Marketing Public Relation MPR

Pada tahun 1988, The Chicago Chapter of the American Marketing Association dan Public Relations Sociaty of American melakukan kerja sama joint event dengan memuat seminar yang mereka beri judul Marketing and Public Relations: Allies in Mega Marketing. Tahun berikutnya, di San Diego State University, para praktisi dan academica ini bertemu lagi dalam suatu colloguium yang dinamakan A Challenge to the Calling: Pulic Relations Versus Marketing. Belakangan di Indonesia kita sering mendengarkan pro dan kontra mengenai ruang lingkup PR yang berbaur dengan marketing. Ahmad S. Adnanputra, pakar PR yang telah mengembangkan PR cukup lama di Indonesia misalya, secara tegas menyatakan bahwa sasaran tembak antara kedua konsep itu adalah 100 berbeda. Marketing digunakan kepada apa yang disebut target market pada segmentasi pasar yang dipilih, sedangkan public relations mempunyai sasaran target public yang lazim disebut stakeholder. Sebenarnya perbedaan ini sudah lama disadari oleh pelopor PR dari Inggris. Frank Jefkins yang membuka Jefkins School of Public Relations di Inggris, misalnya menandaskan bahwa ada 2 perbedaan pokok pandangan antara pakar PR Inggris dengan Amerika. Para pakar Inggria menurut Jefkins, selalu saja berupaya menariknya ke sisi lain agar PR dapat digunakan untuk menjual marketing. Dan itulah yang dilakukan oleh orang-orang Amerika dewasa ini, yakni mengawinkan konsep PR dengan marketing. 18 Dalam uraiannya, Tomas L.Haris sebagai pencetus pertama konsep Marketing Public Relations, mendefinisikan MPR sebagai berikut: MPR is the process of planning, executing and evaluating programs that encourage purchase and consumer satisfaction through credible product with the needs, wnts, concerns and interests of consumers. Jadi, MPR adalah konsep PR yang relatif mempunyai relevansi bagi kegiatan marketing untuk membantu organisasi mencapai tujuan pemasarannya. 19 Menurut Ruslan Rosady “Marketing Public Relations MPR merupakan proses perencanaan dan pengevaluasian program-program yang merangsang pembelian dan kepuasan konsumen melalui komunikasi mengenai informasi yang dapat dipercaya dan melalui kesan-kesan yang menghubungkan perusahaan dan produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, perhatian dan kepentingan para konsumen”. 20 Dan menurut Saka Abadi dalam bukunya yang berjudul Pemasaran dan Komunikasi Keuangan “Marketing Public Relations sebagai suatu proses perencanaan, pelakasanaan dan pengevaluasian program-program yang memungkinkan terjadinya pembelian dan pemuasan konsumen melalui komunikasi yang 18 Rhenald Kasali, Sembilan Fenomena Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997, h. 36 19 Ludwing Suparmo, Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public Relations, Jakarta: PT. Indeks, 2001, h. 57-58 20 Saka Abadi, Pemasaran dan Komunikasi Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994, h. 46 baik mengenai informasi dari perusahaan terhadap citra merek Brand Image terhadap suatu produk tertentu”. 21 Dalam bisnis global saat ini, public relations dan marketing pemasaran digunakan untuk saling mendukung. Meskipun antara public relations dan marketing secara filosofis berbeda. Public relations bertujuan membangun citra kepada target publik sedangkan marketing bertujuan menjual produk product selling kepada target market. Perpaduan antara dua elemen penting organisasi ini melahirkan konsep “Marketing Public Relations” MPR. 22 Dalam kegiatan MPR ini sangat dibutuhkan kegiatan promosi atau pemasaran yang digunakan untuk mempromosikan sebuah produk, istilah promosi banyak diartiakan sebgai upaya membujuk orang untuk menerima produk, konsep, dan gagasan. 23 Menurut Philip Kotler menyatakan bahwa promosi merupakan bagian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan produk dan meyakinkan konsumen agar membelinya. 24 Sedangkan menurut Djaskim saladi dalam bukunya yang berjudul “Unsur-unsur inti Pemasaran” menyatakan bahwa promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli dan bertujuan untuk merubah 21 Rosady Ruslan, Marketing Public Relations, Jakarta: PT. Grasindo, 2002, h. 253 22 Rachmat Kriyantono, Public Relations Writing, Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2008, h. 57 23 Body Walker, Management Pemasaran, Jakarta: Erlangga, 2002, Edisi ke-2, h. 65 24 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Erlangga, 1993, h.94 sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga pembeli dan tetap mengingat produk tersebut. 25 Maka dapat disimpulkan bahwa promosi adalah suatu aktivitas yang mengarah pada pengenalan suatu produk tertentu dengan sasaran masyarakat luas serta dengan maksud dan tujuan untuk dapat diterima dikalangan masyarakat sehingga masyarakat memilih dan menggunakannya, dan inilah salah satu strategi perusahaan untuk mencapai visi misisnya. Dalam pelaksanaan kegiatan promosi perusahaan tidak dapat terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi dalam menentukan kombinasi terbaik dari variabel-variabel bauran promosi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan promosi adalah: 26 a. Dana yang tersedia Besarnya biaya yang digunakan tiap jenis kegiatan promosi pada media komunikasi berbeda-beda. Perusahaan harus menyesuaikan dengan dana yang tersedia. Jumlah dana yang tersedia merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan promosi. Perusahaan yang mempunyai dana untuk promosi cukup besar akan lebih efektif dan efesien melakukan kegiatan promosi, dibandingkan dengan promosi yang daanya terbatas. 25 Djaslim Saladi, Unsur-unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran, Bandung: CV. Mondar Maju, 1997, h. 21 26 William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Jakarta: Erlangga, 1991, h. 428 b. Sifat pasar Adanya beberapa macam sifat pasar yang mempengaruhi tercapinya pelaksanaan baruan promosi, yaitu: 1 Luasnya Pasar secara geografis Perusahaan yang mempunyai pasar lokal biasanya hanya mengadakan penjualan pribadi atau perorangan sebagai sarana promosinya. Hal ini berbeda dengn perusahaan yang memiliki pasar regional maupun internasional dimana sering menggunakan iklan sebagai alat promosi utama. 2 Konsentrasi Pasar Perusahaan melihat keseluruhan calon pembeli, dimana semakin sedikit calon pembeli semakin efektif penjualan tatap muka dibandingkan dengan periklanan. Bagi perusahaan yang hanya memusatkan penjualan pada satu tipe pembeli saja akan berbeda dengan perusahaan yang hanya memusatkan penjualannya pada beberapa kelompok pembeli. c. Sifat Produk Strategi promosi yang dilakukan oleh perusahaan, biasanya di pengaruhi oleh sifat produknya. Promosi yang baik harus memperhatikan spesifikasi dari jenis dan sifat produk yang di tawarkan untuk mencapai konsumen yang tepat. d. Tahap dan Siklus Kehidupan Barang dan Jasa Kemungkinan produk untuk menghasilkan keuntungan akan selalu berubah sepanjang waktu. Daur produk ini mempunyai tahap-tahap dimana terkandung peluang-peluang dan juga persoalan khusus hubungan dengan strategi pemasaran serta keuntungan yang diharapkan. Maka dengan mengenal tahap dimana produk atau kemana produk yang lebih baik dan lebih sesuai.

C. Lagu religi

Tak dapat dipungkiri bahwa lagu religi punya nilai tersendiri bagi penggemarnya. Namun mendengarkan musik religi sebaiknya tak sebatas lewat telinga, tetapi juga lewat hati. Karena lagu adalah jiwa,dibuat oleh sesuatu yang berjiwa. Hati dan sense of art dari manusia pembuatnya. Dibantu oleh campur tangan Tuhan yang tentunya juga berjiwa. Lagu religi ialah sebuah alunan nada dan bunyi yang dimana lirik lagu tersebut menceritakan tentang kepercayaan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Musik religi bagaimanapun punya kelebihan sendiri. Mampu menggugah kesadaran atas kebiasaan buruk seseorang lewat syair-syairnya yang menyentuh. Tujuan dari lagu religi yaitu menanamkan aqidah keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Serta syair-syair yang di buat untuk musik bernuansa religi pun tentu saja tak bisa sembarangan atau asal jadi. Tak bisa hanya sekedar memenuhi unsur keindahan saja tetapi musik religi harus punya nilai lebih, yakni lewat kekuatan syair-syairnya. Syair yang kuat tak akan mengurangi keindahan nuansa seni yang terkandung di dalamnya dan juga akan mengikat pembaca atau pendengarnya. Namun syair kuat tanpa keindahan akan terkesan kaku dan menggurui. Maka disinilah pentingnya pemilihan kata. Pemilihan kata yang indah namun tetap membumi. 27 Lagu religi yang dijumpai di toko-toko kaset ada banyak ragam. Ada yang begitu kental nuansa religinya hingga terkesan konservatif. Ada juga yang lebih umum. Mungkin ada yang masih ingat dengan irama lagu qasidahan di era 70-an yang konon begitu mendominasi perkembangan musik religi tanah air. Lalu ada lagu religi yang lebih kearah pop ringan seperti lagu-lagu Bimbo atau Ebiet. Dan di era 90-an mulai marak kelompok vocal seperti kelompok pemusik asal Malaysia yang begitu terkenal dikalangan komunitas muslim tertentu, yakni Raihan. Lagu-lagu Raihan tak selalu berbahasa Melayu atau Indonesia, tapi juga menyelipkan bahasa Arab. Hingga tak semua muslim mampu 27 Indriya R. Dani, Indri Guli, Kekuatan musik religi: mengurai cinta merefleksi iman menuju kebaikan universal, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2010, h. 59 memaknainya dengan baik. Meskipun begitu, tetap tak mengurangi ketertarikan muslim Indonesia dalam menerima kehadiran musik mereka. Lagu-lagunya dikenal sebagai kelompok musik nasyid lainnya yang kental religiusitasnya dan agak konservatif. Bahkan artis-artis papan atas