Learning Scaffolding TINJAUAN PUSTAKA
memberikan kepemimpinan dan bantuan kepada siswa kurang terampil. Dalam model ini, guru bertanggung jawab dalam proses belajar siswa atau kegagalan siswa dalam
belajar. Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Teacher Centred, Student Centered, dan
TeachingLearning Centred Model Pembelajaran Satu Sisi
Model Sosiokultural
Teacher centred Student centred
Teachinglearning centred
Dasar teori Skinner, Pavlov,
Thorndike Piaget,
Chomsky, Geselle,
Rousseau Vygotsky, Rogoff,
Bruner, Hillocks, Dewey: Child and
Curriculum Experience and
Education
Orientasi teori
Behaviourisme Progressivisme
dan Kognitivisme
Konstruktivisme dan
Sosiokulturalisme
Proses pembelajaran
Transmisi pengetahuan: guru ceramah
Acquisition pengetahuan
Transformasi partisipasi
Implikasi pelaksanaan
pembelajaran Guru dan siswa pasif;
kurikulum menentukan urutan waktu pelaksaan
pembelajaran. Siswa memiliki
kemampuan terbatas dalam
belajar; guru harus menekan
siswa dibawah kekurangannya.
Pengetahuan murni hasil
pengembangan. Semua pengetahuan
secara sosial dan kultural. Apa dan
bagaimana siswa belajar tergantung
pada peluang guruorangtua
sediakan. Belajar melalui interaksi
dengan orang lain yang lebih ahli.
Peran siswa Tidak ada
Aktif membangun
sendiri Kolaborasi dengan
tenaga ahliguru
Peran guru Mentransmisikan
kurikulum secara keseluruhan
Menciptakan lingkungan di
mana pelajar individu dapat
berkembang sendiri
Mengajari siswa dengan cermat
sebagai individu dan kelompok.
Membantu belajar dalam zona
pembangunan
Lanjutan Model Pembelajaran Satu Sisi
Model Sosiokultural
Teacher centred Student centred
Teachinglearning centred
proksimal ZPD sesuai kurikulum
dan kebutuhan peserta didik.
Aktivitas belajar
Ceramah guru; siswa mengingat pelajaran untuk
ujian Siswa memilih
bahan ajar, siswa memilih
proyek, discovery
learning Guru memandu
belajar baik dalam kelompok kecil
maupun kolaborasi,
menganalisis kemajuan siswa,
bantuan eksplisit untuk mencapai
tingkat yang lebih tinggi
Wilhelm, 2001 McKenzie 2000 menyatakan 8 karakteristik scaffolding agar pembelajaran
berjalan efektif: a memberikan arah yang jelas misal dengan menulis langkah- langkah bagaimana peserta didik harus menyelesaikan tugas-tugas sehingga
mengurangi kebingungan siswa; b memperjelas tujuan pembelajaran c menyajikan tugas belajar secara berjenjang sesuai taraf perkembangan siswa, siswa tidak
terjerumus kedalam soal yang justru menambah stres; d menggunakan asesmen dan memberikan kisi-kisi peniliaian sejak awal, hal ini dimaksudkan agar siswa mengerti
target yang akan dicapai; e mengarahkan siswa untuk memakai sumber belajar yang layak untuk mengurangi kebingungan, frustrasi, dan waktu yang terbuang; f
mengurangi ketidakpastian, kejutan, dan kekecewaan yang dapat menambah kebingungan siswa; g sedikit waktu yang terbuang dalam pelajaran dan semua
tujuan pembelajaran tercapai secara efisien; h menciptakan momentum, tujuan dari scaffolding adalah untuk menginspirasi peserta didik agar ingin belajar lebih banyak
dan meningkatkan pengetahuan.
Konstruktivisme Vygotsky memandang bahwa pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap
individu. Vygotskian lebih menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual Adek, 2008. Evaluasi dalam pembelajaran konstruktivisme tidak
hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, penilaian tidak hanya bertumpu pada hasilproduk tetapi
juga memperhatkan segi proses Joyce, et al., 2009:99-102. Berdasarkan karakteristik
learning scaffolding yang dinyatakan oleh
McKenzie 2000, Mamin 2008:58 menjelaskan tahapan-tahapan dalam learning scaffolding sebagai berikut.
a. Mencapai persetujuan dan menetapkan fokus belajar b. Mengecek hasil belajar sebelumnya prior learning atau level perkembangan
saat ini untuk masing-masing siswa c. Mengelompokkan siswa menurut level perkembangan awal yang dimiliki atau
yang relatif sama, siswa dengan level perkembangan awal jauh berbeda dengan kemajuan rata-rata kelas dapat diberi perhatian khusus
d. Merancang tugas-tugas belajar e. Menjabarkan tugas-tugas dengan memberikan pemecahan masalah ke dalam
tahap-tahap yang rinci sehingga dapat membantu siswa melihat sasaran tugas yang diharapkan akan mereka lakukan.
f. Menyajikan tugas belajar secara berjenjang sesuai taraf perkembangan siswa,
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penjelasan, peringatan, dorongan motivasi, penguraian masalah ke dalam langkah pemecahan dan pemberian
contoh modelling. g. Memantau dan memediasi aktivitas belajar
h. Mendorong siswa untuk bekerja dan belajar diskusi dengan pemberian dukungan sepenuhnya, kemudian secara bertahap guru mengurangi dukungan langsungnya
dan membiarkan siswa menyelesaikan tugas mandiri.
i. Memberikan dukungan dalam bentuk pemberian isyarat, kata kunci, tanda mata,
dorongan, contoh atau hal lain yang dapat memancing siswa ke arah kemandirian belajar dan pengarahan diri.
j. Mengevaluasi belajar: hasil belajar yang dicapai dan bagaimana kemajuan belajar
tiap siswa; proses belajar yang digunakan, apakah siswa tergerak ke arah kemandirian dan pengaturan diri dalam belajar.
Beberapa keuntungan dari learning scaffolding adalah: learning scaffolding melibatkan peserta didik untuk terus membangun pengetahuan sebelumnya dan
membentuk asosiasi antara informasi baru dan konsep kontruktivisme; instruksi dari guru dapat meminimalkan kegagalan yang menurunkan frustrasi, terutama bagi siswa
dengan pembelajaran khusus Coffey, Tanpa tahun. Namun Coffey juga menambahkan learning scaffolding membutuhan waktu lebih banyak, selain itu guru
yang terlibat dalam pembelajaran harus terlatih dalam rangka menciptakan kegiatan yang efektif dan membuat tugas-tugas yang sesuai untuk siswa.