Fungsi Strategi Komunikasi Strategi Komunikasi dan Ruang Lingkupnya

d. Menghidupkan kembali dan repositioning produk yang mudah “mentas” Teh Botol; e. Mengkomunikasikan benefit baru dari produk lama Pocari Swet, dulu hanya untuk atlet, sekarang untuk semua orang “menggantikan ion yang hilang sewaku tidur”; f. Mempromosikan penggunaan baru bagi produk lama Aqua perlunya minum yang jernih; g. Melibatkan orang dengan produk Kijang Innova untuk seluruh keluarga; h. Membangun interest atas kategori produk Rinso di kategori deterjen, Clear di kategori shampoo, Sun Light mencuci banyak piring kotor-PR campaign dengan Krisna Murti-kategori sabun cuci piring; i. Membuka pasar baru; j. Mencapai pasar sekunder; k. Memperkuat pasar yang lemah; l. Mendorong pencapaian iklan; m. Counteract atas penolakan konsumen terhadap iklan; n. Menembus kesemerawutan banyaknya iklan; o. Menjadikan iklan sebagai berita; p. Menguatkan iklan dengan pesan yang lebih meyakinkan modal testimoni diiklankan dan dibuat ajang-Rinso mencuci gunungan kaos kaki, demo memasak dengn Blue Band. Pada tahun 1988, The Chicago Chapter of the American Marketing Association dan Public Relations Sociaty of American melakukan kerja sama joint event dengan memuat seminar yang mereka beri judul Marketing and Public Relations: Allies in Mega Marketing. Tahun berikutnya, di San Diego State University, para praktisi dan academica ini bertemu lagi dalam suatu colloguium yang dinamakan A Challenge to the Calling: Pulic Relations Versus Marketing. Belakangan di Indonesia kita sering mendengarkan pro dan kontra mengenai ruang lingkup PR yang berbaur dengan marketing. Ahmad S. Adnanputra, pakar PR yang telah mengembangkan PR cukup lama di Indonesia misalya, secara tegas menyatakan bahwa sasaran tembak antara kedua konsep itu adalah 100 berbeda. Marketing digunakan kepada apa yang disebut target market pada segmentasi pasar yang dipilih, sedangkan public relations mempunyai sasaran target public yang lazim disebut stakeholder. Sebenarnya perbedaan ini sudah lama disadari oleh pelopor PR dari Inggris. Frank Jefkins yang membuka Jefkins School of Public Relations di Inggris, misalnya menandaskan bahwa ada 2 perbedaan pokok pandangan antara pakar PR Inggris dengan Amerika. Para pakar Inggria menurut Jefkins, selalu saja berupaya menariknya ke sisi lain agar PR dapat digunakan untuk menjual marketing.