Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010.
“...misalkan supaya ya gimana ya, disuruh berobatla, kemudian nyuruh dia supaya minum obat...”
R2.W1.b.0361-0363.h.54
“...mereka memberikan support yang positif, paling-paling kalo jumpa saya sabar ya sabar...”
R2.W1.b.0404-0406.h.55
3. Responden III
a. Hasil observasi
Toni nama samaran adalah seorang pria paruh baya yang berwajah bulat dengan tinggi sekitar 175 cm dan berat 85 Kg. Ia berkulit hitam dan
memiliki kumis yang cukup tebal di wajahnya. Sekitar dua tahun yang lalu Toni mengalami kecelakaan yang mengakibatkan dirinya menderita stroke.
Semenjak peristiwa tersebut Toni memiliki masalah dengan kaki kirinya
sehingga ia tidak bisa berjalan dengan normal.
Peneliti mengenal Toni di sebuah Rumah Sakit Jiwa Negeri Medan. Pada saat itu peneliti sedang mencari informasi mengenai pasien wanita
skizofrenia yang ditemani suaminya saat melakukan kontrol ulang. Perawat yang bekerja di rumah sakit memberitahu peneliti bahwa Toni memiliki istri
skizofrenia. Peneliti langsung memperkenalkan diri dan menyatakan tujuan peneliti. Toni dengan senang hati mau membantu peneliti, tetapi ia tidak
bersedia di wawancara di rumah. Oleh karena itu peneliti dan Toni sepakat untuk melakukan wawancara di rumah sakit setiap kali Toni menemani
istrinya.
Wawancara pertama berlangsung di rumah sakit jiwa negeri tempat pertama kali Peneliti dan Toni bertemu. Wawancara berlangsung pagi hari
Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010.
ketika Toni mengantarkan istrinya untuk kontrol ulang di rumah sakit tersebut. Pada saat Toni sampai di rumah sakit ia langsung menyapa
peneliti. Peneliti mengikut i Toni untuk mencari tempat wawancara yang
nyaman.
Wawancara dilakukan di ruang tunggu tempat pengambilan status pasien rumah sakit. Ruang tunggu tersebut terletak di sebuah jalan menuju
bangsal tempat rawat inap pasien rumah sakit, sehingga banyak orang yang lalu lalang. Ruang tunggu terdiri dari empat buah kursi berwarna biru yang
posisinya berhadap-hadapan, jumlah kursi sebanyak delapan buah. Di samping kanan kursi terdapat sebuah ruangan. Peneliti duduk di kursi kedua
dan Toni di sebelah peneliti. Dihadapan peneliti dan Toni ada seorang ibu
dan seorang pria.
Saat wawancara dimulai Toni duduk menyandar pada kursi, ketika peneliti mulai mengajukan pertanyaan Toni memajukan badannya. Ketika
berkomunikasi Toni sering berhenti berbicara sebentar dan dalam menjawab pertanyaan Toni terbata-bata dan terkadang cukup lama dalam menjawab
pertanyaan. Sesekali Toni meminta peneliti mengulang pertanyaan. Ketika berpikir mengenai jawaban akan pertanyaan mata Toni menghadap kedepan,
tetapi setelah ia mengetahui jawabannya ia melakukan kontak mata dengan peneliti. Sepuluh menit setelah wawancara dimulai Toni mengangkat kaki
kirinya. Ia sering terhenti dalam menjawab pertanyaan ketika ada orang yang lewat dihadapannya. Beberapa orang yang lewat berhenti sebentar
untuk memperhatikan peneliti dan Toni. Tiga puluh menit kemudian Toni
Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010.
bersandar lagi di kursinya, ia mulai menunjukkan ekspresi wajah serius, terutama ketika peneliti meminta Toni menceritakan mengenai perilaku
istrinya yang menurutnya cenderung aneh. Toni sesekali tertawa saat menceritakan masalah pekerjaannya. Beberapa pertanyaan peneliti yang
berhubungan dengan perilaku istri Toni terhadap anak-anaknya dijawab Toni dengan ekspresi wajah yang berbeda. Toni cenderung memperlihatkan
wajah muram dan tatapannya lurus kedepan tanpa melihat peneliti. Menjelang akhir wawancara posisi duduk Toni sudah maju kedepan lagi, ia
meletakkan tangan di dagunya sambil menjawab pertanyaan peneliti. 2 Wawancara II
Peneliti sudah mengatur janji dengan Toni untuk melakukan wawancara di rumah sakit tempat Toni menemani istrinya berobat jalan. Wawancara
tetap dilakukan dirumah sakit yang sama di ruang tunggu pasien. Ruang tunggu pasien berada di luar, tempat duduk yang tersedia terbuat dari batu
bata dan semen yang telah dilapisi keramik berwarna putih. Tidak begitu banyak orang yang datang pada hari itu untuk berobat, sehingga suasananya
cukup kondusif untuk dilangsungkannya wawancara. Peneliti duduk bersebelahan dengan Toni. Setelah wawancara akan
dimulai Peneliti duduk agak menyamping agar bisa melakukan kontak mata dengan Toni. Wawancara kali ini mengenai upaya Toni dalam melakukan
coping dan memperjelas jawaban akan pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya. Wawancara dimulai pada pukul 10.00 WIB, Toni
Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010.
menggunakan celana kain berwarna hitam, menggunakan jaket berwarna hijau, serta memakai sepatu kulit berwarna hitam.
Pertanyaan yang diajukan peneliti mengenai penilaian dirinya terhadap kondisi istrinya yang sakit dijawab dengan nada suara yang pelan. Akan
tetapi pada saat menjelaskan bahwa kondisi istrinya saat ini sudah mulai membaik nada suaranya berubah menjadi lebih jelas, ekspresi wajahnya
menjadi senang dan sedikit tersenyum. Pada saat menjawab pertanyaan yang berhubungan bagaimana cara Toni mengatasi suatu sumber stres ia
tidak begitu cepat dalam menjawabnya, ia memikirkan mengenai jawaban akan pertanyaan tersebut. Sesekali ia juga terbata-bata dalam menjawab
pertanyaan. Secara keseluruhan wawancara kedua Toni dan peneliti berjalan lancar
tanpa hambatan yang mengganggu. 3 Wawancara III
Wawancara ketiga peneliti dengan Toni dilakukan setelah dua minggu wawancara kedua. Seperti biasa Peneliti mewawancari Toni di sebuah
Rumah Sakit Jiwa Negeri tempat istri Toni kontrol ulang. Wawancara dilakukan di ruang tunggu rumah sakit. Suasana rumah sakit pada hari
wawancara cukup ramai, banyak pasien yang menunggu. Toni memakai pakaian kerja, kemeja berwarna biru muda dengan
celana panjang berwarna biru tua. Toni menggunakan sepatu kulit berwarna hitam. Peneliti menyapa Toni yang baru saja datang. Sebelum wawancara
dimulai peneliti dan Toni berbicara sebentar mengenai kondisi istrinya saat
Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010.
ini. Pada wawancara kali ini Toni menunjukkan ekspresi wajah muram, Toni jarang tersenyum seperti biasanya. Peneliti menanyakan ada apa
dengannya dan ia menjawab kondisi kesehatannya tidak begitu baik. Peneliti menawarkan untuk tidak melakukan wawancara pada hari tersebut,
tetapi Toni tidak bersedia karena khawatir ia tidak memiliki waktu untuk di wawancara.
Wawancara diawali dengan memperjelas jawaban akan pertanyaan Toni sebelumnya, kemudian Toni menjelaskannya walaupun terlihat dari
wajahnya ia sedikit tidak bersemangat dalam menjawab pertanyaan peneliti. Toni duduk agak membungkuk karena tempat duduk ruang tunggu tidak
memiliki sandaran. Toni sering memegang kepala dan lehernya. Toni tidak fokus dalam menjawab pertanyaan peneliti, ia sering melihat-lihat orang-
orang yang hilir mudik dihadapan peneliti dan Toni. Sekitar dua puluh lima menit wawancara Toni sudah mulai fokus dan
menjawab pertanyaan dengan baik. Ia tidak memegang leher maupun kepalanya lagi, tetapi sesekali memegang kakinya. Perubahan posisi duduk
berubah ketika Toni menjawab pertanyaan yang berhubungan apa yang ia tidak sukai mengenai perilaku istrinya ketika sakit, ia menegakkan
badannya dan nada suara berubah menjadi lebih keras dan cepat. Menjelang akhir wawancara istri Toni menghampiri peneliti dan
responden karena ia sudah selesai berobat dan tinggal mengambil obat. Wawancara tetap berlangsung sampai pukul 10.30 WIB. Wawancara yang
Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010.
berdurasi lebih kurang satu jam tersebut berjalan dengan baik walaupun di awal wawancara kurang berjalan lancar.
b. Rangkuman hasil wawancara