Obyek dakwah mad’u

b. Muballigh harus mampu mencari dan mendapatkan informasi mengenai ciri- ciri objektif objek dakwah serta kondisi lingkungannya. c. Berdasarkan informasi yang diperoleh dengan kemampuan pertama dan kedua di atas seorang da’I akan mampu menyusun langkah-langkah perencanaan bagi kegiatan dakwah yang dilakukannya. d. Berkemampuan untuk merealisasikan perencanaan tersebut dalam melaksanakan kegiatan dakwah. 27 Jadi secara umum yang berperan sebagai pelaku dakwah adalah: Setiap muslim atau muslimat yang mukallaf dewasa – dimana bagi mereka berkewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah “sampaikanlah walaupun satu ayat” dan secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama. 28

b. Obyek dakwah mad’u

Obyek dakwah adalah sasaran dari kegiatan dakwah atau yang dikenal dengan sebutan mad’u, dalam ilmu komunikasi disebut komunikan, yakni manusia yang merupakan individu atau bagian dari komunitas tertentu. “Mempelajari tentang unsur ini merupakan suatu keniscayaan dalam keberhasilan suatu dakwah.” 29 Guna pesan dakwah yang disampaikan dapat berbekas dan berpengaruh dalam kehidupan individu atau sosial masyarakat. 27 . Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Tabligh, Islam Dan Dakwah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Tabligh Jogjakarta 1987, h. 137 – 142. 28 Ali Aziz, Ibid, h, 89 29 Faizah, H. Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006 h. 70 Menurut Wardi Bachtiar, “Obyek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih, yaitu masyarakat. Dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok, lapisan-lapisan, lembaga-lembaga, nilai-nilai, norma-norma, kekuasaan, proses perubahan”. 30 Mad’u atau obyek dakwah terdiri dari berbagai macam golongan manusia, oleh karenanya menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri ke dalam profesi, ekonomi, dan seterusnya. Mad’u yang kita sebut juga sebagai sasaran dakwah, dilihat dari aspek kelompok masyarakat terbagi menjadi; 31 1. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat didaerah marginal, dan kota besar. 2. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga. 3. Sasaran kelompok msyarakat dilihat dari segi sosial kultural berupa golongan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat pada masyarakat Jawa. 4. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua. 5. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan kaya, menengah dan miskin. 6. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi okupasional profesi dan pekerjaan berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negri dan lain-lain 30 Dr. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Jakarta: Logos, 1997, h.31 31 M. Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara, 1993, h. 47 Sedangkan Faizah dan Lalu Muchsin dalam bukunya Psikologi Dakwah, menjelaskan secara psikologis, manusia sebagai obyek dakwah dapat dibedakan oleh berbagai aspek, yakni: 1. Sifat-sifat kepribadian personality traits yaitu adanya sifat manusia yang penakut, pemarah, ramah, sombong, dan sebagainya 2. Intelegensi intelegence yaitu aspek kecerdasan seseorang mencakup kewaspadaan, kemampuan belajar, kecepatan berpikir, kesanggupan mengambil keputusan yang tepat dan cepat, kepandaian mengolah kesan-kesan atau masalah, dan kemampuan mengambil kesimpulan. 3. Pengetahuan knowledge 4. Keterampilan skill 5. Nilai-nilai values 6. Peranan roles 32 Quraish Shihab menjelaskan, bahwa dalam menjelaskan materi dakwah, Al-Qur’an terlebih dahulu meletakan prinsip bahwa manusia yang dihadapinya mad’u adalah makhluk yang terdiri dari unsur jasmani, akal dan jiwa, sehingga ia harus dipandang, dihadapi dan diperlakukan dengan keseluruhan unsur- unsurnya secara serempak dan simultan, baik dari segi materi maupun waktu penyajiannya. 33 Bentuk dakwah yang efektif adalah dengan memberikan contoh yang baik atau disebut dengan dakwah bil hal. 34 Karena sasaran akan lebih mudah dan lebih cepat menyerap nilai-nilai Islam melalui contoh-contoh yang konkret. Artinya, 32 Faizah, H. Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006 h. 70, h. 72 33 M. Quraish Shihab, Ibid, h. 196 34 Dakwah bil hal adalah bentuk sikap, prilaku dan kegiatan-kegiatan yang nyata yang interaktif yang mendekatkan masyarakat pada kebutuhannya yang secara langsung atau tidak langsung dapat mepengaruhi peningkatan kualitas keberagamaan. pelaku dakwah harus mempunyai prilaku dan sikap yang Islami sesuai dengan pesan kebajikan yang disampaikannya. 35

c. Media dakwah