lxxxvii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penulis pada tulisan di harian Media Indonesia dan Republika yang berjudul Pro Kontra Undang-undang Pornografi di Media
Cetak Analisis Framing terhadap Pemberitaan Media Indonesia dan Republika, terlihat cara pandang atau perspektif komunikator yang digunakan dalam
menyeleksi suatu berita dan menonjolkan isu yang tertuang dalam teks berita. Cara pandang atau perspektif isu dan akhirnya menentukan fakta apa yang
dikedepankan, bagian mana yang ditonjolkan terhadap isu yang ada dan sebaliknya mau dibawa ke mana berita tersebut.
Dalam frame menentukan bagaimana fakta ditonjolkan, siapa yang diwawancarai, bagaimana hasil wawancara itu diperlakukan, bagaimana berita
ditulis dan ditempatkan pada posisi bagian berita. Setelah mempelajari dari permasalahan yang dihadapi dan juga mencari
solusi dalam pemecahan suatu permasalahan, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yang dapat dirinci sebagai berikut:
a. Media Indonesia mendefinisikan masalah dalam pemberitaan pro kontra Undang-undang Pornografi dilihat bahwa Undang-undang Pornografi dapat
memecah belah masyarakat dan juga dapat menimbulkan gejolak sosial. Sedangkan Republika melihat Undang-undang ini tidak mengekang kebebasan
berekspresi dan tidak membatasi atau mengatur privacy pribadi justru melindungi warga Indonesia dari kejahatan pornografi.
lxxxviii b. Media Indonesia memperkirakan sumber masalah masih menyoroti
Rancangan Undang-undang Pornografi secara substansi atau isi dan prosedural dari Rancangan Undang-undang Pornografi yang dibuat masih bias
dan juga tidak menyentuh akar persoalan pornografi dan pornoaksi yang ada di Indonesia. Sedangkan Republika melihat Rancangan Undang-undang ini
sudah lama terkatung-katung dan dinilai sangat lamban dalam mengesahkan Rancangan Undang-undang Pornografi menjadi Undang-undang Pornografi
dan sekarang sudah saatnya Undang-undang ini disahkan dan diberlakukan kembali.
c. Media Indonesia dalam menekankan penyelesaian pemberitaan pro kontra Undang-undang Pornografi agar Rancangan Undang-undang Pornografi
ditinjau kembali karena masih perlu untuk ditinjau apalagi jika akan dijadikan Undang-undang Pornografi. Sedangkan Republika sebaliknya agar Rancangan
Undang-undang Pornografi segera disahkan menjadi sebuah Undang-undang Pornografi.
d.
Media Indonesia dalam menekankan penyelesaian bahwa Undang-undang ini
perlu untuk dikaji dan disosialisasikan ke daerah-daerah karena masih ada daearah yang menolak adanya Undang-undang Pornografi. Sedangkan
Republika menginginkan setelah disahkan agar Undang-undang ini dapat
diterapkan sesuai dengan aturan yang berlaku.
lxxxix
B. Saran