Coping stres Responden III

Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. “Ya itula. Akupun di urus juga, aku pun gak bisa ngapa-ngapain, kena stroke aku. Aku agak capek juga, kapan aku sembuh, dia pun kapan, itula...”

d. Coping stres

Berbagai sumber stres muncul dalam kehidupan Toni. Diawali dengan penyakit stroke yang dialaminya yang kemudian diikuti dengan penyakit skizofrenia yang diderita istrinya. Sebagai individu Toni telah melakukan penilaian terhadap suatu situasi stres yang akhirnya memerlukan suatu solusi untuk diselesaikan. Untuk mengurangi sumber-sumber stresnya Toni melakukan usaha coping yaitu usaha individu untuk melakukan perubahan atau mengatasi suatu sumber stres. Stroke yang diderita Toni mengharuskan dirinya harus melakukan pengobatan alternatif. Pengobatan medis juga dilakukannya agar kondisi fisiknya bisa kembali normal, diikuti dengan terapi fisik untuk mempercepat kesembuhannya. “...dukun patah, dua kali aku di dukun patah, dua kali aku di operasi.” R3.W1.b.099-101.h.85 “Berobatla...” R3.W1.b.0124.h.85 “Ya abis operasi itu aku makan obat. Sekarang terapi aku sekali seminggu di Pringadi” R3.W1.b.0127-0129.h.85 Setelah Toni mengalami stroke, beberapa bulan kemudian istri Toni menunjukkan berbagai perilaku yang menurut Toni aneh karena berbeda dari perilaku istrinya sehari-hari. Perubahan perilaku pertama sekali ditunjukkan dengan mengusir Toni dan anak-anak mereka. Pada peristiwa Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. tersebut Toni tidak melakukan apapun, ia merasa tidak berdaya hingga akhirnya memutuskan untuk mengungsi ke rumah tetangga untuk sementara waktu. “Mau putus asala, aku udah sakit, datang lagi istriku sakit” R3.W1.b.0141-0142.h.86 “Kami ke rumah tetanggala. Aku gak bisa ngapa-ngapain, aku sakit.” R3.W1.b.0316-0317.h.92 Menjadi target perilaku agresif istrinya memerlukan kesabaran lebih untuk mengatasinya. Toni pada awalnya berusaha melawan, melihat istrinya yang semakin marah ia memilih untuk diam, hal ini dianggapnya bisa meredakan kemarahan istrinya. Keterbatasan fisik juga dirasakan Toni sebagai penghalang untuk mengatasi perilaku agresif istrinya. “Pertamanya kulawan juga, tapi makin marah dia. Diam ajala aku. Akupun gak bisa banyak gerak. Sabarla.” R3.W1.b.0163-0166.h.87 Istri Toni juga berbicara sendiri pada larut malam hingga ia tidak bisa tidur merupakan salah satu sumber stres yang tidak bisa diatasi Toni. Toni merasa tidak berdaya mengatasi masalah tersebut dan menyatakan bahwa Tuhan tidak adil pada dirinya karena memberikan cobaan dalam waktu yang hampir berdekatan. “Kayakmanala ya...aku putus asala aku...” R3.W1.b.0187-0188.h.88 “Cemanala ya...ya..gitula...akupun sakit juga, gak bisa buat apa-apa aku. Kok gak adil tuhan itu. R3.W1.b.0190-0192.h.88 Mencurigai Toni berselingkuh dengan wanita lain sering diucapkan oleh istrinya, Toni berusaha mengontrol dirinya agar tidak marah Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. mendengar perkataan istrinya yang menurutnya tidak benar. Sesekali ia tidak tahan dan menanggapi perkataan istrinya yang akhirnya memunculkan pertengkaran hingga Toni dipukul istrinya, menghadapi semua itu Toni tetap sabar. “Kubilangla...gak ada itu. Tapi kadang kudiamin aja. Kadang mau juga kulawan-lawan.” R3.W1.b.0224-0226.h.89 “Ya kadang aku diam ajala, kadangku jawab-jawab dia, “gak ada itu” kubilang, tapi dia gak yakin. Kalo dilawan ngamuk dia. Pernah aku dipukuli, aku diam aja” R3.W2.b.0626-0631.h.102 Untuk mengatasi istrinya yang meramal nasib orang-orang disekitarnya Toni tidak membolehkan istrinya keluar rumah lagi supaya istrinya tidak membicarakan hal yang tidak masuk akal kepada orang lain. “Kusuruh dia di rumah. Sekarang kami dirumah seringnya. Biar gak pigi-pigi dia. Ngomong yang a...aneh-aneh.” R3.W1.b.0265-0258.h.90 Beberapa sifat dan perilaku istri Toni berubah, istri Toni sekarang tidak mendengarkan perkataan yang disampaikan Toni, Toni yang merasa diremehkan dan tidak dihargai mencoba memahami situasi ini dengan diam dan bercerita mengenai masalahnya kepada tetangga yang mengerti dengan situasi istrinya. “Ya diamla aku, aku sakit datang lagi istriku sakit, kayak itu pikiranku. o...kadang aku dirumah ngomong sama tetangga, cerita” R3.W3.b.0946-0949.h.111 “...yang ngerti situasinyala...aku cerita situasi ini sama diala” R3.W2.b.0588-0590.h.101 Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. Ketika istri Toni meminta cerai, Toni tidak begitu menanggapinya, sebab ia mengetahui hal itu karena istrinya sedang menderita gangguan psikologis. Apabila istrinya marah karena tidak ditanggapi, Toni meminta bantuan dari anak adik iparnya untuk meredakan amarah istrinya. Anak adik ipar Toni pernah digigit akibat berusaha menenangkan istri Toni yang sedang marah. “Diamla aku, kalo ngamuk dia kupanggil anak lae ku dari pajak, dia pun pernah digigit.” R3.W1.b.0279-0281.h.91 Istri Toni yang membakar barang-barang di halaman rumah mereka berusaha dihentikan Toni dengan meminta bantuan dari tetangga untuk memadamkan api agar tidak terjadi kebakaran “Tetangga kupanggil untuk menghalang-halangi api.” R3.W1.b.0336-0337.h.93 Toni berusaha mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri, walaupun tidak banyak yang ia kerjakan. Ia memutuskan untuk tidak memaksa istrinya untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga apabila istrinya tidak mau akibat istrinya tidak suka apabila disuruh. “Pernah kusuruh istriku, tapi marah-marah dia, jadi sekarang, sekarang ya gitu-gitula...” R3.W2.b.0433-0436.h.96 “Yang bisa kukerjain ya kukerjain. Yang namanya istri sakit ya akula yang gantikan.” R3.W2.b.0438-0440.h.96 Pembagian waktu antara pekerjaan dan keluarga saat ini cukup sulit dirasakan Toni, ia harus pintar dalam membagi waktu. Solusi yang didapatkan Toni untuk mengatasi masalah ini adalah dengan diam-diam Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. mengambil waktu pekerjaannya untuk mengurus keluarga, hal ini dilakukannya terutama apabila harus menemani istrinya kerumah sakit. “...kadang curi-curi waktu ya takut jugak ketauan, pasti dimarahinla aku...” R3.W3.b.0786-0793.h.107 “Ya paling dulu dia yang antar orang itu ke sekolah, sekarang aku. Kayak gini, tadi pagi aku antar orang itu ke sekolah baru kerumah sakit, nanti siang kujemput lagi baru ke kerjaan sampek setengah hari baru pulang.” R3.W3.b.0826-0832.h.108 “Ya kadang aku sebentar ke kerjaan, kadang pulang aku. Kayak ginila waktu ke rumah sakit ini, aku ya setengah hari kerja, setengah hari enggak.” R3.W3.b.0779-0783.h.107 Situasi yang dinilai Toni merupakan masalah yang rumit tidak jarang menimbulkan perasaan tertekan, pada situasi ini Toni melampiaskan perasaannnya dengan menyuruh anak-anaknya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan. “Anakku di rumahla kusuruh, kadang apala, kayakmana ya..gak taula aku ah..nyemir sepatu, nyuci kereta.” R3.W3.b.0960-0963.h.111 Masalah-masalah yang dihadapi Toni semenjak istrinya sakit memunculkan rasa bosan, berbagai usaha dilakukannya agar istrinya segera sembuh. Toni memberitahu adik iparnya mengenai kondisi istrinya dan mendapatkan solusi agar istrinya dibawa ke rumah sakit jiwa. “Ya mengkhayal-mengkhayalla, ah kayakmanala cobaan ini, kok gak habis-habisnya cobaan ini.” R3.W3.b.0879-0881.h.109 “Ya bawak ajalah lae kerumah sakit jiwa katanya” R3.W3.b.0775-0775.h.106-107 Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. “Lae udah tambah aneh itomu, baru kayakmana itu lae? Kubilangkan, o..kalo kayak gitu bawa ajala kerumah sakit jiwa katanya...” R3.W2.b.0543-0547.h.99 “Sering apa, ngomong gitu, konsultasi aku sama lae ku mengenai istriku” R3.W3.b.0899-0891.h.109 Toni membawa istrinya untuk berobat secara teratur ke rumah sakit jiwa setiap sepuluh hari sekali, walaupun ia pernah membawa istrinya ke pengobatan alternatif tetapi tidak menunjukkan perubahan. Setelah dengan pengobatan teratur Toni mengawasi istrinya untuk mengkonsumsi obat secara pula sehingga istrinya tetap bisa beraktifitas seperti biasanya. “Ya berobat kemari aja sekali sepuluh hari.” R3.W3.b.0848-0849.h.108 “eh..o...ada, pernah kami ke parapat berobat. Jadi dikasila obat baru dia istriku ini payah makan obat, dibuangi obatnya, gak mau dia.” R3.W3.b.0851-0855.h.109 “Ya kayakmanala, namanya sakit, ya dibawala berobat ke rumah sakit jiwa. Ya..e..diawasila. Kalo minum obat ya diminumnya, tapi kadang dia gak mau. Jadi itula, harus diawasi. Kalo lagi sehat ya bagus, mau nyapu, ngepel, membersihkan halaman, tiap hari disapunya.” R3.W2.b.0600-0609.h.101 Untuk melengkapi usaha-usahanya Toni tidak lupa berdoa kepada Tuhan agar ia bisa menghadapi situasi stres yang dialaminya. Toni juga mengajak anak-anak untuk berdoa akan kesembuhan ibu mereka. “Kadang ku ajak sama anak-anak berdoa kalian biar dia sembuh, paling yah ngawasi biar dimakannya obatnya, itu la.” R3.W3.b.0755-0758.h.106 “Gak adala, paling berdoa.” R3.W2.b.0498.h.98 Yuli Novita Sari Putri : Coping Stres Suami Yang Memiliki Istri Skizofrenia, 2010. “Ya hanya bersandar sama Tuhanla aku, kayakmana supaya sembuh, kayakmana, banyak kali cobaan.” R3.W3.b.0810-0812.h.107

B. Interpretasi

1. Responden I a. Sumber Stres dan proses appraisal

Stres adalah suatu kondisi dimana sesuatu yang diinginkan tidak sesuai dengan kenyataan Sarafino, 2006. Ketika Iman memutuskan untuk menikah maka yang diharapkan Iman adalah memiliki keluarga yang bahagia. Kenyataan yang dihadapi oleh Iman berbeda dengan keinginannya, tiba-tiba saja istri Iman menderita penyakit. Penyakit yang dialami oleh istri Iman bukan penyakit fisik melainkan penyakit mental, dimana sebelumnya Iman tidak pernah berhubungan atau merawat individu yang menderita penyakit mental. Situasi ini membuat Iman terkejut dan tidak mengetahui informasi apapun mengapa istrinya menderita penyakit tersebut sebab Iman sebelum menikah hingga dua tahun usia perkawinannya tidak pernah melihat istrinya menunjukkan gejala-gejala yang mengarah pada penyakit mental. Perubahan kesehatan salah satu anggota keluarga bisa merupakan salah satu penyebab stres Holmes Rahe dalam Sarafino, 2006. Kesehatan istri Iman pada awal pernikahan sangat baik dan tidak menunjukkan gejalan apapun bahwa ia akan menderita penyakit mental. Setelah dua tahun usia pernikahan istri iman menunjukkan gejala-gejalanya, hal inilah yang menimbulkan keterkejutan pada Iman. Kemudian pada usia tiga tahun