Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk mencapai tujuan organisasi, tidak jarang terjadi perbedaan persepsi atau pandangan di antara individu yang satu dengan yang lainnya atau diantara kelompok individu dalam men-terjemahkan misi organisasi sehingga menimbulkan pertentangan atau konflik. Globalisasi berdampak pada percepatan perkembangan ilmu pengetahuan di satu sisi, namun pada sisi yang lain dapat menyebabkan konflik pada manusia itu sendiri yang tidak siap menghadapi keadaan yang cepat berubah. Begitu juga suatu lembaga pendidikan yang merupakan sekumpulan orang-orang untuk mencapai tujuan bersama dalam menjalankan tugas serta kewajiban yang di sepakati bersama sebelumnya. Dari urain di atas secara umum menggambarkan bahwa suatu organisasi harus memiliki visi dan misi yang jelas, serta bisa mengarahkan jalannya suatu organisasi itu sendiri, dari visi dan misi itulah lembaga sekolah akan menjadi organisasi yang memiliki arah dan tujuan yang akan dicapai bersama, ketika dari setiap individu merasa di rugikan atau adanya ketidak adilan, maka disinilah akan bisa menimbulkan berbagai konflik dalam organisasi itu sendiri. Lewin berasumsi bahwa dalam setiap situasi perubahan pasti terdapat konflik serta faktor-faktor pendorong driving forces dan faktor- faktor penghambat restraining forces atau disebut juga dengan konflik, 1 2 sebagaimana yang kita ketahui konflik tidak datang dengan sendirinya sehingga ada yang mempengaruhi dan bahkan ada yang mendorongnya. 1 Sebagaimana uraian pendapat di atas bahwa suatu organisasi harus bisa menyiapkan serta menyesuaikan dengan kondisi perubahan yang ada, baik yang ada diluar maupun di dalam lembaga sekolah itu sendiri, dengan menyeleksi informasi-informasi begitu juga dengan lembaga sekolah juga tidak jauh berbeda dengan organisasi-organisasi lainnya apabila sekolah ingin tetap bisa mengikuti kemajuan tehnologi atau perkembangan dunia pendidikan maka sebagai seorang kepala sekolah harus bisa mengantisipasi kondisi perubahan yang ada serta dapat mengelola konflik yang terjadi di sekolah yang dipimpinnya. Sebagaimana Lewin, menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mendorong terjadinya konflik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi situasi dan kondisi sehingga yang mendorong dalam arah tertentu serta mempertahankan perubahan agar tetap berlangsung, antara lain; perlakuan kepala sekolah, persaingan, dan perolehan insentif. Sedangkan faktor-faktor penghambat adalah faktor yang bertindak mengekang atau memperkecil atau disebut juga dengan konflik, sehingga diperlukan faktor pendorong, antara lain; sikap apatis, permusuhan, pemeliharaan peralatan yang tidak baik. Lebih lanjut dijelaskan oleh Lewin, bahwa faktor-faktor penghambat dapat menurunkan produktivitas karyawan, sedangkan faktor-faktor pendorong dapat menaikkan produktivitas karyawan dan secara keseluruhan berdampak pada peningkatan produktivitas organisasi. Kemajuan suatu organisasi sekolah ditentukan oleh pemimpin yaitu kepala sekolah beserta para pengelolanya, sebagaimana lebih jelas dikemukakan oleh Siagian, bahwa pemimpin berperan sebagai pelaku motor penggerak dalam menyikapi konflik kehidupan organisasi sekolah yang dipimpinnya, dia beranggapan bahwa betapapun tingginya tingkat ketrampilan dan kinerja yang dimiliki oleh para pelaksana kegiatan operasional sekolah, para bawahan tetap memerlukan kemampuan pengarahan, bimbingan dan pengembangan. Selain tanggung jawab untuk melakukan pengembangan dan kemajuan. 1 Wahyudi, Manajemen Konflik Dalam Organisasi, Pedoman Praktis Bagi Pemimpin Visioner. Bandung: CV Alfabeta, 2006, Cet. Ke-2, h. 1. 3 Begitu juga dengan organisasi sekolah, bahwa kemajuan ditentukan oleh peran kepala sekolah, bahkan pada masa kini juga kemampuan kepala sekolah dituntut untuk bisa mengelola konflik, menghadapi tantangan serta menghadapi persaingan global, sehingga kepala sekolah harus mampu meningkatkan kualitas rekan-rekannya, serta berani mengambil keputusan yang bertentangan dengan rekan-rekan kerjanya guna melayani siswa-siswinya, masyarakat. Untuk menghadapi tantangan-tantangan yang dimaksud, berbagai cara dapat dilakukan oleh pemimpin atau kepala sekolah antara lain mengembangkan visi jangka panjang organisasi, mengembangkan kemampuan kepemimpinannya, meningkatkan kualitas output lulusan secara berkelanjutan, dan pelayanan kepada pelanggan siswa. Dalam kenyataan, tidak semua pemimpin mampu menghadapi tantangan serta mengelola konflik yang muncul, sebagaimana pendapat Ichack Adizes yang dikutip oleh Hersey Blanchard, menyarankan, agar organisasi dapat berjalan efektif, pemimpin harus melaksanakan empat peranan, yaitu; pemproduksian menciptakan suatu produk berupa lulusan, pelaksanaan dalam arti merealisasikan program-program yang telah ditetapkan, mengadakan pembaharuan untuk menghadapi kemajuan-kemajuan yang ada secara alami, dan kepemanduan inilah istilah dalam dunia perusahaan. Peranan pemproduksian diartikan bahwa, produktivitas individual tidak secara otomatis dapat dicapai tanpa usaha dan peran kemampuan pimpinan. Peranan pembaharuan dilakukan oleh pemimpin karena organisasi berada dalam lingkungan yang terus berubah, pemimpin dituntut mempunyai kemampuan untuk mengubah tujuan dan sistem yang dilaksanakan sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan. Peranan pemanduan dalam organisasi adalah proses strategi perseorangan digabungkan ke dalam strategi kelompok; tujuan individual diselaraskan dengan tujuan kelompok, resiko individual menjadi resiko kelompok. Berkaitan dengan uraian di atas maka dalam hal ini, beberapa konflik yang sedang dialami dan dihadapi serta yang sering muncul dalam lembaga pendidikan formal MTs Madrasah Tsanawiyah Soebono Mantofani adalah: Sistem 4 komunikasi yang kurang harmonis didalam pelaksanaan yang harus distimulasi oleh kepala sekolah, gaya kepemimpinan yang tidak konsisten, adanya ketergantungan dalam tugas, perbedaan nilai-nilai dalam persepsi, lemahnya sistem kontrol dalam tugas, struktur organisasi dan masih banyak konflik yang harus diperhatikan serta dikelola dengan baik . Maka dari uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa, yang menyebabkan munculnya persepsi guru tentang kemampuan kepala sekolah dalam mengelolah konflik internal yaitu: banyaknya konflik yang terjadi, akan tetapi kurang distimulasi serta terselesaikan dengan baik. Sehingga menghasilkan persepsi guru terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola konflik. Hal tersebut sebagaimana kondisi yang peneliti lihat. Dengan demikian kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah adalah bukan hanya sekedar kemampuan profesionalisme, keperibadian, manajerial, supervisi, kewirausahaan, sosial. Akan tetapi kemampuan dalam menanggapi serta mengelola konflik. Disamping itu juga kepala sekolah dituntut untuk memperhatikan konflik yang berhubungan dengan konflik interpersonal antara rekan kerjanya baik dalam kegiatan belajar mengajar, seperti halnya antara kepala sekolah dengan staf, guru dengan guru dan masih banyak lagi yang terjadi didalam sekolah yang dipimpinnya dalam mencapai kegiatan belajar mengajar dengan kondusif dan terarah. Oleh karena itu mengatasi masalah-masalah organisasi di butuhkan pemimpin atau seorang kepala sekolah yang mempunyai kemampuan berfikir, merencanakan, menggerakkan serta mengarahkan, mengawasimengontrol, guru tau karyawan kearah tujuan yang ditetapkan serta mampu menerapkan gaya kepemimpinan secara tepat, maka kepemimpinan yang efektif adalah apabila seseorang atau sekelompok orang rekannya menjalankan pekerjaan sesuai dengan harapan pemimpin dan sesuai dengan kebutuhan para rekanya serta mampu memberdayakan dirinya untuk kepentingan organisasi. Ini berarti kepemimpinan seseorang tidak hanya menyadari masalah kekuasaan akan tetapi atas kesadaran bawahan yang menganggap bahwa, pekerjaan merupakan bagian dari kebutuhannya. 5 Tingkat konflik dapat dikatakan baik atau buruk apabila menunjukkan kinerja suatu kepala sekolah beserta rekan-rekannya dalam suatu perannya bisa mengelola konflik dengan baik, terarah. Karena konflik yang besar belum tentu merupakan ukuran bahwa lembaga tersebut telah mengalami diambang kehancuran akan tetapi bagaimana seorang kepala sekolah sebagai manajerial dengan efektif dan efisien bekerja sama dengan rekan-rekannya dalam mengelola konflik. Sebagaimana kita ketahui sekolah merupakan lembaga dimana di dalamnya bergabung berbagai macam orang yang saling berhubungan, berkomunikasi untuk mencapai tujuan, ada kelompok guru, staf dan kelompok siswa serta wali siswa. Masing-masing individu mempunyai latar belakang motivasi, tujuan, watak, serta kepribadian yang berbeda. Sehingga tidak mustahil pada suatu saat terjadi perbenturan antara keinginan-keinginan di antara para individu, sehingga lahirlah yang disebut konflik. Konflik itu sendiri terjadi selalu bersumber pada manusia dan perilakunya disamping pada struktur organisasi dan komunikasi. Perlu diketahui pula organisasi merupakan sistem terbuka sehingga membuka kemungkinan timbulnya macam-macam persepsi dalam rangka penampilan organisasi. Dalam hal ini dapat menjadi sumber penyebab timbulnya konflik. Konflik timbul dapat bersumber pada faktor internal, seperti Struktur Organisasi yang tidak tepat, Sumber Daya Manusia, Sistem yang tidak dijalankan secara komitmen dan sebagainya. Disamping faktor Internal dan juga dipengaruhi faktor Ekternal, yaitu adanya macam-macam perubahan dan perkembangan, seperti lingkungan, teknologi, organisasi, suasana politik, dan kepemimpinan. Akibat faktor-faktor tersebut seorang kepala sekolah harus mampu mengantisipasi serta mengendalikannya sehingga konflik dapat ditertibkan dan diarahkan. Untuk itu seorang pemimpin harus berusaha untuk mengerti dan mempelajari segi-segi yang berkaitan dengan konflik, seperti proses terjadinya konflik, ciri-ciri konflik, sumber konflik, gaya manajemen konflik, serta peranan kepemimpinan dalam mengatasi konflik. Sebagaimana yang didefinisikan oleh para ahli bahwa konflik terjadi melalui suatu proses kondisi yang mendahului, seperti halnya bahwa konflik yang dapat 6 dirasakan, konflik yang dapat diamati, konflik yang muncul, maka penyelesaiannya apakah melalui tanggapan saja atau ditekan, maka hal tersebut berakibat pada penyelesaian konflik. Proses konflik tersebut dapat dilukiskan juga melalui bagan. Dengan memahami aspek-aspek yang ada pada suatu konflik, apakah pemimpin mampu mengantisifasi serta mengelola atau menertibkan konflik tersebut dengan efektif. 2 Dengan demikian, sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus mampu mempelajari serta menganalisis suatu kondisi iklim organisasi yang sedang terjadi pada anggota-anggotanya yang ada sehingga konflik yang terjadi maupun yang akan terjadi bisa memperkirakan serta paham dan mampu mengarahkan sehingga persepsi guru terhadap kepala sekolah dalam mengelolah konflik internal akan mengarah kepada suatu hal yang sifatnya kepercayaan harapan lebih baik dalam mengelolah konflik. Sebagaimana fenomena konflik yang terjadi diberbagai lembaga pendidikan lainnya, masih banyak kepala sekolah yang kurang memperhatikan dalam pengelolaan konflik dengan serius, termasuk di MTs Soebono Mantofani nampaknya juga mengalami hal demikian, sehingga fenomena yang terjadi dalam kegiatan yang berlangsung ada sekarang-sekarang ini kurang selalu maksimal tercapai dengan baik. Hal ini berdampak pada prestasi siswa-siswinya yang mengalami penurunan kegiatan belajar mengajar, bersosial serta kedispilanan tidak tercapai. Sebagai lembaga pendidikan formal yang bercirikan Islam dan bernuansa pesantren, dengan ini penulis menemukan bahwa tingkat konflik cenderung membawa kepada proses yang harus diperhatikan dengan serius, karena sebagai cerminan perubahan perilaku baik kepala sekolah maupun guru- guru serta siswainya dalam kegiatan yang berlangsung. Besarnya tingkat konflik internal Lembaga MTs Soebono Mantofani, tidak menjadi suatu bom waktu yang akhirnya akan mengalami tidak terkontrol dalam penyelesainnya dan menjadi kurang maksimal dalam mencapai tujuan visi dan misi lembaga. 2 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 47- 49. 7 Berdasarkan dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti serta membahas lebih lanjut yang nanti dituangkan dalam bentuk penulisan skripsi yang berjudul: PERSEPSI GURU TENTANG KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA KONFLIK INTERNAL di MTS SOEBONO MANTOFANI

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Persepsi guru tentang kinerja kepala sekolah dalam pengelollaan pendidikan di MTs Khazanah Kebajikan

0 5 47

Tingkat disiplin kerja guru di MTs.Soebono Mantofani Jombang Ciputat

0 15 78

Penerapan strategi cooperative learning pada mata pelajaran fiqih di MTS. Soebono Mantofani Jombang Tangerang Selatan.

3 18 124

Efektifitas metode demonstrasi pada pembelajaran bidang studi fiqih Di MTs Soebono Mantofani Jombang Ciputat-Tangerang

7 39 67

Hubungan disiplin kerja guru dengan kualitas balajar siswa di MTS Soebono Mantofani Jombang-Ciputat

0 11 106

PERSEPSI GURU TENTANG POLA MANAGERIAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH Persepsi Guru Tentang Pola Managerial Kepala Sekolah Dan Motivasi Guru Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kecamatan Kebakkramat Tah

0 4 17

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA Pengaruh Profesionalisme Guru Dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di SMA Sragen Kota.

0 2 12

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KETRAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA Pengaruh Persepsi Guru Tentang Ketrampilan Manajerial Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru.

0 1 14

PERSEPSI GURU TENTANG PERAN KEPALA SEKOLAH DAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH TERHADAP PERSEPSI GURU TENTANG PERAN KEPALA SEKOLAH DAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI SD

3 10 14

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN Pengaruh Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Komuninkasi Internal Guru Terhadap Efektivitas Kerja Guru SMP Negeri 2 Gatak Sukoharjo.

0 0 15