Sumber – sumber stres dan proses appraisal

Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. diagnosa dokter membuat Iman terkejut, ia tidak mengerti mengapa istrinya menderita penyakit tersebut. Iman tetap berusaha mengobati istrinya dengan tetap melakukan pengobatan medis secara teratur. Perubahan perilaku istri Iman juga menyebabkan perubahan aktifitas rumah tangga. Iman harus melakukan dua tugas, tugas sebagai seorang suami dan tugas sebagai istri. Hal ini harus dilakukan Iman sebab istrinya tidak mau lagi melakukan aktifitas rumah tangga, istrinya lebih melakukan pekerjaan yang ia senangi tanpa menghiraukan keadaan rumah tangganya. Iman melakukan tugas-tugasnya sendiri tanpa bantuan keluarga ataupun lingkungan sekitar, ia berusaha menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap istri dan anaknya. Menghadapi berbagai situasi stres membuat Iman merasa tertekan, lelah, dan stres. Ia sempat berpikir untuk mengakhiri pernikahannya tetapi Iman tetap mempertahankan kehidupan rumah tangganya hingga saat ini, ia merasa anak-anaknya membutuhkan figur orangtua yang lengkap. Iman merasakan bahwa berbagai perubahan yang terjadi semenjak istrinya sakit merupakan beban yang sangat berat dan menjadi sumber stres bagi dirinya. Akan tetapi, Iman tetap berusaha untuk menjalaninya dan terus berharap bahwa suatu hari istrinya akan kembali sehat.

c. Sumber – sumber stres dan proses appraisal

Stres tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia. Stres bisa muncul dari berbagai masalah yang dihadapi oleh individu. Sumber stres bisa Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. muncul dari berbagai situasi, salah satunya adalah situasi yang sedang dihadapi Iman, yaitu penyakit Skizofrenia Paranoid yang diderita istrinya. Sebelum didiagnosa menderita skizofrenia, perilaku-perilaku yang berbeda mulai diperlihatkan oleh istri Iman, dimulai dari timbulnya rasa curiga, takut yang berlebihan, mendengar suara-suara dan cemburu yang berlebihan terhadap Iman. Perilaku tersebut membuat Iman merasa bingung dan tidak mengerti sebab ia merasa tidak pernah melakukan sesuatu seperti yang dituduhkan oleh istrinya. “...ya disitula pikiran dia takut-takut, kadang-kadang dikejar bayang- bayang, perasaan dia mau apa namanya istilahnya, diancam orang...” R1.W1.b.0005-0010.h.1 “...abang rasain tuduhan, curiga, kadang ada yang bisik-bisik di telinganya, suami kau disana sama orang naik sepeda, macam- macam, sampe dibilangnya kau gigolo. Iya, macam-macam, pekerjaan kau bukan jualan aja diluar sana.” R1.W1.b.0013-0020.h.1 “Ya, kayakmana la ya, pokoknya abang terus dicurigai, dicemburui...” R1.W1.b.0026-0028.h.1 Setelah mengetahui istrinya menderita skizofrenia, tidak hanya terkejut Iman juga merasa bingung, karena Iman sama sekali tidak tahu apa yang menyebabkan istrinya sampai terguncang jiwanya. Setelah itu Iman tetap memikirkan bagaimana caranya agar istrinya bisa kembali sehat. “...ya terkejut aja, orang pas abang ketemu kakak biasa-biasa aja, gak ada reaksi nampak gitu, udah pas abang punya anak satu itulah ketauan, terkejut juga abang waktu itu, yang abang rasakan ya gitula, kok sampe gini, abang kan gak tau asal usul dia sampe bisa stres, ya gitula, abang terkejut pokoknya. Orang waktu lajang sama anak gadis baik-baik aja, terkejut juga, kok bisa gini.” R1.W2.b.0958-0969.h.24 Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. “...pas abang rasain ada perubahan sama dia, dia sakit, abang langsung gini, langsung shock mendengarnya. Ya pernah ada pikiran kayakmana ini kalo gini terus, tapi yah harus dihadapi, dicarila jalan keluarnya.” R1.W2.b.0740-0745.h.17 Iman sangat terkejut melihat Istrinya sudah tidak taat beribadah padahal istri Iman sebelum menderita skizofrenia merupakan orang yang sangat taat beribadah, ditambah lagi pendidikan terakhir istrinya dari pesantren. Melihat situasi tersebut rasa curiga timbul pada diri Iman, ia berpikir mungkin saja istri Iman taat beribadah sebelum menikah hanya untuk menarik perhatiannya. Perubahan yang terjadi tersebut sampai membuat Iman merasa heran sampai menimbulkan stres. “...Dulu sepengetahuan abang dia orangnya alim, sholatnya gak pernah tinggal, kalau sekarang yang namanya sholat 5 kali satu hari gak pernah dikerjakan. Lebaran aja gak pernah dikerjain, gak mau. Ilmu dia yang dapat dari pesantren hilang semua...” R1.W1.b.0058-0068.h.2 “Pas kakak berobah udahla tekejut juga abang. Lho dulu dia baek-baek kok langsung gini, gimana...tekejut juga abang, stres juga ngadapinnya. Orang biasa sholatnya yang lima waktu dikerjakan terus biasa sholat sunat lainnya pun kan dikerjakan juga. Tau-tau yang lima waktunya sama sekali gak dikerjakan sekarang stres juga abang liatnya kan. Kok gitu kali perubahannya, hampir 100 persen, apa yang terjadi, gitula pikiran abang, tekejut juga abang.” R1.W1.b.0082-0083.h.2-3 “Tekejut, kok lain ini abang pikir, perasaan abang apa memang betul dia kayak gini dulu, atau memang o...sebelum, jadi dia mau sholat kayak orang muslim lainnya, rajin ngerjakan ini, tau-tau udah jadi berubah. Bertanya juga abang waktu pertama liat kayak gitu” R1.W1.b.0113-0122.h.3 “Lho kok gitu dulukan sholatnya yang lima waktu rajin, mau ngaji juga, suka ngaji juga kakak, mau juga, nyuruh anak-anakpun, eh..gak la belum sampe ya, masi kecil. Nyuruh abangpun ngingatin sholat, makanya abang tekejut kok bisa berubah, padahal dulu asal kami pigi jalan-jalan ke kampung didengarnya suara adzan udah, berhenti kita sholat dulu katanya, setau abang perubahannya total kali gitukan. Tapi Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. perasaan abang apa dulu dia pura-pura, soalnya abangkan belum kenal betul dulu.” R1.W1.b.0127-0144.h.3-4 Perasaan heran semakin menggelayuti Iman ketika melihat istrinya menggunakan benda-benda yang berlambang agama berbeda dari yang mereka anut. “...dia punya cincin, kayak salib. Jadi kutanya la, kau sebetulnya agama apa? Itu bukan urusanmu katanya, aku kan suamimu kok bukan urusanku. Itu bukan urusanmu yang penting aku gak ada hubungannya.” R1.W2.b.1072-1078.h.27 “Heran betul abang, kok bisa gitu berobahnya, dulu dia agamanya kuat kali, dari dulu sholatnya paten kali gak tinggal yang lima waktu, sunatnya pun mau juga dikerjakan.” Tau-tau ni terakhir-terakhir gak dikerjakan, lama kelamaan make cincin salib pulakan. R1.W2.b.1131-1138.h.28 “Hmm...yang abang rasakan ya...bingung juga, bingung, soalnya selama ini orangnya biasa-biasa aja, kok berobah, kapan dia ini, sama siapa dia kok bisa gini...” R1.W2.b.1151-1155.h.28-29 Keraguan apakah istrinya benar menderita skizofrenia terkadang muncul pada Iman apabila melihat perilaku istrinya yang suka meminta uang. Setelah meminta uang istri Iman langsung menunjukkan perilaku yang biasa lagi. Melihat perilaku istrinya tersebut Iman merasa ragu apakah suatu saat nanti istrinya bisa sehat kembali akan tetapi melalui nasehat yang disampaikan temannya Iman berusaha untuk menjalani situasi ini dengan sabar. Walaupun berusaha untuk sabar perilaku istri Iman juga memancing Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. emosinya, Iman terkadang marah kepada istrinya yang mengancam meminta uang terutama jika hasil dagangannya tidak banyak terjual. “Yang lainkan masalah duitla. Kakak suka ngancam, sini duit, udah dikasi duit ilang itu. Curiganya ilang kalo dikasi duit, makanya kadang abang mikir sakit atau gak ya, apa dibikin-bikin gitu. Kayak yang dibikin-bikin.” R1.W1.b.0169-0176.h.4 “...abang pikirkan ya...seumur hidup dia kok gini aja, kalo gini gimanalaya, adanya perubahan? itu yang abang pikirkan. Kadang harapan abang gak ada lagi, kadang, kadang ada kawan juga yang ngasi nasehat, udala, anakmu udah besar-besar, manatau nanti berubah.” R1.W1.b.0190-0199.h.5 “...abang rasain marah-marah terus, gitula. Kalo lagi enak pikiran diam aja kasi. Tapi kalo udah melebihi target capek jugala. Namanya pun jualankan. Stres juga kalo laku enak itu aja.” R1.W1.b.0243-0249.h.6 Pertengkaran demi pertengkaran muncul akibat seringnya istri Iman meminta uang kepada Iman untuk tujuan yang tidak jelas. Tidak jarang ketika bertengkar istri iman mengatakan bahwa Iman memiliki dendam terhadapnya, hal ini menambah rasa kesal dan marah Pertengkaran yang hampir terjadi setiap hari menyebabkan Iman merasa lelah dan tidak sanggup menghadapi istrinya. “...kakak ini tiap hari bikin emosi, kadang kan, kayakmana la ya, mancing-mancing aja kakak itu, pagi-pagi udah minta uang, padahal entah untuk apa uangnya itu, tapi harus ada sama dia. Kadang kita kan mau juga marah, orang pagi-pagi baru bangun di minta-minta uang, ehm....kadang berantam juga di dengar sama tetangga pagi-pagi malu.” R1.W2.b.0902-0913.h.21 “...ngomong yang aneh-aneh, siap itu sini dulu uang, sini duit katanya kan, kalo disogok sama duit ngomong dia aneh-aneh tu hilang.” R1.W2.b.1063-1066.h.27 Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. “Asal minta uang pun udah abang bilang udahla kan udah dikasi tadi pagi. Kalo gak abang kasi “apa rupanya dendam kau sama aku, tiap hari kau dendam, asal minta uang dendam, dendam”katanya. Apa hubungannya dendamkan. Emang kalo ngomong uang ributla awakkan, capek pula tiap hari.” R1.W1.b.0346-0347.h.8 “Ck...emang abang sebetulnya...terang-terang ajala ya. Kadang abang pun gak ada, udah habis kesabaran abang. Dendam katanya tiap hari, asal dekat abang cari masalahla dia tu. Dicarinya dulu masalah, terus baru minta uang dia. Udah kayak politik juga.” R1.W1.b.0366-0375.h.8-9 “...Capek juga, kayakmana orang luar aja 5 menit ngomong sama dia udah pusing, apalagi abang, tiap hari tiap detik.” R1.W1.b.0376-0380.h.9 Selain sering meminta uang perilaku istri Iman yang menyebabkan Iman merasa terganggu adalah Istrinya sering lupa dimana ia meletakkan barang-barangnya. Ia merasa kehilangan dan pada akhirnya menuduh Iman ataupun anak-anaknya yang memindahkan barang-barangnya. “...sering kehilangan, iniku tadi tarok sini, tau-tau udah kesana, merasa kehilanganla dia.” R1.W1.b.0549-0551.h.12 “Suka apa namanya, sering kehilangan. Contohnya dia punya uang, ditarok di atas meja, tertidur dia, bangun dia mana uangku, perasaan dia orang mindahin uang dia. Padahal kurasa sakitnya itu. Yang kedua contohnya dia punya HP, pulsanya katanya masih duapuluh ribu, aku tidur gak ada kupegang-pegang HP ku, sama kalian nelpon-nelpon? Kalian jelek-jelekkan namaku, kalian habiskan pulsaku. Padahal gak ada yang megang HP dia...” R1.W1.b.0275-0290.h.7 “Macam narok barang-barang itu udah ditaroknya lupa dia. Kayak kunci kamar, ditaroknya disitu betul masi disitu...diambilnya balek, taroknya di tempat lain terus kehilangan dia. Katanya orang kita serumah yang ngerjai dia. Itula. Perasaan dia kalo narok sesuatu gak sadar dia. A...makanya nuduh aja kerjanya.” R1.W1.b.0466-0477.h.11 “Ini langsung nuduh, anak-anak semua kena dibikinnya...” Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. R1.W1.b.0301-0303.h.7 “Ia, katanya dipindahin anak-anaknya semua, kelen pindahin itu katanya. Dia gak sadar, dia sendiri yang megang Hpnya itu, taroknya sini. Katanya orang betiga itula yang narok Hpnya, padahal gak pernah dipegang.” R1.W1.b.0305-0312.h.7 Walaupun sudah pernah dibuktikan bahwa barang yang dikatakan istrinya hilang ternyata ada dan sudah jelas ia sendiri yang meletakkan barang tersebut tetap saja istri Iman menuduh Iman dan anak-anaknya, ia merasa mereka tidak menyukai dirinya dan dendam sehingga mengganggu barang-barang miliknya. “Pernah hari itu ditaroknya dompet di mobil, o..udah dikuncinya makan dia. Siap makan dia...ya...teringat dia, periksa dulu semua. Gak ada-gak ada, kaunya itu katanya. Untuk apa kubuang dompetnya. Kubuang pun dompetnya nanti minta uang juga sama aku beli dompet. Udah periksa dulu, nampaknya diam aja dia. Udah nampaknya tu barang-barang itu, ha...kau tuduh-tuduh orang. Dijawabnya lagi “enggakla, emang kalian itu yang buat, udah terbukti”. Gak sadar dia ditaroknya disitu, pokoknya setiap perbuatan dia apa...ngerasa kehilangan dia, gak merasa dia yang menarok barang-barangnya itu disitu. Dia pikir orang aja yang ngerjain dia. “untuk apala kalian ngerjain aku,apa dendam kalian” katanya.” R1.W1.b.0312-0337.h.7-8 Pertengkaran tidak hanya terjadi di dalam rumah, istri Iman juga pernah membuat keributan di tempat umum yang membuat Iman sangat terganggu dan malu. Di tempat umum pun istri Iman tidak bisa mengontrol emosinya sampai ia menjerit di tengah keramaian karena merasa melihat Iman berselingkuh dengan wanita lain di suatu tempat. “Yang paling menggangggu, dia suka malu-maluin abang di pasar, abangkan jualan, dia nungguin, contohnya ngomongnya jerit-jerit, kayak curiga ajala. Dia ketoko kadang tadi siapa tu yang kunampak disana katanya, tadi kayak kau kutengok, padahal abang di toko aja, Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. perasaan dia abang disana sama cewek, yang paling menonjol itulah, amarahnya gak bisa ditahan.” R1.W2.b.0839-0850.h.19-20 “Pokoknya marah-marah aja...” R1.W2.b.0857.h.20 “Malula, namanya juga dia kayak gitu didepan orang banyak, kesal juga...” R1.W2.b.0852-0850.h.20 “...ya terganggula, namanya pun dia apa ya..ngerasa diganggu..pokoknya dikejar bayang-bayangla, takutnya abang kemana, dituduhnya macam-macam kan, pokoknya stres juga ngadapin orang stres.” R1.W2.b.0865-0872.h.20 “Perasaan ya, kadang buntu...” R1.W2.b.0874.h.20 Perilaku istri Iman yang sulit diatasi adalah rasa curiga istrinya sangat besar. Iman sampai tidak diizinkan untuk keluar rumah, bahkan untuk melepaskan beban stresnya akibat pekerjaan serta mengurus rumah tangga saja tidak bisa. Iman merasa bosan dengan kondisinya, akan tetapi Iman menuruti kemauan istrinya agar ia tetap dirumah untuk menghindari pertengkaran, sebab jika tidak dituruti istrinya akan menjadi marah dengan mengucapkan kata-kata kasar hingga merusak barang-barang. “Kalo abang keluar ngomong sama kawan gak bisa, abangkan istilahnya dipantau sama kakak, eceknya kalo keluar dari rumah bakal bikin keributan. Abang setiap hari gak bisa nyalurkan ini...makanya marah-marah. Adakan orang yang istrinya sakit dia keluar, a...pigi dia entah resfreshing kemana-mana entah makan-makan, bekawanla pokoknya sama dia. Pigi dia kerumah kawannya, o...pokoknya mengeluarkan uneg-unegla. Kalo abang gak ada...” R1.W1.b.0399-0415.h.9-10 “Hmm...mana bole abang keluar, sedangkan kalo misalnya abang beli rokok kalo tau dia marah-marah dia itu. Hari apa itu ya...kalo gak salah Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. lima hari lebaran pas pulang dari kampung. Jadi dirumah kan gak ada makanan. Kakak masi tidur, diam-diam pigi ke kedai. Abang belum pulang masi disitu pesan lontong, datang dia. Dibilangnya “kau diam aja kau gak ada kau bilang-bilang sama aku”katanya. Marah-marah dia. Terus abang suruh tunggu dia biar sama pulangnya eh...dia malah bilang “kurang ajar kau”. Abis itu langsung pulangla abang, sampe kerumah...dibikinnya la gila-gilanya itu. Diberantakinnya rumah abis itu pigi dia entah kerumah siapa. Abis itu nelpon dia, abang tanyala kenapa marah-marah “gak ada, gak usah urus-urus aku”.” R1.W1.b.0427-0453.h.10 “...sama siapa pula abang lampiaskan, gak ada pula kawan, eceknya kalo ada kawan situ, pas duduk dia situ, awak pun dudukkan ngomong... melampiaskan.” R1.W3.b.1363-1367.h.34 “Abang mau cerita sama siapa gak bisa, kalo ngomong sama keluarga abang di surveynya, Hp tiap hari dipegang, diliatnya kotak keluar, panggilan masuk, panggilan keluar, diliatnya semua.” R1.W3.b.1390-1395.h.34-35 “Perasaan abang ya...suntukla, siapa coba yang gak suntuk kalo di rumah aja. Tapi ya...mau gimana lagi, daripada ngamuk dia...abang juga yang susah” R1.W1.b.0521-0526.h.12 “O...suntuk jugala pikiran, makanya ini aja tensi abang turun.” R1.W3.b.1376-1377.h.34 “Mondar-mandir” begitu istilah Iman terhadap perilaku istrinya yang suka berjalan-jalan kemana saja tanpa tujuan yang jelas sangat mengganggu Iman dan membuatnya merasa malu. Melihat perilaku istrinya Iman merasa kasihan meskipun sesekali muncul pikiran tidak ada harapan untuk kesembuhan istrinya. “...terus mondar-mandir...” R1.W1.b.0458.h.12 “Apa...malula abang, kok ginila dia...pokoknya pikiran abang ada lagi gak harapan, kadang-kadangkan, kan berobah-berobah juganya itu pikiran, namanya kan istri, kasian juga...” R1.W1.b.0555-0560.h.12-13 Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. Rasa khawatir menghampiri Iman apabila memikirkan anak-anaknya. Anak-anaknya sudah mulai merasakan dampak dari perilaku ibunya, mereka juga sudah bertanya mengenai kondisi ibunya. Mereka menyadari bahwa ibunya tidak kunjung sembuh dan selalu menunjukkan perilaku yang berbeda dari individu normal. Iman merasa malu karena istrinya belum berubah sedangkan anak-anaknya sudah mulai mengerti perbedaan ibunya dengan inidividu normal. “Otomatiskan kalo orangtuanya gak dihargai orang anaknya kena juga. Stres, makanya yang pertamakan beranjak dewasa, udah perkembangan, udah mulai bilang “bikin malu aja mamak ini, kalo ada yang salah dia ngomong langsung” R1.W1.b.0587-0594.h.13 “O...setelah tau, ya nomor satu anak-anak nampak kayak gitu kayaknya orang itu stres juga, ada yang bilang mamak bikin malu, bikin ini, malu- maluin katanya, kapan berobahnya, perhatian orang itu agak kurang...” R1.W2.b.0882-0888.h.21 “Ya abang merasa malu juga sama diri sendiri, anak udah ngomong gini sementara mamaknya belum ada perubahan, kayakmana la nanti. Kadang abang mikir gak sampe-sampe, belum lagi ada jalan keluar untuk kayakmanala mau dibilang udah balek lagi dia bikin masalah baru, gak tuntas-tuntas jadinya.” R1.W1.b.0598-0609.h.13-14 “Ya kondisi anak-anakkan belum berpikir penuh, yang paling besar aja udah merasa malu. O...kok gini-gini aja mamak dari dulu.” R1.W1.b.0637-0641.h.14 Iman juga menyadari bahwa istrinya tidak bisa mengurus anak-anak mereka dengan baik akibat penyakit yang dideritanya. Kondisi ini membuat Iman semakin lelah hingga tidak mengerti apa yang harus dilakukannya. Iman tidak mengerti mengapa istrinya bisa mengatakan hal-hal yang tidak Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. mendidik, ia merasa malu mendengar perkataan istrinya kepada anak-anak mereka. “Kadang abang berpikir, ditinggalkan nanti apa ada perubahan, gini- gini aja kayakmana sampe tua, anakku mau juga stres nanti yang tiga itu. Ha..liat situasi mamaknya. Orang kakak itu ngajari anaknya pun...pokoknya kelakuan dia tu dinampakkan sama anaknya, gak pande ngasi contoh yang baek sama anaknya, kayakmana dia...apa terang- terang aja sama anaknya. Gak dia eceknya ngomong yang jelek pun gak ada ditutupi, pokoknya gak ada apala sikitya, jangan terlalu apala ngomongnya sama anaknya. Contohnya laya, kalo kita sama anak- anakkan jangan terlalu apa, buang angin gitukan, sebagai orangtua keluar dulu, nanti dicontohnya pula. Kayak istilah itu guru kencing berdiri murid kencing berlari. Takutnya gitu nanti. Pokoknya kakak itu gak pande kasi contoh yang baik.” R1.W1.b.0207-0235.h.5-6 “...kan anak-anak mau sholat, dibilangnya kalo gak bisa gak usah sholat katanya. Puasa pun gitu, namanya pun anak kecil, ada yang minta batalkan puasa “udahla kalo gak bisa ko batalkan aja, gak usah kasi tau ayah, diam aja”. Datang anak abang ini, yah namanya pun anak-anak kan, main-main aja masi sanggupnya dia puasa, datang mamaknya dibilangnya pula “mak aku sakit perut minta batalkan aja”. “udah batalkan aja” gampang aja tu mamaknya yang ngomong itu “batalkan aja”, padahal anaknya inikan itu, masi sanggup.” R1.W2.b.0930-09546.h.22 “Lho...kok gak malu dia ngomong kayak gitu, pikiran diakan udah becabang juga...” R1.W2.b.0974-0976.h.22 “Perasaan abang malu juga...pokoknya, perasaan susahla, malula, terutama malu...” R1.W2.b.0892-0894.h.23 “gak pande pulanya dia. Capekla abang.” R1.W1.b.0239-0240.h.6 Iman kadang sempat berpikir untuk mengakhiri pernikahannya dengan istrinya. Perasaan yang tidak karuan dan kesal menambah beban pikirannya. Skizofrenia yang dialami istrinya sudah hampir delapan tahun, tetapi Iman tidak menemukan perubahan yang mengarah kepada kesembuhan. Iman Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. sampai sekarang tidak memutuskan untuk berpisah karena anak-anaknya. Iman berpikir bahwa anak-anaknya masih membutuhkan keluarga yang lengkap. Iman menyadari bahwa sosok orangtua sangat diperlukan dalam perkembangan anaknya yang masih belum dewasa. “Perasaan ya, kadang buntu, kayak ginila sampe tua, diteruskan apa enggak, gitu aja abang, kadang berpikir gitu, tapi anak-anak kan masi kecil, kalau kayak gitu gak dapat contoh yang baik, kayakmana masa depan orang itu.” R1.W2.b.0874-0880.h.20 “Kadang bolak-balik aja pikiran, namanya pun menghadapi masalah besar kayak gini, kadang pikiran abang hari ini dia baik di syukurkan, besok lagi kayak gitu, kayakmanala ini, apa belanjut sampe tua...” R1.W2.0985-0991.h.25 “Kacau, suntuk, bikin sakit kepala. Kadang kayak manala ini.” R1.W2.b.1044-1045.h.26 Iman sudah membawa istrinya ke dokter spesialis jiwa untuk melakukan pengobatan medis. Meskipun begitu masalah baru tetap muncul. Kali ini istri Iman tidak mau memakan obatnya sesuai dengan dosis yang diberikan dokter, ia mengurangi dosis obatnya sehingga sepertinya obat tersebut tidak terlalu mengubah perilaku istrinya. “A...disuruh makan obat pun bandel kali. Orang aturan dokter obatnya 1 biji dipotongnya pula jadi setengah, dia gak mau itu apa, pokoknya suka-suka dia.” R1.W3.b.1792-1796.h.43 “Itula gak bisa dia bepikir penuh satu hari gara-gara dia gak mau ngikutin peraturan dokter, coba kalo dari dulu masi ada harapan, tapi gak mau.” R1.W1.b.0688-0673.h.15 “...abang merasa, nanti kalo gak minum obat dia gimana...apa gak kumat penyakitnya...gitu aja abang pikirkan.” R1.W3.b.1810-1814.h.43 Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. Iman tetap berusaha untuk mengawasi istrinya memakan obat secara teratur dan tepat tetapi pekerjaannya membuat ia tidak bisa selalu mengawasi. Iman menjadi kesal dan meluapkan emosinya jika istrinya mengatakan tidak mau dianggap seperti anak kecil karena harus diawasi ketika memakan obat padahal Iman sudah bersusah payah menasehatinya agar mau memakan obat sesuai dengan aturan dokter. “Dipaksa “kau pikir anak-anak” katanya. Dulukan abang aja yang kasi obat, sekarang obatnya dibawa-bawa kemana-mana disimpannya, gak tau... pokoknya habis obatnya dibilangnya. Ngomong aja, dia gak tau memang...kadang abang palak juga. “kau ngomong obatmu habis tapi aku gak tau entah dimakan entah enggak”. Abangkan cari duit gak bisala tiap hari survei, jam 10 keatas udah pergi, jam 6 baru pulang. Pokoknya serba salah, suka-suka dia. Obatnya dibawa-bawa kalo ditarok katanya diganti-ganti orang obatnya. Dimakannya obatnya ada sakit kepalanya “ah udah kau ganti ni obatnya, bukan dari dokter” curiga dia.” R1.W1.b.h. “kadang ntah diminum gak tau juga. Ditanya udah diminum, udah, itu bukan urusan kau katanya...” R1.W1.b.0037-0040.h.2 “Kalo diawasin kok kau pula yang lebih pintar dari aku, aku yang sakit kok kau yang sok tau katanya...” R1.W1.b.0042-0045.h.2 “Emosi juga, namanya pun udah capek ngomong yang baek ngingatkan yang baek biar mau dia.” R1.W1.b.711-714.h.16 Selama merawat istrinya masalah keuangan juga dihadapi Iman. Biaya pengobatan istrinya setiap bulan tidaklah murah. Masalah pengeluaran ini membuat Iman merasa terbebani karena selain itu pengeluaran juga dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari, dan uang sekolah anak. “O...yang muncul, jelasla masalah obat, masalah uang, uang berobat, ya namanya kan kita, kita sebagai suami yang nyari, yang muncul Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. itula...kadang abang berpikir lho ini duit berobat dia bulan depan darimana, itula pikiran abang kadang.” R1.W3.b.1515-1522.h.37 “...abang pikirkan ya cemana caranya supaya uang berobatnya tetap ada.” R1.W3.b.1588-1590.h.38-39 “...ya...susah juga...biaya kan banyak, enggak itu aja, anak-anak sekolah juga...” R1.W3.b.1593-1595.h.39 “...kadang stres juga abang, tiap bulan keluar uang berobat...” R1.W1.b.0035-00327.h.1-2 Iman tidak memiliki orang lain yang membantu di rumahnya sebab tidak ada pekerja rumah tangga yang bertahan di rumahnya karena harus menghadapi perilaku istrinya. Akibatnya, saat ini Iman harus mengerjakan aktifitas rumah tangga seperti memasak karena istri Iman pernah menggunakan pisau dapur untuk melukai dirinya. Kemudian Iman juga harus mengurus keperluan istrinya yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri lagi sebab jika istrinya merasa lelah baik fisik maupun pikiran maka emosi istrinya akan semakin tidak terkontrol. “Ia...yang nyuci ya ada yang nyucikan, abang masakla, jualan. Pokoknya kakak itu gak ada kerjaannya di rumah, ngurus dirinya sendiri pun gak bisa, mau mandi gak ada baju ngomong, gitu aja, dia gak mikir yang berat-berat, gak boleh...kakak itu kalo ngomong, misalnya dia tidur jam 9 malam, bangunnya abang liat harus jam 11, setengah hari dia gak boleh berpikir, setengah hari aja yang boleh, kalo bepikir dia satu hari penuh...sorenya udah geger otaknya tu.” R1.W1.b.644-660.h.14 “Gampang emosi, asal ngomong orang di luar salah sikit aja udah emosi dia.” R1.W1.b.0662-0664.h.15 “Enggak, ya semenjak dia sakit, soalnya pernah waktu itu dia masak, terus hampir mau dipotongnya tangannya, apanya itu nadinya itu. Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. Semenjak itu gak kukasi lagi, benda-benda tajam kayak piso, gunting, kusimpanla, silap awak di buatnya pula lagi.” R1.W2.b.0786-0793.h.18 Penambahan tugas Iman sebagai suami yang bertambah semenjak istrinya sakit. Mengharuskan Iman menjalankan dua tanggung jawab sekaligus yaitu sebagai kepala rumah tangga dan juga ibu rumah tangga sebab istrinya tidak mengerjakan pekerjaan rumah tangga lagi. Penambahan tugas ini membuat iman merasa kesulitan karena harus membagi waktu dan pikirannya antara pekerjaan dan istrinya. Masalah ini menyebabkan Iman setiap harus memikirkan bagaimana carany agar bisa menyelesaikan semua masalah yang ia hadapi. “Aku yang kepala rumah tangga, aku ibu rumah tangga, dua-dua abang, kanan kiri.” R1.W1.b.0624-0627.h.14 “...serba salah juga kadang bagi waktunya...” R1.W3.b.1482-1483.h.36 “...perasaan abang merasa bertanggung jawab juga, oh...kalo gak saya kerjakan siapa lagi, anakku gak mungkin, masi sekolah...” R1.W3.b.1491-1495.h.37 “...peran abangkan...banyak tanggung jawab jugala. Tanggung jawabnya itula...cari uang, biar ada yang nyekolahkan anak, cari uang berobat juga tiap bulan. Ya abangla semua, kanan kirinya abangla.” R1.W3.b.1686-1691.h.40-41 “Perasaan abang merasa capek, capek, apa...pikiran pun kadang sekali- sekalikan buntu juga...capekla, abang kadang mikir gini-gini ajala sampe tua, kayakmanala ini..., apa sampe ini nanti, apa...maksudnya...perubahan dia sampe tua atau ada lagi harapan, gitu aja, mikiiir aja tiap hari. R1.W3.b.1694-1702.h.41 “Abang gak tahan, abangkan kerjanya banyak, anak, cari makan lagi, ngurus dia lagi yang penyakitan, mikirkan obat dia lagi, pokoknya banyakla.” Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010.