Fungsi Pengungkapan Diri Pengungkapan Diri 1. Pengertian Pengungkapan Diri

e. Perkembangan hubungan relationship development Dengan berbagi permasalahan maupun informasi penting kepada orang lain dapat meningkatkan kepercayaan dalam suatu hubungan sehingga semakin meningkatkan derajat keakraban. 7

5. Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri

Seperti yang kita ketahui pengungkapan diri dalam prosesnya bersifat timbal balik. Artinya, keterbukaan kita akan diimbangi juga oleh lawan komunikasi kita. Berdasarkan pandangan ini maka pengungkapan diri tidak akan terjadi apabila salah satu pihak yang terlibat dalam komunikasi menunjukkan ketertutupan dirinya. Dengan demikian, apabila kita ingin melangsungkan komunikasi antarpribadi yang mengembangkan relasi pribadi yang baik maka diperlukan pengungkapan diri dari kedua belah pihak. Oleh karena itu, Tubbs dan Moss menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan bagian penting dari komunikasi di antara dua orang sekaligus menjadi ciri dari komunikasi antarpribadi. 8 Keterbukaan dalam menjalin hubungan interpersonal berfungsi meminimalisir kesalahpahaman dan kecurangan. Dengan demikian hubungan interpersonal akan semakin erat. Keakraban hubungan interpersonal dapat 7 David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau, Psikologi Sosial Jilid Pertama Edisi Kelima. Terjemahan Michael Adryanto Saviti Soekrisno Jakarta: Erlangga, 1994, h. 254. 8 Yosal Iriantara, Komunikasi Antarpribadi Jakarta: Universitas Terbuka, 2009, h. 3.26. ditandai dengan saling percaya, terbuka, dan tidak takut mengungkapkan persoalan pribadi. 9 Keakraban dan saling percaya merupakan hal penting dalam membangun komunikasi antarpribadi yang saling mendukung dan memberikan manfaat positif bagi pihak-pihak yang berkomunikasi. Oleh karena itu, self-disclosure yang positif diperlukan sehingga komunikasi antarpribadi yang bertujuan untuk pengembangan diri masing-masing dapat berlangsung dengan baik.

B. Remaja 1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Kemudian istilah tersebut berkembang dan mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. 10 WHO pun memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Definisi tersebut dikemukakan dalam tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Secara lengkap definisi tersebut berbunyi: a. Perkembangan individu dari awal menunjukkan tanda-tanda seksual sampai sudah mencapai kematangan. 9 Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, h. 31. 10 Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2005, h. 178. b. Mengalami perkembangan psikologis, berupa pola identifikasi dari kanak- kanak menjadi dewasa. c. Terjadi perubahan terhadap ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. 11 Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan dari segi biologis, psikologis, dan sosial ekonomi agar tercapainya kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.

2. Ciri Khas Remaja

WHO membagi kurun usia remaja ke dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-24 tahun. Terdapat perbedaan ciri khaskarakteristik yang signifikan dari kedua kelompok remaja tersebut, yaitu: Tabel 2.1 KarakterisrikCiri Khas Remaja 12 Remaja Awal 10-14 tahun Remaja Akhir 15-24 tahun • Status tidak menentu • Emosional • Tidak stabil keadaannya • Mempunyai banyak masalah • Masa yang kritis • Kestabilan bertambah • Lebih matang dalam menghadapi masalah • Campur tangan dari orang lain berkurang • Ketenangan emosional bertambah • Realistis bertambah Pada kategori mahasiswa sebagai remaja akhir, dianggap sudah lebih realistis dalam menghadapi masalah, hal ini dikarenakan bertambahnya 11 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja Jakarta; RajaGrafindo Persada, 2007, h. 9. 12 Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2005, h. 186.