Upaya masyarakat dalam meningkatkan status Gizi anak

yang sama maka masyarakat yang ikut berkontribusi berada dalam landasan yang sama. Kesediaan masyarakat yang berperan untuk berkontribusi dalam membangun untuk mencapai tujuan bersama sudah pasti memerlukan sumber daya baik tenaga, dana dan sarana, sumber daya ini dapat berasal dari masyarakat yang berkontribusi. Dengan demikian jelas bahwa untuk mencapai tujuan bersama, diperlukan pengorbanan dari masing-masing masyarakat yang berkontribusi. Pengorbanan ini dapat dalam bentuk tenaga, pikiran, dana dan biaya, materi ataupun sekurang-kurangnya waktu. Pengorbanan ini harus dipahami dan dimaklumi oleh semua anggota yang terjalin bagi masyarakat yang berkontribusi Notoatmodjo, 2007.

1.3. Upaya masyarakat dalam meningkatkan status Gizi anak

Dalam upaya memperluas jaringan pelayanan kesehatan dasar ditingkat desa, karena tahun 2007 ditingkatkan pelaksanaan Politeknik Kesehatan Desa sebagai salah satu upaya perwujutan Desa Siaga. Pendekatan yang positif terhadap kader memegang peranan dalam menggerakkan masyarakat dalam melakukan faktor group diskusi yang terjadi di masyarakat bahwa gizi buruk dan gizi kurang merupakan masalah mereka. Maka upaya yang dilakukan memampukan masyarakat untuk menyadari dan mengatasi masalahnya dengan sendiri Mulia, 2007. Meningkatkan akses masyarakat dalam pelayanan kesehatan dengan lebih mendekatkan prasarana pelayanan ke komunitas-komunitas miskin, atau menerapkan sistem pelayanan keliling dan meningkatkan peran masyarakat yang Universitas Sumatera Utara telah menjadi kader sebagai petugas kesehatan yang telah dipilih untuk memonitori status kesehatan anak terutama mengenai Gizi di Posyandu dan kesehatan masyarakat Mulia, 2007. Pelatihan kader sebagai petugas kesehatan secara berjenjang, mendorong swadaya masyarakat lewat pembentukan Desa Siaga dalam melakukan edukasi mengenai gizi agar orangtua biasa memberikan makanan yang tepat untuk mempertahankan status gizi anak yang telah dipilihkan. Semua anak gizi kurang untuk selanjutnya meningkatkan status gizi baik, pertambahan berat badan perbulan, tidak perlu pertahankan lagi sehingga anak tetap berada dalam daerah gizi baik Toni, 2009. Adanya kesepakatan bersama oleh masyarakat agar setiap anak tumbuh sehat dibentuklah Pos Gizi yang merupakan kegiatan bagi ibu. Ibu yang mempunyai anak gizi kurang atau gizi buruk. Kebiasaan baik dalam mengasuh anak juga bisa didapatkan dari interaksi dan tukar pengalaman sesama masyarakat. Ibu selama kegiatan Pos Gizi Pusdman, 2008. Dalam Pos Gizi anak juga diberikan makanan tambahan, bukan hanya itu saja para kader juga mempelajari menyusun menu seimbang menurut kemampuan ekonomi dan kebudayaan masing-masing dan agar masyarakat mengerti slogan 4 sehat 5 sempurna, dalam makanan sehari-hari untuk berbagai golongan umur. Pola makan dan kebiasaan makanan di Indonesia susunan menu terdiri dari: A. Makanan pokok yaitu : nasi, jagung, singkong, sagu dan sebagainya. B. Lauk- pauk yaitu : ikan, telur, daging, tahu, tempe. C. Sayur - mayur yakni : sayur urap, tumis berkuah dan lalapan mentah. D. Buah-buahan yaitu : pisang, pepaya, Universitas Sumatera Utara nenas dan jeruk, serta E. Susu terutama untuk anak. Kader juga mengajarkan cara memasak yang benar, menyuapi, cuci tangan, pakai sabun, gosok gigi. Peserta Pos Gizi akan ditimbang berat badan awal ikut Pos Gizi Joen, 2008. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajar dan memotivasi partisipasi masyarakat. Di antaranya adalah : 1.3.1. Partisipasi dengan paksaan artinya memaksa masyarakat untuk ikut dalam suatu program, baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisannya. Cara ini akan lebih baik hasilnya, dan lebih mudah, akan tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget. Karena dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan. Akibat masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program. 1.3.2. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi yakni suatu partisispasi yang didasari pada kesadaran. Sukar ditumbuhkan, dan akan memakan waktu yang lama, tetapi bila tercapai hasilnya ini akan mempunyai rasa memiliki, dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya, baik secara langsung dan tidak langsung Notoatmodjo, 2007

1.4. Program Masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak