universitas Sumatera Utara biasanya digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya : panjang lengan atas atau kaki. c. Tinggi Badan Pengukuran tinggi badan seseorang pada prinspnya adalah mengukur jaringan tulang skletal yang terdiri dari kaki, pinggul, tulang belakang, dan tulang tengkorak. Penilaian status gizi pada umunya hanya mengukur total tinggi Panjang yang diukur secara rutin. Tinggi badan yang dihubungkan dengan umur dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu. d. Panjang Badan Panjang badan dilakukan pada balita yang berukuran kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu pengumpulan data tinggi badan. e. Lingkar Kepala Pengukuran lingkar kepala biasanya digunakan pada anak yang digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti Hydrocephalus ukuran kepala besar atau Microcephaly ukuran kepala kecil. f. Lingkar Dada Pengukuran lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun sehingga biasa digunakan pada anak usia 2-3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai indikator KEP pada balita. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh lebih lambat dari pada Universitas Sumatera Utara lingkar dada. Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan dada yang lambat sehingga rasio lingkar dada dan kepala 1. g. Lingkar Lengan Atas Lingkar Lengan Atas LILA biasa digunakan pada anak balita. Pengukuran LILA dipilih karena pengukuran relatif mudah, cepat, harga alat murah, tidak memerlukan data umur untuk balita kadang kala susah untuk mendapatkan data umur yang tepat. h. Tinggi Lutut Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan sehingga data tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang Hartono, 2000. i. Komposisi Tubuh Otot dan lemak merupakan jaringan lemak bervariasi pada penderita KEP. Antropometri jaringan dapat dilakukan pada jaringan tersebut untuk menilai status gizi anak masyarakat. Indeks antropometri merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur. Beberapa indeks antropometri adalah sebagai berikut: Berat badan terhadap umur : Indikator status gizi kurang saat sekarang, kadang umur secara akurat sulit didapat, growth monitoring, pengukuran yang berulang dapat mendeteksi kegagalan pertumbuhan karena kurang energi, protein atau infeksi. Universitas Sumatera Utara Tinggi badan terhadap umur : Indikator status gizi masa lalu, indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa, kadang umur secara akurat sulit didapat, berat badan tinggi badan, mengetahui proporsi badan gemuk, normal, kurus, indikator status gizi saat ini, umur tidak boleh diketahui. Lingkar lengan atas terhadap umur : Dapat mengindentifikasi KEP pada balita, tidak memerlukan data umur yang kadang sulit, dapat digunakan pada saat emergency, membutuhkan alat ukur yang murah pengukuran Hartono, 2000.

B. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung