Sedangkan secara istilah, Imam Al-Gh azali di dalam kitab Ihya’
Ulumuddin menjelaskan bahwa akhlak ialah: ٌ ْنعٌ خس رٌسْ َنل ٌىفٌ ْيهٌ ْنعٌ ر عٌ لخْل
ٌ ج حٌرْيغٌ ْنمٌرسيٌ ٌ لْ سبٌ عْف ْْ ٌردصت ٌَي رٌ ٌرْ فٌىلإ
4
ٌ Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ibn Miskawaih di dalam kitab Tahdzib al-Akhlaq mendefinisikan akhlak karakter sebagai suatu keadaan jiwa yang mana keadaan ini
menyebabkan jiwa bertindak tanpa dipikir atau dipertimbangkan secara mendalam.
5
Lebih lanjut Ibn Miskawaih menjelaskan, keadaan tersebut ada dua jenis. Pertama, alamiah dan bertolak dari watak. Seperti pada
orang yang mudah sekali marah karena hal yang paling kecil, atau takut menghadapi insiden yang paling sepele. Kedua, tercipta melalui
kebiasaan dan latihan. Pada mulanya keadaan ini terjadi karena diperimbangkan dan dipikirkan, namun kemudian, melalui praktik
terus menerus, menjadi karakter akhlak.
6
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan akhlak ialah suatu sifat atau keadaan jiwa yang
menimbulkan perbuatan atau tindakan yang tanpa didahulukan dengan proses berpikir dan dilakukan dengan mudahnya.
b. Ruang Lingkup Akhlak
Secara umum ruang lingkup akhlak sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, terutama yang berkaitan dengan pola
hubungan. Akhlak Islami mencakup berbagai aspek, di antaranya
4
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-
Din, Kairo: Dar al-Kutub al-Islamiyah, Jilid III, h. 52.
5
Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terj. dari Tahdzib al-Akhlaq oleh Helmi Hidayat, Bandung: Mizan, 1994 Cet. ke-1, h. 56.
6
Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak …, h. 56.
akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda yang tidak bernyawa.
1 Akhlak Terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah bisa diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai
makhluk, kepada Allah sebagai khalik. Adapun cara yang dapat dilakukan
dalam berakhlak
kepada Allah,
yaitu: tidak
menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridla dan ikhlas terhadap segala keputusan-Nya dan bertaubat, mensyukuri
nikmat-Nya, selalu berdoa kepada-Nya, beribadah, meniru-niru sifat-Nya, dan selalu berusaha mencari keridlaan-Nya.
7
2 Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Di dalam al- Qur’an banyak sekali rincian yang dikemukakan
berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini tidak hanya dalam bentuk larangan melakukan
hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai
kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, sekalipun sambil
memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu.
8
Adapun bentuk-bentuk akhlak terhadap sesama manusia diantaranya yaitu jujur, ikhlas, amanah, tawadhu, sabar, kasih
sayang, pemaaf, penolong, berani, adil, rajin, disiplin, kreatif, sederhana, baik sangka, dermawan, toleransi, berbakti kepada
orang tua, dan iffah.
9
3 Akhlak Terhadap Lingkungan
Selain diperintahkan untuk berakhlak yang baik kepada sesama manusia, seorang hamba juga diperintahkan untuk berbuat baik
7
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, Cet. ke-9, h. 149-150.
8
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf …, h. 151.
9
Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, Jakarta: UIN Press, 2009, Cet. ke-1, h. 14.
terhadap lingkungan. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik
binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mangambil
buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk
mencapai tujuan penciptaannya. Di dalam al- Qur’an terdapat
petunjuk yang melarang melakukan penganiayaan baik dalam keadaan masa damai, maupun saat dalam peperangan. Tidak hanya
larangan menganiaya manusia, binatang pun dilarang untuk dianiaya. Mencabut, menebang pohon juga dilarang, kecuali dalam
keadaan terpaksa dan itu pun harus dengan seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi
kemaslahatan terbesar. Selain itu agama Islam juga memperhatikan kelestarian dan keselamatan binatang.
10
Sementara itu, Muhammad Abdullah Draz dalam bukunya Dustur al-Akhlaq, seperti yang dikutip oleh Yunahar Ilyas,
11
membagi ruang lingkup akhlak menjadi lima bagian:
1 Akhlak Pribadi; yang terdiri dari yang diperintahkan, yang
dilarang, yang dibolehkan, serta akhlak dalam keadaan darurat. 2
Akhlak Berkeluarga; yang terdiri dari kewajiban timbal balik orang tua dan anak, kewajiban suami isteri, dan kewajiban
terhadap karib kerabat. 3
Akhlak Bermasyarakat; terdiri dari yang dilarang, yang diperintahkan, dan kaedah-kaedah adab.
4 Akhlak Bernegara; terdiri dari hubungan antara pemimpin dan
rakyat, dan hubungan luar negeri. 5
Akhlak Beragama; yaitu kewajiban terhadap Allah swt.
10
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf …, h. 152-153.
11
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam LPPI, 2012, Cet. ke-12, h. 5-6.
c. Manfaat Akhlak