9
disebut  pula  dengan  metode  kuesioner  atau  dalam  bahasa  Inggris  disebut questionnaire pertanyaan.
9
6. Teknik Pengolahan Data a. Editing
Setelah seluruh data dari hasil kuesionar dan wawancara terkumpul kemudian  diperiksa  apakah  ada  kekeliruan  atau  kekurangan  dalam
pengisiannya. Kegiatan  ini  disebut  editing  yaitu  kegiatan  yang
dilaksanakan setelah peneliti selesai meghimpun data di lapangan.
b. Prosentase Data
Setelah editing data-data kuesioner yang terkumpul, maka langkah selanjutnya  adalah  melakukan  perhitungan  data-data  kuesioner  tersebut
dengan menggunakan rumus prosentase berikut : P =   F
x 100 N
Keterangan : P : Angka Persentase untuk setiap kategori
F : Frekuensi Jawaban Responden N : Jumlah Responden.
10
Setelah  data  diperoleh  dan  dihitung  dengan  menggunakan  rumus persentase, maka untuk memudahkan penafsiran terhadap nilai persentase
yang telah diolah, data dideskripsikan menggunakan parameter-parameter sebagai berikut :
= Tidak Satupun 1 – 25
= Sebagian Kecil 25  - 49
= Hampir Setengahnya 50
= Setengahnya 51  - 75
= Sebagian Besar
9
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif : komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya, hal.123
10
Anas Sudijodo, Pengantar Statistika Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, 1997, hal.46
10
76  - 99 = Hampir Seluruhnya
100 = Seluruhnya
11
c. Menganalisis Data dengan Menggunakan Skala Likert
Data  yang  telah  dihitung  prosentasenya  kemudian  akan  dianalisis dengan  menggunakan  skala  likert.  Skala  likert  paling  sering  digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden. Untuk menilai persepsi  yang  dinyatakan  dengan  kuesioner,  setiap  jawaban  akan  dinilia
sebagai berikut : PERNYATAAN PERSEPSI
SKOR NILAI Sangat Setuju
4 Setuju
3 Tidak Setuju
2 Sangat Tidak Setuju
1 Agar  dapat  mengetahui  penilaian  responden  terhadap  suatu  objek,
maka skor yang diperoleh tersebut dijumlahkan kemudian dicari skor rata- ratanya. Skor rata-rata adalah hasil dari penjumlahan dari skor pada setiap
skala  yang  dikalikan  dengan  frekuensinya  masing-masing.  Kemudian hasil  dari  penjumlahan  tadi dibagi  dengan  jumlah  sampel  atau  total
frekuensi.  Perhitungan  skor  rata-rata  dapat  dituliskan  dalam  model matematik sebagai berikut :
Dimana:    X = Skor rata-rata
S
4
… . S
1
= Skor pada skala 4 sampai 1
F = Frekuensi jawaban
11
Hermawan  Wasito, Pengantar  Metodologi  Penelitian  :  Buku  Pedoman  Mahasiswa, Jakarta : Gramedia Pustaka, 1992. hal.11
11
N = Jumlah sampel yang diolah atau total
frekuensi Skala  di  atas  adalah  skala  ordinal,dimana  skala  ordinal  memiliki
keterbatasan  analisa. Yang  hanya  menyatakan  bahwa  objek  yang  diteliti baik  ataupun  sangat  baik.  Agar  analisa  menjadi  luas,  maka  skala  ordinal
dapat  diubah  menjadi  skala  interval  yaitu  untuk  menentukan  skala-skala yang mempunyai jarak yang sama antar titik-titik yang berdekatan.
Skala  interval  diperlukan  untuk  menempatkan  posisi  responden dalam suatu objek penelitian apakah termasuk dalam kriteria sangat puas,
puas, tidak puas, sangat tidak puas. Untuk menentukan skala interval yaitu dengan  cara  membagi  selisih  antar  skor  tertinggi  dengan  skor  terendah
dengan banyak skala. Dibawah ini adalah rumusan dari skala interval.
12
Keterangan a = jumlah atribut
m = skor tertinggi n = skor terendah
b = jumlah skala penilaian yang ingin dibentuk diterapkan
Jika skala penilaian yang diterapkan berjumlah 4, dimana skor terendah  adalah  satu  dan  skor  tertinggi  empat,  maka  dapat  dihitung
sebagai berikut : Skala interval = { 1 4-1 : 4 } = 0,75 Jadi  jarak  setiap  titik  adalah  0,75  sehingga  dapat  diperoleh
penilaian sebagai berikut :
12
Bilson  Simamora, Panduan  Riset  Prilaku  Konsumen Jakarta:  Gramedia,  2004, hal.202
Skala interval = { a m-n : b }