tentang dosa atau bahaya yang bakal muncul dari adanya larangan bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
5 Mendidik Melalui Kedisiplinan
53
Dalam ilmu pendidikan, kedisiplinan dikenal sebagai cara menjaga kelangsungan kegiatan pendidikan. Metode ini identik
dengan pemberian hukuma atau sangsi. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa bahwa apa yang dilakukan tersebut
tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi.
6 Mendidik Melalui Targhib wa Tahzib
54
Metode ini terdiri atas dua metode sekaligus yang berkaitan satu sama lain; targhib dan tahzib. Targhib adalah janji disertai
dengan bujukan agar seseorang senang melakukan kebajikan dan menjauhi kejahatan. Tahzib adalah ancaman untuk menimbulkan
rasa takut berbuat tidak benar. Tekanan metode targhib terletak pada harapan untuk melakukan kebajikan, sementara tekanan
metode tahzib terletak pada upaya menjauhi kejahatan atau dosa. Di pesantren, metode ini biasanya diterapkan dalam pengajian-
pengajian, baik sorogan maupun bandongan.
B. Kerangka Berfikir
Akhlak merupakan suatu sifat atau keadaan yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan perbuatan tanpa perlu adanya pemikiran untuk
melakukan perbuatan tersebut. Akhlak adakalanya terpuji, yang dikenal
53
Nawawi El-Fatru, Pesantren dan Pembentukan Perilaku Santri, 2014, http:nawawielfatru.blogspot.com201110pesantren-dan-pembentukan-prilaku.html.
54
Nawawi El-Fatru, Pesantren dan Pembentukan Perilaku Santri, 2014, http:nawawielfatru.blogspot.com201110pesantren-dan-pembentukan-prilaku.html.
dengan akhlak mahmudah atau akhlakul karimah, adakalanya tercela atau disebut juga akhlak madzmumah.
Akhlak dikatakan terpuji manakala seseorang melakukan suatu perbuatan yang sesuai dengan syariat atau aturan dalam Islam. Sedangkan dikatakan
tercela ketika seseorang melakukan perbuatannya itu tidak sesuai dengan syariat Islam. Akhlak terpuji misalnya menghormati seseorang yang lebih tua
orang tua. Menghormati orang tua diperintahkan oleh agama Islam, sedangkan mendurhakainya merupakan hal yang dilarang. Maka mendurhakai
orang tua termasuk kedalam akhlak tercela karena tidak sesuai dengan aturan agama Islam.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi akhlak seseorang. Seseorang bisa memiliki akhlak yang baik atau buruk tergantung kepada faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor tersebut adalah lingkungan, baik lingkungan belajar maupun lingkungan tempat tinggal. Lingkungan yang baik
akan memberikan pengaruh yang baik pula kepada seseorang. Sedangkan lingkungan yang buruk dapat memberikan pengaruh yang buruk juga.
Berbeda lingkungan tempat tinggal tentunya dapat memberikan pengaruh yang berbeda pula. Anak didik yang lama tinggal dengan keluarga bisa saja
berbeda akhlaknya dengan anak didik yang tidak tinggal bersama dengan keluarga atau orang tuanya. Lingkungan yang memberikan pendidikan agama
yang kuat dan mendalam pun tentunya dapat menggiring anak didik kepada akhlak yang baik. Apabila keluarga tidak dapat memberikan pendidikan
agama yang cukup dan perhatian yang lebih kepada anak didik, maka tidak menutup kemungkinan untuknya memiliki akhlak tercela.
Pesantren adalah salah satu dari lingkungan yang memberikan pendidikan agama yang mendalam kepada peserta didik. Pesantren merupakan sebuah
lembaga yang dipimpin oleh seorang kyai atau lebih dan menjadi tempat tinggal bagi siswa santri untuk memperdalam ilmu agama, yaitu Islam. Di
dalam pesantren, santri diberikan berbagai ilmu yang berkaitan dengan agama Islam, seperti ilmu fiqih, bahasa Arab nahwu, sharaf, akidah, dan
sebagainya.
Kedua lingkungan tempat tinggal tersebut, yakni keluarga dan pesantren, nampaknya dapat menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang signifikan.
Dalam hal ini yang dipengaruhi adalah akhlak siswa. Sehingga tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan akhlak antara siswa yang tinggal di
lingkungan keluarga dengan siswa yang tinggal di lingkungan pesantren.
C. Hipotesis