23
konflik ini juga dinamakan aliran hubungan manusiawi human relation. Secara singkat aliran tersebut ditandai dengan adanya beberapa segala
pemikiran:
a Konflik itu pada dasarnya jelek, tidak perlu terjadi dan harus
dipecahkan b
Konflik terjadi akibat komunikasi tidak lancar, tidak adanya kepercayaan, serta tidak adanya sifat terbuka dari pihak yang saling
berhubungan c
Lingkungan mempunyai peranan yang sangat besar terhadap kemungkinan timbulnya konflik
d Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang memiliki sifat-sifat
positif, bisa bekerja sama dan dapat dipercaya. 2. Pandangan Baru
Berlawanan dengan pandangan lama, menurut pandangan baru konflik itu adalah baik. Oleh karena itu dalam kehidupan organisasi konflik itu
dianggap perlu, walaupun memerlukan pengaturan-pengaturan tertentu. Bahkan konflik itu sendiri merupakan kenyataan yang tidak bisa
dihindari. Dan menurut pendapat pandangan baru ini, usaha untuk mengurangi atau meniadakan konflik merupakan tindakan yang tidak
realistik dan tidak perlu. Oleh karena itu, pandangan baru tentang konflik pada hakikatnya
dipengaruhi oleh latar belakang pemikiran.
22
Sehingga masing-masing pandangan mempunyai argumentasi serta ciri-ciri tersendiri.
Sehingga arti konflik telah dikacaukan dengan kebanyakan definisi dan konsepsi yang saling berbeda. Pada hakekatnya konflik dapat didefinisikan sebagai segala
macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Dengan demikian konflik organisasi adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih
anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.
b. Proses Terjadinya Konflik
Sebagaimana kita ketahui bahwa konflik tidak terjadi secara mendadak tanpa sebab dan proses, akan tetapi melalui beberapa tahapan-tahapan tertentu.
22
. Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987, Cet. ke -3, h. 158.
24
Lebih lanjut dijelaskan oleh Hendricks, W. mengidentifikasikan proses terjadinya konflik terdiri dari tiga tahap yaitu:
1. Peristiwa sehari-hari ditandai adanya individu merasa tidak puas dan jengkel terhadap lingkungan kerja. Perasaan tidak puas kadang-kadang
berlalu begitu saja dan muncul kembali saat individu merasakan adanya gangguan.
2. Adanya tantangan apabila terjadi masalah, individu saling mempertahankan pendapat dan menyalahkan pihak lain. Masing-
masing anggota menganggap perbuatan yang dilakukan sesuai dengan standar dan aturan organisasi. Kepentingan individu atau kelompok
lebih menonjol dari pada kepentingan organisasi.
3. Pertentangan merupakan proses terjadinya konflik tahap ketiga. Pada tahap ini masing-masing individu atau kelompok bertujuan untuk
menang dan mengalahkan kelompok lain.
23
“Hardjana, A. M. Menyebutkan lingkaran konflik terdiri dari hal-hal sebagai berikut;
1. Kondisi yang mendahului, 2. Kemungkinan konflik yang dilihat,
3. Konflik yang dirasa, 4. Perilaku yang nampak,
5. Konflik ditekan atau dikelola, 6.
Dampak konflik”.
24
Lebih lanjut dijelaskan melalui skema oleh Filley bahwa pada dasarnya konflik itu tidak terjadi begitu saja, akan tetapi terjadi melalui proses yaitu:
3.
Konflik yang dirasakan
2.
Persepsi adanya konflik
1.
Kondisi sebelumnya
5.
Penyelesaian konflik atau konflik
ditekan
4.
Tingkahlaku
6.
Hasil penyelesaian
23
Wahyudi , Manajemen Konflik Dalam Organisasi Pedoman Praktis bagi pemimpin, Bandung: CV, Alfabeta, 2006 Cet. Ke-2, h. 18-19.
24
Wahyudi , Manajemen Konflik Dalam Organisasi Pedoman Praktis bagi pemimpin, Bandung: CV, Alfabeta, 2006 Cet. Ke-2, h. 19.
25
Keterangan : 1. Kondisi mula-mula dapat berupa peranan yang tidak jalan, artinya
harapan-harapan dari setiap pihak tidak jelas, akibatnya wewenang masing-masing tidak jelas.
2. Timbulnya persepsi tentang situasi yang mungkin berbeda antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Kemungkinan seseorang
mempunyai persepsi tentang adanya konflik padahal sebenarnya tidak ada.
3. Perasaan dan sikap memegang peranan penting dalam menginterpretasi dari suatu situasi, misalnya seorang pemimpin
yang mempunyai kebiasaan diam dan tidak suka berbicara sering kali ditafsirkan seolah-olah ia memusuhi.
4. Pada tahap ini orang dihadapkan kepada tingkahlaku nyata, yaitu terjadinya konflik itu sendiri, seperti misalnya: bertengkar mulut,
saling beragumentasi. 5. Yang dimaksud dengan penyelesaian konflik adalah tahap
pemecahan konflik itu dengan menggunakan metode pemecahan masalah atau dengan mengusahakan salah satu pihak yang
mengalah.
6. Pemecahan konflik akan menentukan hubungan selanjutnya pada masa yang akan datang.
25
c. Sebab-Sebab Terjadinya Konflik