Penelitian Terdahulu LANDASAN TEORI

33

2.10. Penelitian Terdahulu

Subagyo 2006, yang meneliti tentang Penentuan Harga Pokok Produksi Teh di PT. Perkebunan Tambi Kabupaten Wonosobo, menyimpulkan bahwa PT Tambi dalam menentukan harga pokok produksi dengan cara semua biaya yang dikeluarkan diperlakukan sebagai biaya produksi, baik biaya kebun, biaya pabrik maupun biaya kantor. Penggolongan biaya produksinya telah sesuai dengan teori yang ada yaitu terdiri dari biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead produksi. PT Tambi menggunakan metode full costing di dalam penentuan harga pokok produksinya. Hal ini sesuai dengan teori, dimana harga pokok produksi dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya produksi yang terjadi dalam periode tertentu. Harga pokok produksi yang dihitung PT Tambi dimana biaya non produksi dimasukkan ke dalam perhitungan dengan harga pokok produksi yang tidak memasukkan unsur biaya non produksi, menghasilkan selisih biaya yang cukup signifikan yang akan berpengaruh terhadap penetapan harga jual. Hal tersebut merupakan suatu kebijakan perusahaan dengan tujuan untuk menutupi biaya yang dikeluarkan dan sebagai cadangan jika perusahaan mengalami kerugian. Yulianti 2007 yang berjudul Penetapan Harga Pokok dan Zona Fleksibilitas Harga Meises Cokelat, studi kasus pada PT G di Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalisis penetapan harga pokok produksi meises pada perusahaan dan menganlisis kisaran harga berapa yang dapat diterima konsumen, serta menganlisis rentang harga optimum dari sisi PT G dan pelanggannya terhadap meises cokelat 818 Biru di Bandung. 34 Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok produk meises cokelat 818 Biru dengan menggunakan metode full costing periode tahun 2006 lebih tinggi dari pada harga pokok produk dengan metode PT G disebabkan karena metode full costing mengakumulasikan seluruh biaya tetap dan biaya variabel. Analisis sensitivitas harga terhadap harga meises cokelat grade G atau meises cokelat 818 Biru yang dilakukan terhadap pelanggan dengan jumlah pembelian kurang dari 60 dus per pesanan yaitu harga ideal meises cokelat 818 Biru per dus 12,5 kg sebesar Rp 83.000 sampai dengan Rp 84.000. zona flesibilitas terhadap pelanggan dengan jumlah pembelian kurang dari 60 dus per pesanan berkisar Rp 81.671 sampai dengan Rp 86.000. Kusumawardhani 2008, dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Krisan pada PT. Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang bertujuan untuk mengindentifikasi kebijakan perusahaan dalam penetapan harga pokok produksi, menganalisis metode penetapan harga pokok produksi, serta merumuskan alternatif metode penetapan harga pokok produksi bagi perusahaan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa PT. Inggu laut Abadi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat hanya didasarkan pada biaya aktual yang dikeluarkan perusahaan dalam periode berjalan satu bulan, mulai dari kegiatan pembuatan media ½ Murashige and Skoog MS sebagai bahan baku dalam kultur jaringan sampai pemanenan bibit krisan yang sudah terbakar. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, memperlihatkan adanya perbedaan harga pokok antara metode perusahaan dengan perhitungan harga pokok metode full costing 35 maupun variable costing, baik sebelum maupun sesudah kenaikan harga bahan kimia makro dan mikro. Metode variable costing dapat menghemat sebesar Rp 62.297 per bibitnya, sedangkan metode full costing justru menghasilkan harga pokok yang lebih besar dibanding metode perusahaan, yaitu sebesar Rp 10.878 per bibitnya. Metode penetapan yang tepat adalah metode variable costing karena akan menyebabkan harga jual yang rendah pula sehingga diharapkan sesuai dengan daya beli petani yang umumnya rendah. Roslinawati 2007, dengan judul Analisi Penetapan Harga Pokok Produksi Benih Padi Pada PT.Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode harga pokok produksi yang diterapkan oleh PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi Subang, menetapkan metode perhitungan harga pokok produksi benih padi yang tepat pada PT. sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang. Hasil penelitian menjelaskan bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing menghasilkan harga pokok produksi yang berada dibawah harga pokok produksi metode perusahaan dan di atas harga pokok produksi dengan menggunkan metode variable costing, sehingga dianggap paling tepat karena berada di tengah-tengah, artinya tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah. Oleh karena itu metode yang dapat direkomendasikan kepada perusahaan yaitu metode full costing. 36

2.11. Kerangka Pemikiran