RANCANGAN DRIVESHAFT Sudut-sudut Kerja Driveshaft Universal Joint

285 Gambar 7.19 – Driveshaft jenis “Non-parallel”; Sudut “A” dan “B” adalah sama Pada instalasi jenis non-parallel broken back, sudut kerja joint pada A dan B adalah sama, namun demikian, flangeyoke tidak sejajar, yaitu jika flange atau yoke diturunkan 3 derajat dari bidang horisontal, sedangkan axle pinion flange dinaikkan 12 derajat, sudut kerja AB driveshaft ini harus sama untuk shaft agar bekerja lancar.

E. Sudut-sudut Kerja Driveshaft Universal Joint

Universal joint memiliki sudut maksimum dimana joint ini mampu mentransmisi torsi dengan lancar; sudut ini tergantung dari sebagian dari ukuran dan rancangan joint. Melampaui sudut kerja maksimum yang dianjurkan akan sangat mengurangi masa pakai universal joint. Sudut-sudut besar yang dipadukan dengan rpm tinggi merupakan kombinasi terburuk, yang dapat mengakibatkan masa pakai universal joint menjadi lebih pendek karena getaran berlebihan dan fluktuasi kecepatan yang tidak merata. Secara ideal, sudut kerja pada masing-masing ujung driveshaft harus sama atau dalam satu derajat antara satu sama lain, memiliki sudut kerja maksimum 3 derajat dan sekurang-kurangnya sudut kerja setengah derajat. 286 Kecepatan putar RPM driveshaft merupakan faktor utama dalam menentukan sudut kerja maksimum yang diperbolehkan. Baca tabel di bawah ini. Kecepatan Putar RPM Driveshaft Sudut Kerja Maksimum 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 11º30‟ 8º40‟ 7º 5º50‟ 5º 4º15‟ 3º40‟ 3º15‟ Dengan sudut-sudut kerja yang sama, driving shaft shaft penggerak dan driven shaft shaft yang digerakkan akan berputar pada kecepatan yang konstan dan sama. Jika sudut-sudut kerja dua universal joint yang berhadapan berubah- ubah lebih dari satu derajat, driveshaft tersebut tidak akan berputar dengan lancar, dan akan terjadi getaran yang berlebihan. Sudut-sudut menjadi lebih besar jika suspensi kendaraan melentur untuk melintasi rintangan, ini terjadi pada kecepatan rendah, sehingga bukan merupakan masalah besar kecuali bila sudut-sudut Drive Line untuk dimulai. 287 7. DRIVESHAFT PHASING Gambar 7.20 – Driveshaft akan menambah dan mengurangi kecepatan setelah masing-masing putaran Heavy-duty universal joint memiliki karakteristik yang unik. Karena heavy-duty universal joint selalu bekerja pada suatu sudut, mereka tidak mentransmisi torsi yang konstan atau berputar pada kecepatan yang seragam selama putaran 360 derajatnya Gambar 7.20. Gambar 21 – Dua buah universal joint berada pada fase yang sama akan menghilangkan fluktuasi kecepatan di dalam driveshaft. Pada drive yoke yang bekerja pada RPM konstan, driveshaft akan menambah dan mengurangi kecepatan setelah setiap putaran. Untuk mengatasi fluktuasi kecepatan driveshaft ini, dua buah universal joint digunakan dan ditempatkan dalam fase yang sama in-phase Gambar 7.21. 288 Gambar 7.22 – Sebuah driveshaft berada dalam fase yang sama ketika lug pada tube yoke dan slip yoke lurus satu sama lain. Bila berada dalam fase yang sama in-phase, slip yoke lug dan tube yoke lug lurus Gambar 7.22. Biasanya, ini adalah kondisi yang ideal dan memberikan putaran shaft yang lancar. Harus ada sebuah anak panah peluruspenyejajar alignment arrow yang dicap pada slip yoke dan pada tube shaft untuk memastikan phasing yang tepat ketika merakit komponen-komponen ini. Jika tanda alignment tidak ada, tanda-tanda tersebut dapat ditambahkan sebelum pembongkaran shaft untuk memastikan perakitan kembali yang tepat.

F. Inspeksi Driveshaft

Driveshaft harus diinspeksi dengan cermat sesuai dengan interval penyervisan yang dianjurkan pabrik pembuat kendaraan yang asli. Sebelum menginspeksi driveshaft, semua beban harus dilepaskan dari joint, yaitu kendaraan harus berada di permukaan yang rata, transmisi harus dalam posisi netral kecuali transmisi manual dan rem parkir harus lepas. Pastikan roda-roda diganjal untuk mencegah agar kendaraan tidak meluncur. 289 CATATAN: Prosedur berikut ini harus dilaksanakan sebelum pelumasan universal joint atau slip member. Penambahan bahan pelumas dapat menutupi kelonggaran di dalam sebuah komponen yang mulai menunjukkan aus dan perlu diganti.

G. Sambungan-sambungan ujung End Fitting

Gambar 7.23 Inspeksi secara visual semua input mur atau baut penahan sambungan ujung input dan output untuk mengetahui apakah terdapat celah antara permukaan-permukaan hubung mating surface. Jika terdapat celah, baca pedoman penyervisan dan pemeliharaan transmisi, axle atau transfer case yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat alat untuk memperoleh spesifikasi fastener yang tepat. Periksa semua sambungan ujung end fitting input dan output apakah terdapat kelonggaran atau bagian belakang yang patah. Pegang end fitting dengan kedua tangan. Usahakan